Ujian nasional SMA terakhir ini menyimpan cerita unik dalam penyelenggaraannya. Pasalnya, banyak siswa yang mengeluhkan bahwa soal yang diujikan terlalu sulit dan tidak diajarkan di sekolah. Ditambah lagi dengan masih penyesuaian siswa dengan ujian komputer, yang memang membutuhkan kecakapan tersendiri dalam mengoperasikan.

Mengapa siswa-siswi Indonesia khawatir pada ujian nasional?

Kalau kita lihat ke belakang, memang ujian nasional yang ada di Indonesia kerap menjadi momok yang menghantui siswa. Tak heran apabila terdapat kasus-kasus depresi bahkan bunuh diri setelah ujian nasional. Sejak tahun 2007, terdapat 5 siswa yang bunuh diri akibat depresi dengan hasil ujian nasional.

Pada tahun 2018 ini, telah terjadi fenomena yang sebenarnya biasa dan terjadi dari tahun ke tahun namun menjadi viral di tahun ini yaitu terkait sulitnya soal ujian nasional, khususnya untuk siswa SMA.

 Dilansir dari BBC News Indonesia, menurut Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Bambang Suryadi, soal-soal yang sulit justru untuk menguji dan mendorong siswa untuk berpikir dengan nalar atau kemampuan tinggi.

"Selama ini kita selalu ketinggalan dengan siswa-siswa di negara lain. Kalau kita pakai tolak ukurnya nilai PISA, posisi kita selalu rendah dibandingkan dengan negara yang lain."

"Kalau anak-anak tidak dibiasakan berpikir tingkat tinggi, hanya sekadar menghafal, mengingat, menyebut, maka tidak akan membuat lulusan kita kompetitif dibandingkan dengan siswa-siswa di negara yang lain," tambahnya.

PISA (Programme for International Student Assessment, Program Penilaian Pelajar Internasional ) adalah program untuk membandingkan prestasi anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun di seluruh dunia, dengan tujuan meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya. Dalam penilaian PISA terakhir pada tahun 2015, kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains, membaca, dan matematika berada di bawah rata-rata.

Meski begitu, dalam laporan PISA tersebut, jika siswa Indonesia mampu mempertahankan laju peningkatan kemampuan siswa yang sudah terjadi sejak tahun 2000, maka tahun 2030 para siswa Indonesia dapat menyamai kemampuan sains siswa dari negara-negara maju. Tentu hal ini dijadikan sebagai senjata untuk melawan serangan dari keluhan siswa-siswi.

Pada tahun ini, ujian nasional SMA dan sederajat di indonesia termasuk dalam kategori soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills). Sebab, menurut Bambang Suryadi, salah satu cara untuk mengejar ketertinggalan siswa Indonesia adalah melalui ujian nasional yang mencakup soal-soal yang mengarah pada HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Sesuai namanya, model soal HOTS mendorong siswa untuk berpikir dengan nalar tinggi yang mengarah pada berpikir kritis dan tajam analisis dalam menjelaskan suatu permasalahan.

Jelas bahwa siswa yang tidak diberikan bekal untuk mengerjakan soal-soal yang berbasis HOTS akan amat kesulitan dan akan mengalami tekanan. Patut diperhatikan juga bahwa siswa-siswa seharusnya sudah mendapatkan bekal atau pembelajaran yang cukup dengan soal-soal menganalisa yang diujikan pada ujian nasional. 

Kemampuan menganalisa dapat dikatakan sulit untuk dilakukan tanpa adanya pemahaman yang fundamental untuk menganalisis suatu permasalahan. Dengan demikian, dibutuhkan solusi yang nyata mulai dari program pendidikan nasional sampai perubahan kurikulum pendidikan tiap sekolah, dengan lebih memperhatikan persiapan kelas akhir menjelang ujian nasional.

Salah satu caranya yaitu dengan memberikan kelas tambahan bagi siswa untuk belajar kembali materi sekolah mulai dari kelas awal sampai kelas akhir yang diujikan dalam ujian nasional.

Memang cara ini dibilang masih relevan, namun seiring dengan perkembangan zaman banyak media yang dapat dimanfaatkan demi membantu proses belajar siswa-siswa yang lebih efektif untuk  melaksanakan ujian nasional SMA. Salah satunya dengan cara online. 

Pemerintah harusnya dapat mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis online dan menjadikannya trobosan untuk menambahkan materi pada siswa yang akan melaksanakan ujian nasional. Tak dipungkiri bahwa media online saat ini mampu menjadi media yang ampuh dalam publikasi dan bersosialisasi.

Dengan digunakannya pembelajaran secara online maka akan membuat proses belajar menjadi lebih luwes dan dapat menyesuaikan dengan minat belajar siswa-siswi sekolah. Tentunya, pengemasan yang kekinian dan materi yang atraktif akan dapat menarik perhatian siswa untuk belajar secara online.

Namun trobosan ini harus diikuti dengan pengimbangan mutu soal ujian nasional, dan disesuaikan dengan program pembelajaran yang ditetapkan pemerintah dan dijalankan di tiap sekolah. Selain itu bantuan fasilitas dari pemerintah juga harus terpenuhi demi mendukung proses pembelajaran.

Terakhir dan yang terpenting, pemerintah harus menyesuaikan kualitas sekolah di tiap daerah, pasalanya sekolah-sekolah di daerah memiliki permasalahan yang berbeda dalam hal fasilitas kelas, guru, buku dan lain sebagainya.

Melalui penguatan sejak tataran kelas sampai tataran nasional, maka dengan sendirinya kualitas pendidikan kita akan meningkat dan mampu lebih bersaing di level internasional. Hingga ujian nasional bukan lagi menjadi hal yang menakutkan, namun  menjadi suatu jalan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam menyediakan pendidikan di Indonesia. Siswa tak lagi ketakutan karena sudah diperisiapkan sejak jauh-jauh hari.

Mari bersiap untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik!
Selamat Hari Pendidikan Nasional.