Masyarakat muslim Indonesia sedang bergembira dengan suka cita menyambut hari kemenangan Idul Fitri setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Lebaran yang esensinya merayakan kemenangan iman dan ilmu atas perjuangan jihad melawan hawa nafsu dan ego diri sendiri menuju ketakwaan kepada Allah. Lebaran tidak hanya bersifat ritual keagamaan namun juga merupakan tradisi perayaan besar umat muslim Indonesia yang mana sudah mengakar dan membudaya di tengah kehidupan sosial masyarakat. Tradisi lebaran tidak hanya menyangkut pada pelaksanaan shalat idul fitri, namun ada tradisi kuliner, tradisi mudik dan tradisi ziarah kubur yang biasa di lakukan.
Perayaan lebaran pada tahun 1441 H atau 2020 M memiliki kekhasannya yang berbeda pada tahun tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang terjadi 3 bulan terakhir memaksa masyarakat Indonesia melaksanakan ketentuan pemerintah sebagai antisipasi dari bahaya ancaman Covid-19 ini yang mengancam kehidupan manusia. Data terakhir Indonesia 24 Mei 2020 yang menunjukan angka mengkhawatirkan , lebih dari 22 ribu positif dan seluruh provinsi di Indonesia sudah terjangkit Covid-19. Fenomena pandemi yang terjadi di Indonesia mengubah banyak kebiasaan masyarakat Indonesia termasuk mengubah tradisi lebaran yang biasa di lakukan masyarakat Indonesia.
Tradisi lebaran sungguh banyak dan variasi di berbagai daerah di Indonesia, bisa jadi antara tradisi lebaran di Jakarta memiliki perbedaan di Papua dengan kekhasan dan keunikan kearifan lokal. Namun secara umum, tradisi mudik sudah menjadi darah daging di masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah perantau dari daerah menuju ibu kota untuk mengadu nasib dan mencari pekerjaan yang layak serta mendapatkan janji-janji manis kehidupan lebih baik dari saudara menyebabkan banyak perantauan memadati ibu kota Jakarta. Momentum lebaran dijadikan para perantau untuk melakukan mudik untuk kembali ke kampung halaman bertemu orang tua dan keluarga besar
Pada tahun ini pemerintah melarang para perantau untuk tidak melakukan mudik ke kampung halamannya karena adanya Covid-19 yang sangat berbahaya dan juga untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerahnya. Mudik adalah suatu tradisi yang baik, namun kita harus menahan hawa nafsu untuk tidak mudik demi kemaslahatan keluarga besar agar tidak tertular virus yang mungkin tidak disadari pada diri sendiri. Pemerintah menyerukan pada momentum lebaran ini dilarang mudik, menyerukan untuk shalat Idul fitri di rumah saja. Tidak mudik adalah kenyataan yang sangat berat yang harus di terima oleh masyarakat Indonesia karena sepanjang sejarah baru tahun ini pemerintah melarang mudik. Banyak masyarakat yang mencoba untuk mudik dengan berbagai macam cara, namun polisi bertindak tegas yang mudik di putar balik ke arah Jakarta kembali. Namun banyak pemudik yang lolos dan berhasil memasuki kampung halaman. Masyarakat yang sudah memesan tiket pesawat dan kereta dikembalikan dan tidak dapat melakukan aktivitas mudik.
Selain pelarangan mudik, shalat idul fitri yang biasanya dilakukan di musolah atau masjid dengan adanya khutbah dan salam-salaman, kini pemerintah juga menghimbauan masyarakat untuk melaksanakan shalat idul fitri di rumah saja dengan keluarganya. Perayaan shalat idul fitri yang terpaksa kita lakukan di rumah saja merupakan pilihan terbaik untuk mengikuti anjuran pemerintah dan fatwa MUI dalam bentuk mencegah dari bahaya penyebaran yang lebih besar dan juga agar kita dapat merenung serta mendekatkan diri kepada Allah.
Tradisi lebaran lainnya yaitu kuliner khas hari raya seperti membuat ketupat, opor ayam, daging rendang, aneka kue seperti nastar, kastangel dan putri salju serta kue kue khas lebaran lainnya. Tradisi kuliner di hari raya merupakan bentuk rasa syukur di hari raya kemenangan dengan berbagi kasih kepada sanak saudara dan keluarga besar serta tamu yang bertamu untuk menikmati dan makan bersama dalam suasana hangat penuh kebahagiaan. Walaupun lebaran pada tahun ini tidak ada tamu yang datang karena perayaan lebaran dilakukan hanya di rumah saja, masyarakat tetap membuat aneka macam hidangan makanan yang nantinya akan dinikmati oleh keluarganya sendiri di rumah masing-masing.
Selanjutnya tradisi yang paling penting di momentum perayaan lebaran adalah menyambung silaturahmi dan saling maaf memaafkan. Tradisi silaturahmi ini merupakan anjuran agama untuk menyambung tali kasih sayang dan persaudaraan antar umat muslim ataupun umat muslim dan non muslim. Pasca pelaksanaan shalat ied jamaah saling bermaaf maafan memohon maaf lahir dan batin atas kesalahan yang pernah di lakukannya. Di mulai dari antar suami dan istri, anak dan orang tua, antar teman, sahabat, tetangga, teman kantor dan khususnya kepada orang yang pernah kita sakiti. Tidak hanya kepada yang masih hidup masyarakat Indonesia pada lebaran kedua biasanya berziarah kubur untuk mendoakan keluarga kita dan leluhur yang telah meninggal. Tradisi menyambung silaturrahmi pada lebaran tahun ini tetap dilakukan namun dengan cara yang berbeda yakni dilakukan dirumah saja dengan menggunakan aplikasi video call dengan sanak saudara.
Adanya pandemi Covid-19 menuntut kita untuk melakukan semua aktivitas dirumah saja dengan berbasis online termasuk dengan tradisi lebaran yang tetap dilakukan walaupun hanya di rumah. Covid-19 juga menuntun kita untuk merefleksi dan mengevaluasi serta muhasabah terhadap diri kita dalam menyelami dan memahami hikmah apa yang bisa kita ambil pada lebaran di tengah Covid-19.
Momentum lebaran yang terpenting adalah kita sebagai manusia yang tidak luput dari dosa tentunya memiliki kesalahan baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Covid-19 bukanlah menjadi penghalang untuk kita tidak menyambung tali silaturrahmi dan maaf memaafkan. permohonan maaf dengan tulus tetap bisa dilakukan melalui media sosial seperti whatsApp, line, instagram, dan media sosial lainnya sebagai penghubung sekaligus penyambung silaturrahmi.
Lebaran yang biasanya dilakukan oleh masyarakat secara langsung dengan bertatap muka, tahun ini hanya dapat dilakukan di rumah saja namun tidak menghalangi tradisi lebaran yang biasanya dilakukan. Dengan di rumah saja masyarakat tetap dapat melakukan dan merasakan tradisi tersebut dengan keluarganya dan memanfaatkan media sosial yang ada. Lebaran di tengah pandemi Covid-19 merupakan hal baru untuk masyarakat karena itu marilah belajar untuk mengambil hikmah sebanyak-banyaknya sebaga refleksi diri untuk semakin baik.