WAKTU.
Tepat jam 12.30 pameran kota dibuka. Ada gelas antik
yang menolak dikatakan tua. Ada juga piring baru
yang mengatakan ia telah dewasa.
Tetapi ternyata jam di kota itu salah. Pameran
ternyata sudah terjadi tiap hari.
(Kupang, 2022)
SENDAL JEPIT.
Di tempatku bekerja, sendal jepit lebih mentereng
dibandingkan sepatu. Sendal yang digemari, menjadi
idola bagi setiap kalangan. Bahkan sekarang kata
mentereng sudah menjadi jantung untuk
sesuatu dikatakan idola.
(Kupang, 2022)
MASA DEPAN.
Ingin merupakan salah satu dari sekian raja
yang hidup di masa depan. Ia terkadang
pandai mengarang cerita, namun juga bijak
menempatkan kata kerja.
(Kupang, 2022)
PEMANTIK.
Salah satu mimpi yang paling indah adalah
memperoleh alat tukar dalam jumlah yang banyak. Ada
harapan yang akan terbayar. Ada keinginan
yang hendak ditemukan. Ada juga mimpi
yang siap dibakar kenyataan.
(Kupang, 2022)
PERTAMINA.
Setelah menghabiskan sekian tujuan, kau perlu
berjumpa dengan Ibu. Ia telah setia,
menghabiskan rindu untuk dibakarnya
demi segelas puisi.
(Kupang, 2022)
SEBUNGKUS ROKOK.
Penjual adalah mereka yang paling
berbahagia di bungkusan rokok. Para penikmatnya
merupakan dewa yang menunggu waktu
untuk cemas karena api perlahan
menjadikannya debu. Bukan rindu,
hanya pikiran yang sukanya bertamu
di saat pekerjaan menumpuk.
(Kupang, 2022)
PONSEL PINTAR YANG LUCU.
Sejak kelahiranmu,
saya mulai berjumpa dengan gembira, sedih, lucu dan candu.
Orang-orang menjadi
kecil dan menggemaskan.
Sejak kelahiranmu,
saya mulai mengenal sindir, menolong, memaki, dan rebahan.
Orang-orang menjadi
kecil dan menggemaskan.
Sejak kelahiranmu,
saya mulai memahami bahwa tertawa dan sedih itu daring.
Orang-orang menjadi
sepi dan menggemaskan.
Sejak kelahiranmu, saya mulai sadar ponsel kecil nan imut telah lahir
untuk merumuskan sepi, kecil dan menggemaskan.
Hari itu pun jadi.
"Saya menjadi asik sendiri"
(Kupang, 2022)
SANDAL JEPIT II.
Pagi-pagi benar adalah waktu,
Bagi para sendal berjalan bersama.
Mereka sering bercerita tentang
Kamar mandi, kamar tidur bahkan
Saat pemiliknya meninggalkan mereka
Di depan Gereja.
Siapakah yang terpenting diantara kita?
(Penfui, 2022)
SEPASANG KATA YANG SALING MEMBENCI.
Sepasang kata yang saling membenci, sering menghabiskan anak kalimat pada pinggiran paragraf. Setiap anak kalimat yang tersusun mengandung kata benci, dendam, murka bahkan dengki untuk dijadikan opini agar sepasang kata mengasihi sampai usai.
Setiap hari mereka menghabiskan waktu untuk saling membenci. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun hanya benci yang menjadi alasan mereka untuk berkumpul dan terus membenci. Membenci adalah cara lain dari mengasihi, tepatnya.
Sepasang kata yang saling membenci, semakin benci pada hal-hal benci yang dikatakan. Sampai akhirnya mereka pun sadar, kalau benci tidak abadi. Mereka sadar bahwa benci itu sementara. Mereka sadar bahwa sementara adalah batas ketidakwarasan agar berkumpul untuk mendengki demi mengusir mengasihi.
Sepasang kata yang saling membenci pun bertanya pada anak kalimat dan pinggiran paragraf;
Apa inikah yang disebut dengan dengki yang telah menemukan Induk Kalimat untuk mencari jalan baru?
(Penfui, 2022)
WARUNG TUHAN DI DAMSYIK.
Masih banyak jalan-jalan
yang ingin berkenalan dengan
laki-laki pemburu ikan.
"Semalam cuaca dengan lautan sedang berpesta
mereka masih kelelahan untuk menerima tamu,
pulang saja!"
Mereka yang suka memancing
terus saja berjalan pada jalan-jalan.
Sepertinya kelaparan dan omelan istri-anak
membuat mereka semakin tegar untuk menjala.
"Mata-mata jala terkoyak
sampah kota yang banyak adalah
hasil dari huru-hara angin dan lautan"
Kita pulang saja
untuk berkenalan dengan
jalan-jalan sambil
makan dan minum di warung Tuhan.
(Penfui, 2022)
Bumi Manusia.
Bumi yang di isi dengan
Manusia ini, runyam.
Seperti anak saat meminta
Telur dadar di malam
Hari.
Bumi yang diletakan
Manusia ini, pelik.
Seperti benang yang terlilit,
Hingga hilang ujungnya.
Bumi yang dilihat manusia
Belum begitu sehat.
Seperti resep dokter
Tiga kali satu dalam
Sepekan.
Bumi yang sekarang telah,
Menunda amnesia.
Pada mesin tik dan saliti
Untuk menjadikannya,
Bumi dan manusia,
agar;
Adil sejak dalam pikiran.
(Kupang, 2022)
Kopi Hitam Buatanmu.
Setiap sore ibu selalu memasak air untuk membuat
kopi agar ayah dan aku pergi keliling mencari,
kata yang viral di media sosial. Ayah selalu,
kalah saat mencari tetapi, ia begitu pintar
untuk menduga sejarah yang masuk bersama kopi.
Ibu yang tidak lelah, tetap memutar kopi
kepada kami yang sukanya berkeliling. Aku pun
menemukan kata Nusantara yang berbaring manis pada jendela
tua milik kakek dulu.
“Ayah yang tetap lamban, hanya diam.
Ia masih meneguk kopi sejarah, bersama darah para pejuang
yang membanggakan tombak bambu ditangannya.”
Ibu yang belum lelah, tetap memasak air.
Kemudian menuangkan pada gelas-gelas kosong kami
Ibu berkata:
“Ini kopi buatanku, hitam dan mengiurkan bukan?”
Kami pun mulai paham bahwa pencarian akan kata
tidak lebih dari petani dan kopi yang dipakai
Para ibu untuk menjadikan kami, kita.
(Kupang, 2022)