Suatu ketika, alif yang sedang berkuliah di Bandung memperoleh kabar duka. Pasalnya, ia mesti kembali ke kampung halaman karena ayahnya menderita sakit. Alif menyaksikan bagaimana sang ayah menghembuskan napas terakhir.
Ketika kembali berkuliah, Alif mesti berjualan kain kesana kemari untuk membantu pemasukan keluarga. Karena hal ini lah, Alif biasa di luar kelas dengan cara titip absen kepada teman-temannya.
Namun, Alif mulai bangkit dari deritanya. Ia mulai menjalani kuliah yang sempat ia tinggalkan. Ia kembali menekuni dunia jurnalisnya. Tidak hanya itu, Alif terpilih menjadi mahasiswa pertukaran pelajar di Kanada. Di sana, ia memenangkan nominasi sebagai mahasiswa magang berprestasi. Alif menjadi mahasiswa luar biasa.
Cuplikan film ranah 3 warna (2021) di atas merupakan hasil refleksi penulis atas perjuangan sang pemeran utama. Mahasiswa yang sebelumnya biasa di luar (BL) menjadi mahasiswa luar biasa (LB). Sosok Alif biasa di luar karena tuntutan ekonomi.
Untuk memuluskan jalannya, ia harus titip absen kepada teman-temannya. Namun, Alif menjadi luar biasa (LB) setelah bangkit dari keterpurukan dan meneruskan perjuangannya hingga akhir masa kuliah.
Seseorang dapat bertransformasi menjadi lebih baik. Alif adalah salah satu kisah. Beberapa mahasiswa memiliki cerita berbeda dalam perjuangannya menuntut ilmu. Satu hal yang membuat seseorang memiliki daya lenting (resiliensi) adalah tekad. Tekad untuk selalu maju setelah diterpa kondisi yang tidak diharapkan. Sehingga menjadi luar biasa.
Mahasiswa Biasa di Luar
Istilah ‘luar biasa (LB)’ dan ‘biasa di luar’ (BL) sebelumnya disematkan kepada profesi tenaga pendidik (Suharto, 2014). Hal ini digunakan untuk menunjukkan kesejahteraan tenaga pendidik di dunia perguruan tinggi. Karena masalah kesejahteraan di masa lalu, memunculkan kelompok dosen-dosen ‘biasa di luar (BL)’. Bukan hanya kelompok dosen luar biasa (LB) yang telah ada sebelumnya.
Bukan tidak mungkin jika disematkan kepada mahasiswa. Karena alasan ekonomi, banyak yang menjadi mahasiswa ‘biasa di luar’. Walaupun tidak menutup ada mahasiswa yang biasa di luar karena alasan lain, namun mencari alternatif pendapatan adalah salah satu alasan mahasiswa melakukan hal itu.
Karena alasan ekonomi, banyak mahasiswa yang mesti berjuang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Beberapa waktu yang lalu, masyarakat disajikan dengan berita perjuangan mahasiswi yang akhirnya gugur setelah terlilit biaya kuliah (Kompas, 2023).
Pengalaman organisasi penulis memperlihatkan bahwa tiap aksi demonstrasi di lingkungan internal selalu memasukkan isu uang kuliah tunggal (UKT) yang perlu menjadi perhatian birokrat kampus. Tujuannya agar mahasiswa mendapatkan keringanan UKT terutama bagi mereka yang benar-benar memerlukan keringanan.
Berita dan reaksi yang dilakukan kalangan mahasiswa di atas menunjukkan masalah yang melanda kalangan mahasiswa. Bukan tidak mungkin, jika mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang menjalani kehidupan seperti Alif, atau mahasiswi yang gugur di medan perjuangannya. Mahasiswa yang mesti membiasakan diri di luar dalam rangka meneruskan perjuangan menuntut ilmu.
Mahasiswa Luar Biasa
Penyematan mahasiswa luar biasa hanya merupakan istilah. Yang terpenting adalah hakikat yang ia lalui baik perjuangan maupun kesungguhannya untuk menuntut ilmu terlebih jika ia dapat berprestasi. Salah seorang dosen berpesan kepada mahasiswanya yang hendak merantau menuntut ilmu.
Beliau berpesan untuk menjaga dua hal yaitu rasa ingin tahu dan kebutuhan akan prestasi. Implikasi kedua hal ini adalah mendorong seseorang untuk selalu maju. Dalam hal ini, kita akan diingatkan kepada teori kebutuhan akan prestasi Mclelland.
David Mclelland (1917-1988) merupakan seorang ahli psikologi sosial. Ia memiliki minat pada masalah pembangunan. Mclelland menjelaskan bahwa terdapat tiga dorongan yang membuat seorang termotivasi salah satunya kebutuhan berprestasi. Menurutnya, orang yang berprestasi cenderung realistis namun menyukai hal yang menantang demi mencapai tujuan dalam pekerjaannya (Sosiologi Info, 2021).
Penelitian terhadap kebutuhan prestasi dengan kewirausahaan menunjukkan hasil yang positif. Orang yang memiliki keinginan lebih dalam berwirausaha, berimplikasi pada perilakunya untuk menerapkan disiplin dan ketekunan (Wu, Mathew & Dagher 2007). Bukan tidak mungkin jika diterapkan pada mahasiswa dalam menjalankan kewajibannya.
Lebih jauh, ada daya resiliensi ketika menghadapi hambatan. Seseorang yang maju bukan hanya orang yang memiliki privilege. Bukan hanya orang yang memiliki kecerdasan sosial, IQ tinggi, berpenampilan menarik atau fisik yang bagus. Tapi Hal itu lebih dikarenakan tekad (Ted, 2013).
Dalam penyampaiannya, Angela Lee Duckworth mempertanyakan apa yang membuat seseorang di akademi militer bertahan atau tidak. Apa yang membuat seorang anak dalam lomba nasional speeling melangkah jauh. Apa yang membuat guru-guru baru bisa bertahan sampai akhir tahun, dan apa yang membuat mereka dapat meningkatkan hasil belajar. Jawabannya adalah tekad (Febryani, 2018).
Baginya, tekad adalah sebuah ketekunan dan kedisiplinan untuk tujuan-tujuan jangka panjang. Tekad berarti memiliki stamina untuk berjalan jauh. Tekad berarti melangkah untuk menatap masa depan. Tekad diibaratkan dengan lari marathon bukan lari sprint. Tekad inilah yang perlu diajarkan kepada anak-anak. Bisa pula untuk mahasiswa.
Transformasi dari biasa di luar menjadi luar biasa
Seseorang dapat berubah menjadi lebih baik. Dari sebelumnya yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Biasa dan luar biasa hanyalah istilah yang disematkan. Secara hakikat, perjuangan dalam menuntut ilmu adalah hal yang utama. Di dalamnya membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan. Menjadi luar biasa adalah bonus. Tugas mahasiswa adalah berusaha. Sebagaimana kisah perjuangan Alif dalam menempuh pendidikannya.