Kita semua semestinya sudah memahami bahwa kebersihan merupakan perihal yang sangat penting untuk selalu kita jaga. Sebab dengan terjaganya kebersihan pada diri kita maupun lingkungan di sekitar kita, maka kita pun akan berpeluang dapat terpelihara dari berbagai macam kotoran, berbagai macam kuman atau penyakit apa saja yang dapat mengancam kondisi tubuh kita, di mana dampak selanjutnya adalah tubuh kita pun bisa menjadi sakit karenanya.
Selain itu, dengan senantiasa menjaga kebersihan juga dapat menjadikan kita merasa nyaman. Kenyamanan ini dapat kita rasakan lantaran kita merasa tidak ada sesuatu pun yang kita anggap dapat mengancam maupun membahayakan tubuh kita.
Dalam ajaran agama Islam kita sebenarnya juga telah diajarkan untuk menjaga kebersihan ini melalui konsep bersuci atau yang telah kita kenal dengan thahhaarah. Hampir setiap waktu kita dianjurkan untuk menjaga kesucian, baik itu kesucian dari hadats besar dan hadats kecil hingga kesucian dari berbagai macam najis (ringan, sedang dan berat).
Dengan demikian, kesucian dalam perihal ini harus benar-benar kita perhatikan dan harus benar-benar kita jaga adanya. Hal ini mengingat di antara amal ibadah kita ada yang dianggap tidak sah keadaannya manakala belum terpenuhi seluruh syaratnya, di mana salah satu syarat tersebut adalah harus terpenuhi kesuciannya.
Adapun di antara amal ibadah yang mensyaratkan kesucian dalam menjalankannya adalah shalat, thawaf dan berbagai amalan lainnya. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam QS Al-Maidah ayat 6 berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajah kalian dan tangan kalian sampai ke siku, dan usaplah kepala kalian dan (basuh) kedua kaki kalian sampai kedua mata kaki.
Jika kalian dalam keadaan junub (berhadats besar), maka mandilah. Dan jika kamu sakit, dalam perjalanan, kalian kembali dari tempat buang air, telah menyentuh perempuan (yang bukan mahram); jika kalian tidak mendapati air, maka bertayamumlah dengan debu yang suci.
Usaplah wajah kalian dan tangan kalian dengan (debu yang suci) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian, agar kalian dapat bersyukur."
Ayat tersebut menjadi landasan diwajibkannya bersuci pada saat seseorang hendak melaksanakan shalat, baik suci dari hadats besar maupun hadats kecil.
Di sisi lain, dengan adanya perintah untuk bersuci ini sebenarnya juga terdapat pendidikan bagi kita untuk berlatih mendisplinkan diri kita dalam memperhatikan kebersihan maupun kesucian, baik itu yang terdapat pada diri kita maupun lingkungan di sekitar kita.
Adapun contoh mengenai hal tersebut adalah berkaitan dengan shalat. Shalat akan dianggap tidak sah manakala tempat yang digunakan oleh seseorang itu dalam keadaan terkena najis.
Berbekal perhatian kita terhadap kesucian tempat shalat kiranya hal ini juga akan menjadi pengantar perhatian kita atas kebersihan tempat-tempat lainnya, sehingga keadaannya benar-benar akan dapat menghadirkan keamanan dan kenyamanan bagi siapa saja yang berada di sekitarnya.
Adapun tujuan utama kita dalam melaksanakan itu semua adalah semata-mata untuk mengharapkan ridha dari Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan oleh kesadaran mereka bahwa Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat dan gemar mensucikan diri.
Keadaan ini sebagaimana diterangkan dalam QS Al-Baqarah ayat 222 berikut:
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang gemar bertaubat dan menyukai orang-orang yang gemar mensucikan diri."
Jika kita mencermati isi dalam ayat tersebut, kiranya kita dapat menemukan sebuah penjelasan bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Hal ini sekiranya juga dapat kita pahami bahwa orang-orang yang gemar bertaubat sejatinya mereka adalah orang-orang yang dapat menyadari bahwa keadaan diri mereka masih dalam keadaan yang kotor sebab belum terlepas dari segala macam kesalahan maupun dosa, sehingga mereka pun berusaha untuk bertaubat atau memohon ampunan kepada Allah SWT.
Dengan memperoleh ampunan dari Allah yang senantiasa mereka ikhtiarkan, kiranya mereka pun akan dapat mensucikan diri mereka dari noda-noda kesalahan maupun kotoran-kotoran dosa.
Oleh sebab itulah, mereka senantiasa melakukan taubat itu secara sungguh-sungguh dengan tujuan agar mereka mendapat ampunan maupun ridha Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita semua menjadi bagian dari hamba-Nya yang gemar bersuci, baik mensucikan diri dari aspek jasmani maupun ruhani. Dengan demikian kita pun berpeluang untuk meraih ridha dari-Nya. Amin YRA.