Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini kian pesat. Hampir semua bidang dalam kehidupan ini telah dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dunia pendidikan sebagai poros utama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah pasti tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kuat mempengaruhi dunia pendidikan adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagai bagian dari kegiatan dunia pendidikan di negara kita, perkembangan proses pembelajaran di setiap sekolah yang ada di negara kita juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Hampir semua proses pembelajaran telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, mulai dari kegiatan persiapan proses pembelajaran dengan penyiapan bahan dan materi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi, pelaksanaan proses pembelajaran yang juga memanfaatkan aneka media berbasis teknologi informasi, hingga penilaian hasil proses pembelajaran yang menggunakan sistem penilaian yang berbasis komputer.
Penilaian hasil belajar berbasis komputer saat ini sedang berkembang dengan pesat dalam dunia pendidikan kita dewasa ini. Banyak guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi tersebut untuk kegiatan penilaian hasil pembelajaran. Mulai dari kegiatan pemberian tugas rumah, penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, penilaian kenaikan kelas, hingga ujian akhir.
Faktor utama adanya kecenderungan para guru untuk menggunakan penilaian berbasis komputer tersebut adalah karena kemudahan dalam pemeriksaan dan pengolahan hasil penilaian serta minimalnya pengeluaran biaya fotokopi soal.
Pemerintah juga saat ini sedang giat-giatnya menggalang kegiatan ujian nasional berbasis komputer. Dengan mengusung alasan pengurangan biaya pengadaan dan penggandaan naskah soal, pemerintah kini terus berupaya agar sekolah-sekolah dapat menyelenggarakan ujian berbasis komputer.
Pemerintah pun terus memfasilitasi sekolah-sekolah untuk mampu menyiapkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ujian nasional berbasis komputer. Pemerintah juga giat melakukan penataan dan pembinaan terhadap operator pengawal ujian berbasis komputer.
Telah banyak sekolah yang menggunakan ujian nasional berbasis komputer, terutama sekolah-sekolah yang ada di kota. Sekolah-sekolah yang ada di pedesaan pun kini sudah banyak yang menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer. Namun penyelenggaraan ujian nasional yang berbasis komputer bagi sekolah-sekolah yang ada di pedesaan seakan-akan dipaksakan.
Ada beberapa sekolah yang harus meminjam laptop siswanya sebagai tambahan peralatan pendukung kegiatan ujian. Ada pula sekolah yang melakukan ujian di sekolah lain yang sudah lengkap peralatan ujian nasional berbasis komputer, sehingga siswa-siswanya harus diarahkan untuk mengikuti ujian nasional di sekolah tersebut.
Penyelenggaran ujian nasional berbasis komputer memang memerlukan biaya yang sangat besar. Biaya itu terutama untuk pengadaan perangkat komputer dan servernya. Hal itu menjadi beban yang sangat berat bagi sekolah-sekolah yang ada di pedesaan.
Apalagi ada beberapa sekolah di pedesaan, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, yang jumlah siswanya sangat sedikit. Sehingga rata-rata sekolah yang ada di pedesaan belum mampu untuk menyiapkan perangkat pendukung kegiatan ujian nasional berbasis komputer.
Ujian nasional berbasis kertas dan pensil menjadi pilihan utama bagi sekolah-sekolah yang ada di pedesaan. Selain karena alasan biaya pengadaan perangkat ujian nasional yang berbasis komputer yang belum mampu disiapkan oleh sekolah-sekolah yang ada di pedesaan, ujian berbasis kertas juga masih mampu mengatasi kesulitan akan adanya siswa-siswa yang belum melek teknologi informasi.
Siswa-siswa yang ada di pedesaan juga masih belum familiar dengan ujian berbasis komputer. Ada tekanan psikologis bagi siswa ketika menghadapi ujian berbasis komputer, mereka belum mampu mengelola waktu ujian, sehingga sering terdesak oleh waktu ujian yang terbatas. Hal ini tentu sangat berbeda dengan ketika mereka mengikuti ujian berbasis kertas, dimana mereka bisa mendapatkan waktu toleransi batas waktu ujian, walau itu hanya beberapa saat.
Mereka juga masih terbiasa dengan ujian dimana mereka bisa membolak-balikkan naskah soal ujian untuk mencari soal-soal yang mereka ingin kerjakan terlebih dahulu sesuai dengan materi yang diingatnya terlebih dahulu.
Ujian nasional berbasis kertas juga masih sangat menguntungkan dalam hal dokumentasi naskah soal ujian. Mereka bisa menerka nilai yang mereka peroleh dalam ujian dengan melihat kembali naskah soal yang sudah mereka kerjakan.
Dokumetasi naskah soal ujian nasional dari tahun ke tahun juga bisa mereka bukukan sebagai bahan belajar dalam persiapan ujian. Hal ini tentu tidak akan dapat dipenuhi oleh ujian berbasis komputer, apalagi jika para siswa tidak memiliki komputer atau laptop.
