Menjadi seorang anak remaja yang memiliki keinginan besar membuatku tersadar, bahwa banyak proses yang harus dikejar. Namun dalam proses tersebut aku menghadapi banyak rintangan, hingga membuat ku jatuh dalam lubang kesakitan. Tak menyerah begitu saja tetap ku gapai mimpiku dengan caraku. Walau rasa sakit terus mengikutiku. 

Lulus dari SMP aku diterima di SMA yang dulu ku pandang sebelah mata. Aku masuk di SMA tersebut karena sistem zonasi yang merenggut impianku sekolah di SMA favorit. 

Aku merasa sedih saat itu tapi tak apa, akan ku balas kesedihanku dengan berjanji menjadi murid yang berprestasi. UTS pertama di SMA tersebut aku berhasil mewujudkan keinginanku karena aku memperoleh peringkat paralel satu waktu itu.

 Perasaan senang bercampur tegang karena aku takut tak dapat mempertahankan. Orangtuaku juga ikut merasa bangga dan menaruh rasa percaya pada anaknya. Namun mengapa sejak saat itu aku merasa kepintaran menjadi sebuah beban. 

Aku takut tak dapat mengulang keberhasilanku yang gemilang. Aku takut orangtua kecewa jika aku turun peringkat. Aku takut dipandang sebelah mata oleh temanku tercinta. Selain takut aku juga malu terhadap diriku karena tak mampu menjadi apa yang aku mau.

Perasaan takut dan malu terus berkecamuk dalam hatiku hingga badanku terasa remuk. Muncul rasa sesak, perih dan ingin mual dalam ulu hatiku. Aku ungkapkan semua keluhanku kepada dokter. 

Benarlah tebakan kalian, asam lambung kini penyakit yang harus aku lewati. Asam lambung sangatlah membuatku lelah karena penyakit ini sering kambuh. Banyak pantangan yang harus ku taati. Namun aku seorang yang keras kepala banyak pantangan yang tak kuhiraukan. 

Setiap ada ujian pasti asam lambung itu terus mendatangiku, aku menangis kesakitan karena nafas saja seperti tak bebas. Kambuhnya asam lambung itu karena aku terlalu berpikir yang tidak-tidak saat ujian, ketakutan dan kecemasan akan ketidakberhasilan sering menghadang. Berulang kali periksa ke rumah sakit namun tetap saja perut ini terasa terlilit. 

Entah sudah berapa botol sirup sucralfate yang ku minum hingga  saat ini. Sudah berbagai obat yang kutelan untuk membuat rasa sakit ini hilang. Keadaanku diperparah dengan meninggalnya ayahku, pikiranku semakin tak karuan. Aku merasa tak berhasil, perjuanganku untuk membanggakan orangtua serasa sia-sia. Rasa akan gagal terus menghantuiku, kini hanya tersisa ibuku sehingga aku tidak boleh membuatnya kecewa. Aku ingin melihat ibuku terus bangga terhadap pencapaianku. 

Obsesiku menjadi seorang yang pandai dan sukses membuatku menjadi terbebani dan menderita, karena asam lambung ini terus menemani dalam setiap proses meraih mimpi. Dengan rasa sakit itu, aku tetap ingin meraih apa yang aku impikan. Aku tetap belajar memaksakan jika diri ini bisa, walaupun dengan tangan terus memegang perut karena rasa sakit yang ingin ku cabut. Hingga akhirnya aku terus bertahan menjadi peringkat paralel satu disekolah dan diterima di perguruan tinggi ternama. 

Aku kira dengan tercapainya semua tujuanku waktu itu, asam lambung ini akan pergi dengan sendirinya, namun kenyataannya tidak. Dua bulan di perkuliahan penyakit ini semakin bertambah parah, dulu hanya saat ujian saja aku kambuh namun sekarang setiap hari aku merasa nyawaku ingin melayang. 

Keadaan ini terjadi karena ternyata ekspektasiku terhadap dunia kuliah tidak sesuai dengan realita yang kini ku jalani. Banyak tugas, tuntutan, tekanan, yang menjadi kewajiban dan harus ku kerjakan. Hingga aku merasa apakah aku kuat dalam menjalani semua ini, dan ingin mengakhiri semua sampai di sini. Tapi karena dukungan orang tersayang aku mencoba untuk bertahan. 

Aku temui semua sumber masalah ini adalah diriku sendiri. Aku terlalu berpikir yang buruk hingga malah membuatku terpuruk. Aku mencoba lebih mendekatkan diriku kepada Allah SWT, dengan lebih banyak berdoa untuk meminta ketenangan hati. Dalam hadist riwayat Thabrani terdapat doa ketenangan hati:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِك

Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu’minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna’u bi ’atho-ika.

Artinya:

Ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu.” (HR Thabrani).

Selain lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, aku mencoba untuk lebih berpikir terbuka bahwa hidup ini bukan hanya tentang kesuksesan. Semua sudah ditakdirkan dengan jalannya masing-masing. Jangan berpikir yang buruk padahal belum kita jalani, hal ini akan malah membuat kita semakin gila dalam hal yang fana. Kita harus terus berpikir hal yang baik berhusnudzon kepada Allah SWT.

Apabila hal itu kita terapkan dalam hidup kita selain ketenangan, penyakit asam lambung juga akan hilang. Sejatinya penyakit datang dari kita sendiri dan kita sendirilah yang dapat menghilangkannya dengan izin Allah SWT. Obat hanya sebuah perantara saja, jika kita yakin sembuh maka Insyallah kita dapat sembuh. Apabila kita tenang dan berpikir positif maka impian yang didambakan akan ikut terwujud.