Tuhan itu ada berapa, sih? Itu merupakan salah satu pertanyaan yang sering saya dengar saat belajar agama. Ada jawaban bahwa Tuhan itu satu, namun cara kita memanggil dan menyembah-Nya yang membuat ada banyaknya agama.
Kalau Tuhan ada satu, mengapa umat dalam suatu agama tertentu mengklaim bahwa ajaran agama mereka yang paling benar? Apa Tuhan sengaja membuat banyak agama agar terjadi perpecahan di antara manusia?
Jawabannya tentu saja bukan Tuhan yang menciptakan banyak agama, tapi manusia sendiri yang membuat agama dan berkata bahwa agama yang mereka anut yang paling benar di antara yang lainnya.
Perpecahan antaragama tidak disebabkan oleh Tuhan, namun sifat egoisme dan tidak pernah puas yang dimiliki manusialah yang membuat perpecahan itu terjadi. Orang-orang yang haus akan kekuasaan mengadu domba umat antaragama demi mencapai kepentingan mereka sendiri.
Saya pernah membaca satu artikel dengan judul Mengapa Tuhan Tidak Menciptakan Manusia dengan Satu Agama Saja?. Dalam artikel tersebut, si penulis bercerita bahwa ia memutuskan untuk menganut agama Buddha, padahal orang tuanya menganut agama yang berbeda.
Alasannya karena ia merasa nyaman dengan ajaran Buddha. Hal itu membuktikan bahwa berbeda agama tidak mengharuskan kita untuk bermusuhan.
Berbeda kasus dengan artikel yang saya baca di atas, saya juga pernah mendengar cerita dari seorang teman mengenai kisah cintanya yang berbeda agama. Sampai saat ini, kisah cinta berbeda agama masih menjadi suatu hal yang tabu. Jika melihat orang berpacaran beda agama, maka kebanyakan masyarakat akan membuat anggapan bahwa hal itu tidak diperbolehkan atau dilarang.
Tiap kali saya melihat pasangan berbeda agama, selalu muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya. Mengapa pacaran berbeda agama selalu memiliki akhir yang kurang baik? Tidak bisakah mereka berakhir bahagia? Padahal, kan, mereka sama-sama manusia ciptaan Tuhan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang selalu ada di benak saya setiap melihat pasangan berbeda agama.
Setelah saya membaca beberapa artikel mengenai cinta beda agama, saya mulai mengerti mengapa pacaran atau menikah berbeda agama itu dilarang. Hal itu disebabkan oleh ajaran masing-masing agama yang memang melarang adanya pernikahan berbeda agama, karena akan menjadi suatu masalah dalam hal pemahaman jika hal tersebut dibiarkan (menikah berbeda agama).
Namun dari banyaknya artikel yang saya baca, tidak ada satupun yang menyebutkan secara langsung bahwa Tuhan melarang adanya cinta berbeda agama. Sebagian besar mengatakan bahwa ajaran agama yang melarang adanya pernikahan berbeda agama.
Pada suatu hari, ibu saya pernah berkata bahwa dalam budaya Bali, pernikahan berbeda agama akan membuat masa depan dari pernikahan tersebut tidak berjalan dengan baik. Ibu saya berkata bahwa hal itu disebabkan oleh leluhur yang tidak menyetujui adanya pernikahan beda agama. Maka, sesuai kepercayaan, rezeki dari orang tersebut tidak akan berjalan dengan lancar.
Pada saat itu, saya berpikir, mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Padahal Tuhan yang mengatur segalanya? Namun pemikiran-pemikiran saya itu tidak pernah saya utarakan kepada ibu saya.
Sebenarnya contoh kasus mengenai cinta berbeda agama tidak akan menghasilkan suatu hubungan yang baik, dan ini banyak kita temukan di Indonesia. Padahal di negara lain, hal seperti itu dianggap wajar dan lumrah atau biasa terjadi. Tidak ada yang namanya social judgement terhadap pasangan yang berbeda agama.
Bahkan pertanyaan mengenai agama di luar negeri dianggap tabu. Karena kebanyakan dari orang-orang tersebut tidak memiliki agama, namun tetap memercayai adanya Tuhan. Hal itu membuktikan bahwa bukan agamalah yang menjadi kunci utama untuk memercayai Tuhan, melainkan agama hanya menjadi fasilitator agar manusia tetap berada di jalan Tuhan.
Tuhan menciptakan manusia itu memiliki kodrat yang sama, tidak ada bedanya. Perbedaan yang ada hanya ciptaan manusia semata. Tuhan seperti menguji bagaimana sikap kita sebagai manusia jika diletakkan dalam perbedaan.
Namun terkadang banyak manusia yang membuat perbedaan sebagai kambing hitam untuk membuat perpecahan. Orang-orang yang senang membuat rusuh seperti itu akan berceloteh bahwa perbedaan itu tidak akan menghasilkan hal yang baik dan akan menghancurkan manusia. Semua anggapan itu merupakan hoax.
Saya percaya, Tuhan itu satu dan hanya manusialah yang membuat Tuhan dalam masing-masing agama seakan-akan berbeda. Padahal hanya sebutan saja yang berbeda sedangkan keberadaan Tuhan itu esa.
Perbedaan itu sebenarnya indah kalau kita bisa menghargai sesama. Tidak ada yang namanya perbedaan kalau kita selalu berpikir bahwa, sebagai manusia, kita memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk senantiasa mengikuti ajaran Tuhan.