Banyak dari kita menginginkan menjadi orang yang rajin membaca, atau menjadikan membaca adalah hobi, bahkan bukan hanya hobi, tetapi suatu kebutuhan dasar manusia.

Tentu dalam praktik ini tidak segampang dengan apa yang saya bilang di kalimat sebelumnya, karena banyak dari kita masih menjadi orang yang malas membaca, lebih suka bermain game, ataupun jalan-jalan ke mall ataupun ke tempat lainnya.

Tentu saya tidak menyalahkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, tetapi ketika kebiasaan tersebut dilakukan, tanpa mengikutsertakan kebiasaan membaca, di titik itu bagi saya dia akan menjadi masalah. 

Tulisan ini akan coba mengelaborasi beberapa tips agar kita bisa menjadi orang yang rajin membaca. Argumentasi yang saya sajikan berangkat dari pengalaman saya, dan juga beberapa penelitian yang telah saya baca.

Banyak penelitian yang menjelaskan Indonesia mempunyai minat baca yang rendah, dimulai dari UNESCO,  OECD, dan CCSU, seluruhnya menujukkan bahwa kondisi masyarakat Indonesia mempunyai masalah persoalan tingkat budaya membaca. 

Tentu kita tahu bahwa hal ini menjadi fakta yang tidak baik bagi kita, karena pemikiran yang cerdas, solutif, kritis, analitik, sistemik datang dari budaya membaca yang baik bukan datang dari ruang yang hampa.  Maka dari itu saya akan menjelaskan beberapa tips agar kita bisa mulai terbiasa untuk rajin membaca.

1. Mulailah dengan membaca buku yang ringan dan disukai

Pertama kita tidak boleh memaksakan diri kita untuk membaca buku-buku yang berat (semacam filsafat) apalagi jika buku-buku tersebut tidak disukai. 

Awali kegiatan membaca kita dengan referensi bacaan kesukaan kita, entah itu komik, bacaan pendek di beberapa website (seperti milenialis.id) ataupun buku kisah sukses pemain bola A, B, C jika kita menyukai olahraga sepakbola.

 Dimulai dari bacaan yang ringan dan disukai akan membuat kita mulai terbiasa dan sadar bahwa penting membaca buku, karena lagi-lagi buku memang menjadi jendela pengetahuan untuk memahami dunia.

2. Faktor objektif lingkungan sosial

Kita sering menganggap bahwa untuk rajin membaca buku, hanya perlu memotivasi diri kita sendiri. Dalam tulisan ini saya menolak argumentasi yang demikian, karena kebiasaan untuk rajin membaca buku akan lenyap jika kondisi lingkungan kita (entah itu dalam rumah, pertemanan lingkungan tempat tinggal, ataupun juga organisasi kita) tidak mengkondisikan kita untuk rajin membaca. 

Bagi saya faktor ini penting, karena berangkat dari pengalaman saya, saya masuk organisasi yang bisa dikatakan bahwa orang-orang di dalam organisasi itu sering membaca buku.

 Entah itu ketika di sekret, di kampus, pasti orang-orang di dalam organisasi tersebut menyempatkan waktunya untuk membaca buku. Hal inilah yang penting menjadi catatan untuk kita. 

Ketika kita mempunyai kondisi lingkungan yang gemar membaca alhasil kita akan mengikutsertakan diri kita untuk masuk dalam kebiasaan orang-orang di organisasi tersebut. 

Hal ini karena jika kita tidak mempunyai kebiasaan yang sama dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut, maka cepat atau lambat kita tidak akan merasa nyaman untuk tinggal di dalamnya.

3. Konsistensi dan kedisplinan wajib dijalankan

Hal ketiga ini perlu menjadi catatan, karena hanya berujung kesia-siaan jika kita bisa menjalankan dua hal sebelumnya, tetapi tidak menjalankan hal ketiga ini. 

Kita perlu mempunyai sikap konsistensi yang tinggi,  kita harus melakukan itu secara terus menerus, tidak berubah, dan mengikrarkan diri kita bahwa penting budaya membaca dan saya akan menjadi orang yang akan mempertahankan budaya membaca di negara ini.

Kita bisa konsisten dengan budaya membaca jika kita mendisplinkan diri kita setiap harinya, misalnya membuat rencana jangka pendek, satu hari menyisihkan waktu 20-30 menit untuk membaca, jangka menengah setiap 2 bulan bisa menyelesaikann buku dengan tebal 200-300 halaman, dan jangka panjang setahun saya harus menyelesaikan 5-6 buku dalam menuliskan review buku tersebut serta bisa mempublikasikan 2-3 tulisan saya di media dalam setahun setelah membaca.

Target-target ini penting untuk dilakukan dengan memberikan hukuman kepada diri kita sendiri jika tidak bisa menyelesaikannya. 

Misalnya ketika tidak bisa menyempatkan waktu dalam sehari untuk membaca, maka kita tidak boleh pergi jalan-jalan ke mall di bulan ini. Walaupun terkesan remeh temeh tapi hukuman-hukuman ini bisa dibantu oleh teman kerabat kita agar bisa menjadi pengawas untuk tetap konsisten untuk terus membaca buku.

Satu hal penting juga yang harus menjadi landasan kegiatan membaca buku adalah orientasi dari membaca buku. Bagi saya tidak ada tujuan membaca hanya untuk kesenangan diri sendiri, ataupun menunjukan pada orang lain seberapa intelektual kita. 

Tujuan yang sebenarnya dari membaca bagi saya adalah pada akhirnya membaca untuk perubahan sosial. Perubahan sosial dari ketertindasan yang selama ini kita rasakan. Kemiskinan, ketimpangan pendapatan, pengangguran, bencana alam, dan krisis iklim adalah beberapa kondisi yang harusnya kita respon untuk perjuangan sosial kehidupan yang lebih baik