Masa peradaban Islam memulai babak baru ketika Khalifah terakhir dari Khulafaurasyidin Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A wafat. Lalu pada akhirnya anak dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidinia Hasan diangkat oleh penduduk sekitar Makkah dan Madinah untuk meneruskan jabatan Ayahnya sebagai Khalifah umat Islam pada saat itu. Masyarakat sekitar Makkah dan Manidah pun melakukan pembaiatan kepada cucu Rasulullah tersebut. Namun tidak semua penduduk Jazirah Arab menerima pembaiatan kepada Sayyidina Hasan tersebut, Muawiyah yang sudah memimpin di daerah Syam menolak pembaitan tersebut dengan dalih bahwa kelanjutan kepemimpinan ke-khalifahan seharusnya berlanjut kepada keturunan dari Bani Umayyah.
Setelah menolak pembaiatan kepada Sayyidina Hasan, Muawiyah bahkan berhasil merebut kekuasaan tersebut dan berhasil mendirikan Bani Umayyah. Bani Umayyah diambil dari nama Umayah bin Abdu Manaf, kakek Abu Sufyan Ibn Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayah hidup pada masa sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayha didirikan oleh Muawiyah Ibn Abu Sufyan dengan pusat pemerintahan di Damaskus yang berlangsung selama 90 tahun.
Dinasti Umayyah yang berkuasa hampir satu abad dengan 14 orang Khalifah. Dimulai oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan dan ditutup oleh Marwan Ibn Muhammad. Adapun urutan-urutan Khalifah Umayyah adalah sebagai berikut; Muawiyah I/Ibn Abi Sufyan; Yazid I; Muawiyah II; Marwan I; Abdul Malik Ibn Marwan; Al Walid I; Sulaiman Ibn Abdul Malik; Umar bin Ibn Abdul Aziz; Yazid II; Hisyam ibn Abdul Malik: Al Walid II; Yazid III; Ibrahim Ibn Al-Walid II; Marwan II;
Sejak dimulainya Bani Umayyah maka Muawiyah bin Abi Sufyan pun merubah sistem pemerintahan, yang mana dulu memakai sistem Musyawarah lalu Ia rubah merubah menjadi Sistem Monarki / Kerajaan, sistem ini berlaku ketika Muawiyah menunjuk putranya Yazid sebagai putra mahkota yang kelak akan menggantikanya sebagai Khalifah. Para Sejarawan berpendapat Bani Umayyah mencapai masa kemakmuran dan kemajuan hanya ketika di-pimpin oleh Khalifah; Muawiyah 1, Al Walid 1 dan Umar bin Abdul Aziz.
Pada masa Bani Umayyah wilayah Islam berhasil diperluas, puncaknya ketika Khalifah Al Walid I menjadi Khalifah,Ia berhasil memperluas wilayah Kekuasaan Islam dari perbatasan China hingga ke wilayah Spanyol dan Portugal. Jika diperinci wilayah itu antara lain ; negara-negara di Asia kecil, Persia, Syam, Jazirah Arab, sebagian negara Afrika Utara, Andalusia, Toledo hingga pegunungan Pyrenia. Meskipun berhasil memperluas wilayah ke daerah non Arab, Bani Umayyah enggan berhubungan dengan kaum non Arab sehingga Bani ini terkenal dengan Bani yang anti dengan kaum Mawali / kaum non Arab.
Bani Ababasiyah berdiri ketika Khalifah terakhir dari Bani Umayyah, Marwan II sudah tidak sanggup lagi memimpin kekuasaan, situasi itu pun dimanfaatkan oleh Abu Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah, Abu Abbas sendiri berhasil mengalahkan Marwan II dengan demikian maka berdirilah Bani Abbasiyah. Kalau kita telusuri secara detail, maka dapat diketahui bahwa dalam rentang waktu sekitar lima abad masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, 132 – 642 H (750 – 1258 M), terdapat 37 orang Khalifah yang telah mempimpinya dengan berbagai karakter dan kontribusi yang diberikanya.
Berbeda dengan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah justru sering mengadakan kontak dengan bangsa lain, sehingga terjadi pertukaran ilmu pengetahuan antara bangsa Arab pada saat itu dengan orang-orang non Arab khusunya dengan orang Yunani. Maka tidak dapat dipungkiri pada masa Abbasiyah banyak ilmuwan-ilmuwan Muslim dan Ulama yang lahir pada masa itu, karena pada masa itu setiap ilmuwan / ulama sangat dihargai oleh para Khalifah. Faktor lahirnya para Ilmuwan Muslim dan Ulama tidak lepas dari kontak dengan bangsa Helenisme, sehingga kitab-kitab dari bangsa Helenisme diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Khalifah Harun al-Rasyid terkenal sebagai khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, baik belajar maupun dalam hal membangun fasilitas belajar seperti; sekolah, perpustakaan, menyediakan guru dan membentuk gerakan terjemahan. pusat-pusat keilmuan juga tumbuh dengan pesatnya, perpustakaan fenomenal yang sangat populer di ibu kota dinasti Abbasiyah ini, Baghdad, adalah “Baitul Hikmah”.
Dengan digalakanya gerakan penerjemahan maka tak sedikit Ilmuwan yang lahir pada saat itu dengan berbagai bidang Ilmu pengetahuan seperti; dalam lapangan Astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun Astrolobe. Tokoh-tokoh terkenal dalam filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Dalam lapangan kedokteran Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dan campak dengan measles.