Masyarakat yang ada di pedesaan kebanyakan masih tergolong masyarakat ekonomi lemah, walau ada beberapa anggota masyarakat golongan ekonomi menengah. Kebutuhan utama masyarakat yang hidup dipedesaan masih menyangkut kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan tempat tinggal. Kebutuhan untuk pengadaan laptop atau komputer untuk anak-anaknya yang bersekolah masih belum tersentuh oleh para orang tua yang ada di pedesaan.
Hal inilah yang menyebabkan banyaknya siswa di pedesaan yang belum meliliki laptop atau komputer. Padahal komputer atau laptop merupakan kebutuhan utama siswa dalam rangka pembiasaan atau pembelajaran siswa dalam menghadapi ujian berbasis komputer.
Para orang tua siswa yang ada di pedesaan umumnya juga masih merupakan orang tua yang belum tersentuh kemajuan teknologi informasi. Para orang tua masih mengandalkan naskah-naskah soal ujian dari soal-soal ujian tahun sebelumnya sebagai bahan untuk memberikan pembinaan dan pengarahan kepada anak-anaknya yang akan menghadapi ujian.
Mereka masih memilih untuk menganjurkan anak-anaknya untuk membaca naskah yang disajikan dalam bentuk buku ketimbang membelikannya laptop. Selain karena kondisi ekonomi yang belum terlalu mapan, para orang tua juga masih beranggapan bahwa belajar melalui membaca buku atau naskah soal tahun sebelumnya akan lebih memberikan hasil ketimbang membaca melalui laptop atau komputer.
Kekhawatiran lain yang umum berlaku dari para orang tua di pedesaan adalah keraguannya akan keseriusan anaknya dalam belajar melalui laptop atau komputer. Para orang tua masih percaya bahwa ketika anaknya membuka laptop atau komputer, anak-anaknya hanya bermain game atau menonton film dan tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
Belum lagi dengan ada banyaknya file-file berbau pornografi yang beredar di kalangan siswa yang semakin membuat kekhawatiran para orang tua meningkat. Itulah sebabnya, para orang tua yang ada dipedesaan masih percaya bahwa naskah berbentuk buku masih merupakan yang terbaik sebagai sumber belajar anak-anaknya.
Peranan kertas masih sangat mengakar di kalangan orang tua siswa di pedesaan. Selain dari buku-buku cetak, naskah-naskah soal ujian tahun sebelumnya, para orang tua masih mengandalkan catatan-catatan yang dibuat anak-anaknya sebagai bahan pembinaan anak-anaknya dalam menghadapi ujian.
Para orang tua sering membuka catatan-catatan anak-anaknya untuk memantau perkembangan belajar anaknya. Mereka juga lebih sering menganjurkan anak-anaknya untuk membuka buku catatanya ketimbang membuka laptop atau komputer.
Peranan kertas dalam ujian nasional berbasis kertas masih sangat diperlukan, terutama untuk sekolah-sekolah yang ada di pedesaan. Alasan penghematan biaya yang diusung pemerintah, ternyata sangat membebani sekolah-sekolah yang ada di pedesaan. Karena sekolah-sekolah yang ada di pedesaan belum mampu untuk menyediakan perangkat pendukung kegiatan ujian nasional berbasis komputer.
Selain itu juga sangat membebani masyarakat yang ada di pedesaan, karena mereka belum mampu untuk menyiapkan komputer atau laptop bagi anak-anaknya dalam rangka pembiasaan penggunaan komputer atau laptop untuk ujian berbasis komputer.
Membaca naskah soal yang disajikan dalam bentuk kertas juga masih lebih menguntungkan ketimbang membaca soal yang disajikan dalam layar komputer. Selain karena alasan kesehatan mata yang mengancam mereka yang terlalu sering membaca melalui komputer, membaca soal melalui naskah yang tersaji dalam bentuk kertas juga lebih memuaskan jiwa.
Selain karena tingkat keterbacaan yang cukup jelas, siswa yang membaca melalui kertas juga bisa memberi tanda pada kata-kata kunci dalam naskah dengan menggarisbawahi atau melingkarinya. Hal itu tentu sangat membantu siswa dalam menemukan jawaban yang tepat dari pilihan jawaban yang disediakan.
Membaca soal melalui kertas juga tidak pernah terganggu oleh adanya keraguan kalau sewaktu-waktu komputer ngadat atau mati. Sehingga para siswa cenderung santai ketika mengerjakan soal yang disajikan dalam bentuk kertas ketimbang dalam bentuk penyajian dengan layar komputer. Oleh karena itu, ujian nasional berbasis kertas jauh lebih menyenangkan dan memuaskan jiwa ketimbang ujian berbasis komputer.