Saya tidak terlalu khawatir dengan eksistensi keris yang sejak 25 November 2005 lalu sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia dari Indonesia. Walaupun keris ini banyak diburu oleh kolektor dari seluruh dunia, Indonesia punya nama-nama besar yang juga berani mengeluarkan kocek dalam untuk melestarikan warisan budaya ini. Beberapa dari mereka saya tahu sering mengikuti lelang di luar negeri guna mengembalikan warisan budaya tersebut ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Di Indonesia, kita memiliki kolektor keris harga jutaan, puluhan juta, ratusan juta, bahkan miliar. Dengan keberadaan mereka, saya merasa yakin bahwa warisan budaya berupa keris terbaik akan tetap berada di Indonesia. Di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I Jogjakarta dan daerah lainnya tersebar para pelestari tosan aji jenis keris ini. Sedangkan untuk jenis pedang-golok, rasanya masih bisa terhitung jari yang memiliki keberanian lebih.
Saya justru mengkhawatirkan warisan budaya pedang-golok ini. Kalau kondisi ini didiamkan, maka barang-barang terbaik dari jenis ini sudah tidak akan berada di Indonesia lagi. Ia sudah akan berada di tangan-tangan kolektor luar negeri atau museum-museum di Eropa. Mengapa bisa demikian? Ya, karena tidak banyak kolektor atau pelestari pedang-golok di Indonesia yang memiliki keberanian seperti halnya kolektor keris. Hal ini akan mengakibatkan berpindahnya barang-barang terbaik pedang-golok nusantara ke luar negeri. Perhatikan contoh foto yang saya lampirkan, barang tersebut sudah berada di salah satu museum di Belanda. Belum lagi yang berada di tangan kolektor perseorangan di Eropa, semua yang mereka incar adalah yang kelasnya raja atau bangsawan.
Walaupun saya belum lama berkecimpung di pedang-golok nusantara, saya berani katakan kebanyakan kolektor atau pelestari kita adalah yang berkelas ratusan ribu, setinggi-tingginya dua juta ke bawah. Coba Anda bayangkan, jika ada pedang-golok sepuh dengan bilah utuh, garap bagus, pamor jelas, sandangan bawaan (minimal bukan buatan baru), berapa mahar yang pantas untuk barang seperti itu? Ini saya baru bicara pedang-golok standar dengan warangka kayu atau tanduk ya. Di sini saya belum bicara pedang-golok dengan hiasan batu permata, perak, emas, arau gading gajah loh. Anda bisa tentukan sendiri mahar yang pantas. Keberanian Anda tentunya mencerminkan kelas Anda dalam dunia pelestarian pedang-golok ini.
Bagi para pemula, mungkin tidak mengapa menetapkan kelas ratusan ribu dulu, sambil belajar kepada para senior, tetapi dengan kelas itu tentunya jangan terlalu berharap mendapatkan pedang-golok degan kualitas bagus, itu kelas pemula, kelas awal. Setelah terbiasa dengan kelas itu, silakan naik kelas, dengan menjual pedang golok kelas ratusan ribu tadi menjadi kelas sejuta, kalau uangnya kurang, menabung dulu untuk bisa memperoleh pedang golok yang kelasnya lebih tinggi. Jangan terus membeli yang kelas ratusan ribu terus, naik kelaslah, tetap jangan lupa belajar agar menghindari kemungkinan dibohongi penjual. Begitu cara meningkatkan kelas dalam dunia tosan aji di pedang-golok. Jangan kaget mendengar harga pedang golok di atas dua juta, lima juta, delapan juta, sepuluh juta, bahkan puluhan juta. Jangan justru Anda mengatakan kok mahal, tidak ada murah atau mahal. Murah mahal itu relatif, kalau Anda merasa barangnya mahal, padahal barangnya sesuai kualitas, maka itu artinya kelas Anda belum sampai. Itu artinya. Belajar lagi agar Anda sampai di kelas itu, karena itu artinya memang kelas Anda belum sampai.
Bagi yang mengenal saya secara pribadi, tentu mengetahui saya memiliki page di FB bernama "Senjata Pusaka Nusantara", khusus tentang peninggalan budaya masa lalu yang saya mahari selama ini dari berbagai pihak, terutama pedang-golok. Sejak page tersebut muncul di FB tanggal 28 Jun 2021 yang lalu, tidak sedikit yang men-japri saya dan menanyakan berapa maharnya, setelah saya beritahukan berapa harga maharnya, sebagian besar diam seribu bahasa dan tidak melanjutkan komunikasi, sebagian kecil memberi penawaran di bawah modal saya memaharinya.
Terus terang kenyataan ini membuat saya prihatin dan berpikir bahwa suatu saat barang-barang pedang-golok kita yang terbaik akan pergi satu-satu meninggalkan Bumi Pertiwi. Sebagian besar pedang-golok kelas raja atau bangsawan ya berhiaskan taburan permata, emas perang dan gading gajah sudah tidak berada di Indonesia, kawan. Mereka ada di Eropa, saya berani pastikan itu dari berbagai literatur yang saya baca. Suatu saat barang-barang pedang-golok biasa pun akan mengalami nasib yang sama, hanya barang sisa yang tertinggal jika tidak segera lahir para pelestari atau kolektor yang berani merogoh kocek lebih dalam untuk melestarikannya.
Grup ini mengklaim dirinya sebagai grup pelestari pedang golok nusantara, coba dipikirkan upaya-upaya konkret yang bisa dilakukan ke depannya. Jika tidak segera dilakukan langkah-langkah khusus, maka apa yang saya jelaskan di atas bukan tidak mungkin akan terjadi. Saya tidak membayangkan saat pedang-golok nusantara masuk Balai Lelang Christie. Semua jenis pedang klasik yang dilelang di sana, baik dari Jepang maupun Eropa, tidak ada satu pun yang terjual murah, semua angkanya miliar, bahkan puluhan miliar. Bayangkan jika masa itu terjadi, kita akan kehilangan warisan pedang-golok nusantara yang tidak kalah berharganya dengan keris.