Sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu telah terjadi ledakan dahsyat. Sebuah ledakan yang menciptakan ruang dengan luas tak terhingga dan terbentuk menjadi ratusan miliar galaksi.

Big Bang bukan hanya sekedar ledakan yang membentuk seluruh jagad raya namun juga sebagai awal dari kehidupan makhluk hidup di planet ini.

Jika alam semesta merupakan sistem yang terbentuk dari sebuah ledakan, terlepas dari penjelasan ilmiah tentang terjadinya ledakan dahsyat tersebut. Pertanyaannya siapa yang meledakkannya? atau siapa yang menciptakan bahan peledaknya?.

Alam semesta memang menyimpan banyak rahasia, walaupun tidak sedikit misteri tentang alam semesta yang berhasil dipecahkan oleh para Ilmuwan.

"Jika kita menemukan jawabannya, itu akan menjadi kemenangan tertinggi akal manusia karena kemudian kita akan mengetahui pikiran Tuhan". Sebuah kalimat dari tulisan Stephan Hawking dalam A Brief History of Time yang diterbitkan pada 1988.

Merujuk pada konsep ketuhanan. Beberapa agama merasa bahwa apa yang tertulis dalam Kitab suci mereka tentang alam semesta dapat disinkronkan dengan fakta ilmiah yang ditetapkan sains. Artinya ada interaksi positif antara keduanya namun tetap menimbulkan perdebatan tentang konsep penciptaan.

Keyakinan akan adanya sang pencipta dan hukum kekekalan energi selalu menimbulkan tanda tanya antara keduanya. Tuhan di dalam Kitab suci manapun dijelaskan sebagai dzat yang tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan sebaliknya dengan energi.

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa total energi dalam sebuah sistem hanya berubah jika energi berpindah masuk dan keluar dari sistem. Hal ini membuktikan bahwa tidak mungkin menciptakan atau memusnahkan energi.

Artinya, Tuhan ataupun energi keduanya sama-sama tidak memiliki awal dan akhir. Definisi yang sama antara keduanya menciptakan sebuah kontradiksi yang akan terus berlanjut.

Dalam pengembangan ilmu sains dan penelitian tentang misteri alam semesta, keberadaan Sang maha pencipta tidak selalu dijadikan sebagai tolak ukur.

Seorang kanon Gereja sekaligus ilmuwan bernama Copernicus, mengembangkan teori heliosentrisme dengan berlandaskan ilmu pengetahuan. Ia berhasil menjatuhkan teori geosentris tradisional .

Namun pada tahun 1616 Gereja Katholik mencantumkan karya Copernicus sebagai buku-buku terlarang yang dianggap tidak sesuai dengan doktrin gereja karena bertentangan dengan ayat-ayat dalam Alkitab.

Nasib yang sama juga dialami oleh ilmuwan asal Italia Galileo Galilei yang diadili Gereja Katolik karena dianggap bidah karena mengembangkan teori dari Copernicus.

Terlepas dari kontradiksi yang ditemukan Gereja Katholik dalam teori Copernicus dan Galileo galilei, keberadaan Sang maha pencipta memang terlalu abstrak dalam pandangan ilmu sains yang selalu ingin mencari sebuah kepastian dalam memecahkan misteri alam semesta.

Teori Bigbang bisa dikatakan merupakan akhir dari pengetahuan manusia tentang semesta alam. pertanyaan tentang keberadaan milyaran galaksi, planet-planet, tata Surya dan seluruh isi dari jagad raya telah dijawab oleh para ilmuwan.

Sebuah gas yang awalnya hidrogen, tidak ada tanah, air, batuan, garam, bahkan bahan metal. Semuanya hanyalah gas hidrogen yang dalam keadaan sangat padat kemudian meledak menjadi semesta. Seperti itulah proses dari Bigbang.

Keberadaan Tuhan Bahkan tidak dijelaskan, tidak ada penjelasan sama sekali tentang adanya campur tangan Sang maha pencipta dalam ledakan maha dahsyat tersebut.

Dalam Islam, penjelasan  tentang Bigbang menurut seorang Ulama asal India Dr. Zakir Naik mempunyai kesamaan dengan penjelasan dalam surat Alanbiya ayat 30.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?,”

Bigbang dan Alanbiya keberadaanya berasal dari dua hal yang berbeda. Surat Alanbiya merupakan Firman Tuhan sementara teori Bigbang adalah sebuah catatan dari hasil penelitian manusia.

Albert Einstein adalah salah satu tokoh ilmuwan yang paling misterius. Spritualitasnya sebagai seorang ilmuwan masih dipertanyakan. Suatu ketika dibulan Januari 1936, seorang gadis yang masih duduk di sekolah dasar menuliskan surat kepada Einsten.

Phyllis, nama gadis itu. Dalam isi suratnya ia bertanya kepada Einsten, apakah ilmuwan bisa percaya kepada sains dan agama sekaligus.

Setelah beberapa hari Einstein menjawab pertanyaan dari gadis kecil itu dengan membalas suratnya. Dalam surat balasannya, Einstein menjawab bahwa setiap kejadian terjadi karena hukum alam.

Sebuah jawaban yang dilontarkan Einsten kepada seorang gadis kecil yang bahkan belum memahami bagaimana hukum alam bekerja.
Di waktu lain, Einsten juga pernah mengeluarkan pernyataan bahwa Agama tanpa ilmu ialah buta, ilmu tanpa agama adalah lumpuh.

Apapun yang terjadi orang ateis akan selalu beranggapan bahwa alam semesta terbentuk dengan sendirinya dari sebuah energi yang tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, sementara orang beragama akan selalu tunduk pada keberadaan Tuhan sebagai pencipta yang mengawali sekaligus yang akan mengakhiri eksistensi alam semesta.