Kebutuhan akan energi listrik memang sudah tidak bisa dielakkan lagi. Hampir tidak ada satu kegiatan pun dalam hidup kita yang tidak membutuhkan listrik. Untuk penerangan, untuk penggunaan perangkat komputer di tempat kerja, bahkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci dengan mesin cuci, alat pompa air, juga kompor dan pemanggang listrik.

Dengan terus bertambahnya ketergantungan kita pada teknologi gawai, otomatis kebutuhan akan listrik juga ikut bertambah. Kita butuh cara supaya gawai kita terus menyala, tidak kehabisan daya. Apalagi kalau kita termasuk gamers sejati yang selow dikit langsung login ke game online, wuhu baterai gawai harus selalu dalam keadaan full-charged.

Kondisi ini yang diapresiasi penuh oleh para pemilik warung kopi. Di sepanjang jalan, entah besar atau kecil, warung kopi yang kita temukan bisa dipastikan menyediakan stopkontak (yang biasa kita sebut colokan) untuk bisa dipakai oleh semua pengunjung. Mengisi baterai gawai bahkan mengisi baterai pada powerbank bisa dilakukan dengan bermodalkan 3-5 ribu rupiah untuk segelas kopi hitam panas.

Tak heran bila kita sering melihat sebuah warung kopi yang padat dipenuhi beberapa orang anak muda yang sedang main game online bareng (Mabar). Mereka betah duduk berlama-lama di situ karena, selain baterai gawai aman terkendali, tak jarang warung-warung kopi ini juga menyediakan fasilitas WiFi. Para sobat misqueen tentu memahami bagaimana rasanya, ya.

Namun tak seperti warung kopi yang seakan berlomba merebut hati pengunjung dengan memberikan fasilitas colokan yang banyak dan koneksi Wi-fi supercepat, kedai-kedai kopi kekinian yang sekarang sedang menjamur malah seperti belum terlalu mengambil langkah cepat untuk hal ini.

Memang ada beberapa kedai kopi atau kafe yang memiliki fasilitas koneksi WiFi dan colokan lengkap untuk para pengunjung. Tapi juga banyak yang belum. Di kota tempat saya tinggal, saya masih sering kesulitan menemukan colokan saat nongkrong di kedai-kedai kopi tersebut. Kalaupun ada, mungkin yang posisi mejanya ada di sudut atau mepet dengan tembok. Tempat yang tidak selalu bisa kita dapatkan juga.

Pada salah satu teman yang punya kedai kopi di sebuah mall di Surabaya, saya pernah bertanya kenapa di situ tidak disediakan colokan yang banyak? Dia memberikan beberapa alasan: pertama, meminta instalasi listrik yang agak banyak dari pihak mall tidak selalu mudah. Ingin punya banyak colokan tentu saja harus dengan beberapa titik instalasi, karena mereka hanya menyewa tempat otomatis hal ini terkadang sulit diwujudkan.

Kedua, kan tujuan utama orang datang ke kedai kopi itu untuk menikmati kopi dan makanannya, katanya. Jadi mereka tidak harus menyediakan fasilitas colokan karena akan mengurangi kenikmatan ngopi itu.

Ketiga, mereka menganggap para pengunjung kedai kopi (yang harga kopinya tidak murah) itu pastilah dari kalangan orang mampu yang duitnya berlebih. Jadi gawai yang mereka gunakan pastilah yang daya baterainya di atas 4000 mAh, tidak akan gampang drop.

Hal ini juga terjadi pada restoran cepat saji dan area foodcourt, masih jarang sekali mereka menyediakan colokan. Alasan mereka sih takutnya pengunjung cuma akan memanfaatkan fasilitas ini untuk numpang isi baterai tapi dengan membeli makanan dan minuman yang murah saja. Dan pengunjung ini akan menghabiskan waktu berjam-jam di situ. Cukup merugikan bagi para pemiliknya.

Kita tidak bisa menyalahkan. Semua pihak pasti sudah punya pemikiran dan perhitungan masing-masing untuk usaha yang mereka dirikan. Tapi saya belum pernah tuh mendengar para pemilik warung kopi sambat dengan tingkah para pengunjungnya.

Entah mereka beli satu gelas kopi atau bergelas-gelas ditambah makanan dan cemilan, mereka akan tetap dilayani dengan baik dan dibiarkan menggunakan fasilitas colokan itu sampai mereka puas. Tak jarang malah pengunjungnya sendiri yang merasa sungkan karena sudah terlalu lama duduk di situ tanpa banyak membeli, sampai akhirnya mereka memutuskan menambah minuman atau makanannya.

Banyak juga para driver ojek online yang merasa terbantu dengan fasilitas colokan di warung kopi ini. Bagi mereka yang banyak menghabiskan waktu di jalan, tentu hal ini sangat patut disyukuri. Mereka jadi bisa mengisi daya baterai gawai tanpa harus pulang dulu ke rumah atau mengandalkan powerbank

Umumnya para pemilik warung kopi sangat welcome pada para driver ini. Mereka menyambut dengan baik karena saling memahami kebutuhan masing-masing; sama-sama cari duit. Jadi tidak akan saling mempersulit. Toh biasanya pengunjung yang sudah betah dengan situasi dan kondisi satu warung kopi akan memutuskan untuk terus kembali ke situ. Loyalitas tiada batas.

Kalau kalian lebih suka numpang nge-charge gawai di mana, gaes? Warung kopi dekat rumah atau dekat kampus? Di mana pun tak masalah, asal jujur ya. Kalau ambil gorengan lima, jangan ngakunya cuma ambil dua.