Berbicara mengenai wanita, maka tak afdol jika tidak membahas mengenai kecantikan. Bagaimana tidak, pembahasan mengenai kecantikan sangat erat kaitannya dengan wanita. Terlebih lagi dengan perkembangan zaman, tuntutan penampilan hingga yang acap kali kita dengar adalah standar kecantikan di berbagai belahan dunia yang berbeda-beda.

Standar kecantikan Asia memiliki kulit yang putih dan bersih menjadi idam-idaman, hingga Amerika dan Eropa yang sangat mengidamkan kulit sawo matang hingga rela berjemur hanya untuk menurunkan pigmen kulit mereka dan masih banyak lagi standar kecantikan yang dimiliki oleh hamper seluruh negara di dunia.

Berbicara masalah standar kecantikan, seperti yang kita ketahui bahwa beberapa tahun ke belakang sedang booming kemunculan industri Korean Pop (K-Pop) dengan kemunculan idola K-Pop yang memiliki wajah tirus, mata yang besar hingga badan yang kurus, terlihat jauh berbeda dengan orang Korea pada umumnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan penampilan wajah dan postur tubuh idola K-Pop sebagai standar kecantikan orang Korea.

Standar kecantikan tersebut kemudian menjadi hal wajib bahkan berengaruh hampir di seluruh lini kehidupan, mulai dari karir, kehidupan sosial hingga politik. Tak ayal, demi mendapatkan penampilan sesuai dengan standar kecantikan tersebut, tak sedikit yang rela merogoh biaya mahal untuk melakukan operasi plastik demi terlihat seperti idola K-Pop.

Di Indonesia, membahas soal standar kecantikan maka tak luput juga dari pengaruh industri Pop (K-Pop). Arus perkembangan K-Pop di Indonesia tergolong tinggi di banding dengan negara tetangga lainnya, terlebih karena populasi penduduk yang terbilang banyak dan termasuk dalam kawasan Benua Asia. Maka tak ayal jika banyak wanita Indonesia yang menjadikan Korea sebagai kiblat kecantikannya.

Lalu seberapa besar pengaruh standar kecantikan bagi wanita di Indonesia? Apakah standar kecantikan tadi juga menjadi tolak ukur bagi seluruh lini kehidupan? Seberapa penting kah wanita harus termasuk dalam standar kecantikan yang sudah ditetapkan?

Sebenarnya, secara tidak langsung efek yang diberikan oleh standar kecantikan untuk kehidupan wanita di Indonesia sudah bisa kita jumpai dimana-mana. Coba saja perhatikan wanita di sekitar kita, tak sedikit yang kita jumpai memiliki kulit wajah putih pucat hingga kulit menipis dan nampak belang dibanding badan. Hal ini menandakan bahwa standar kecantikan memang harus diperjuangkan hingga terkadang lupa bahwa cara yang di tempuh adalah cara yang salah.

Itu yang nampak jelas bisa kita jumpai langsung, tapi pernah ga standar kecantikan tadi berpengaruh pada pekerjaan? Mungkin ga banyak yang mengalami langsung. Tapi ini nyata adanya, masih terjadi atau bahkan akan terus berlangsung entah sampai kapan.

Pengalaman interview kerja salah satu kawanku yang pernah melamar suatu pekerjaan di suatu perusahaan dengan posisi akan bertemu orang banyak. Awal yang baik sampai akhirnya pewawancara berkata seperti ini "Menjadi pekerja di posisi ini yang nomor satu adalah penampilan, kalau isi dalam (kemampuan akademik) itu bisa jadi nomor sekian. Kalau bisa sebelum interview harus cari kamar mandi, touch up make up dulu, usahakan pakai high heels 5 cm, menggunakan pakaian yang memperlihatkan bodyKurang lebihnya seperti itu.

Bisa dibayangkan, ketika ia sudah mempersiapkan diri dengan baik, berpenampilan sebaik mungkin, menggunakan sepatu pantofel hak 3 cm, bahkan berusaha menggunakan make up pun masih dikomentari seperti itu. Bagaimana yang tanpa persiapan?Apakah standar kecantikan harus selalu di agung-agungkan?

Bukan kah setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk ikut andil secara profesional dalam segala bidang? Boleh saja menetapkan standar kecantikan untuk bidang pekerjaan tertentu. Tapi, bukankah ada waktu yang dapat menjawab perubahan seseorang termasuk penampilan? Pasti semua sudah tahu yang namanya masa glow up bukan? Bisa jadi, di saat melamar kerja duitnya gak cukup untuk merawat diri, tapi setelah kerja dan sudah punya modal untuk merawat diri malah membuat pangling?

Namun, terlepas dari pro dan kontra terkait standar kecantikan. Terdapat hal lain yang sebenarnya sangat penting untuk dimiliki oleh wanita yakni BERSYUKUR. Ya, ini kunci utamanya. Jangan pernah memaksakan diri untuk masuk dalam standar kecantikan hingga kita memaksakan diri merubah semua yang sudah di gariskan oleh Tuhan dengan cara yang salah, menghalalkan segala cara yang penting memenuhi kriteria cantik.

Boleh saja merawat diri, membuat penampilan menjadi lebih baik dari sebelumnya karena dalam agama pun wanita memang dianjurkan untuk memperindah diri. Tapi ingat, semuanya bukan untuk sekedar menarik perhatian lelaki melainkan untuk membuat diri menjadi lebih nyaman.

Hargai diri sendiri, fokuskan diri untuk membahagiakan diri dengan cara yang baik, lakukan segala hal untuk memperkaya diri untuk meningkatkan kualitas diri. Yakinlah, setiap wanita cantik dengan caranya sendiri yang terpenting adalah bagaimana menerima diri sendiri, bersyukur dan bahagia dengan apa yang dimiliki. Hal tersebut akan memancarkan aura yang terkadang jauh lebih indah di banding sekedar masuk standar kecantikan.

Untuk yang benar-benar menjunjung tinggi keberadaan standar kecantikan, please hargai sesama, jaga perkataan, jaga tingkah laku, jangan membedakan-bedakan karena terkadang kita tidak tahu bahwa ucapan bercanda menjadi hal serius untuk orang lain. 

Boleh memberikan saran, boleh juga berkomentar. Cukup perhatikan kalimat yang terucap dan yang diberikan komentar pun harus legowo menerima. Seimbangkan keduanya, bukankah saling menghargai itu mudah? Biarkan dunia diwarnai dengan hal-hal yang membahagiakan, apalagi di kala pandemi sekarang, supaya imun kita tetap terjaga.

Semangat untuk seluruh wanita hebat di seluruh dunia!