Suara jangkrik, belalang, hembusan dingin menusuk sekujur tubuh adalah sebuah harmoni ekspresi mulai tengah malam. Para insan mulai sibuk dengan merapikan tempat-tempat tidurnya untuk menuju singgasana mimpi, tentunya dengan membawa harapan mimpi-mimpi indah dalam tidurnya.
Ketika semua insan sibuk dengan mimpi-mimpi indahnya, aku malah sibuk dengan bayangan senyuman dia yang menghantui pikiran, sehingga aku menjadi layaknya bola yang menggelinding bolak-balik tidak keruan.
Berusaha memejamkan mata agar ketika bangun nanti aku bisa untuk melupakan senyuman manisnya, aku coba dari menutup mata dengan bantal, kain sampai hadap barat, timur, selatan, utara, bawah serta atas masih saja aku belum juga tertidur.
Dalam benak "aku ingin cepat tertidur agar bayangan senyuman dia segera hilang, tidak menyiksa". Tungkas hati.
layaknya sebuah kata pujangga yang terukir dalam sebuah catatan " tidur adalah cara untuk melupakan kenangan, walaupun itu hanya berlaku satu jam ataupun satu menit, akan tetapi dia mampu memberikan penyegaran pikiran". Lalu tergantung pada diri sendiri untuk mengubah setiap menit kehidupan selanjutnya.
Selain suara jangkrik lantunan syair Rafa Afar yang berjudul "Tiara" adalah teman pengantar tidur larut malam ini.
"Tiara, menggamit kenangan zaman persekolahan
Tiara, kumimpi kita bersanding atas kayangan. Seakan bisa kusentuh peristiwa semalam....Di malam pesta, engkau bisikkan kata azimat di telinga
Kita terpaksa berpisah untuk mencari arah.
Kita dipukul ombak hidup alam yang nyata...Engkau jauh meniti puncak menara gading...Yang menjanjikan hidup sempurna
Tapi aku hanya tunduk ke bumi, hidup tertekan
Jika kau bertemu aku begini
Berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi.
Di penjara, terkurung, terhukum
Hanya bertemankan sepi....Bisakah kau menghargai.
Cintaku yang suci ini?..Oh, Tiara, pedihnya..Dapatkah kau merasakan?
Oh, Tiara, pedihnya..Dapatkah kau merasakan?.
Jika kau bertemu aku begini
Berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi.
Di penjara, terkurung, terhukum.....Hanya bertemankan sepi...Bisakah kau menghargai...
Cintaku yang suci ini?
Oh, Tiara, pedihnya
Dapatkah kau merasakan?
Oh, Tiara, pedihnya
Dapatkah kau merasakan?" dilantukan oleh Maulana Ardiansyah.
Dengan syair ini, aku berharap perlahan tertidur lalu lupa akan bayangan senyumannya. Karena aku pernah membaca dalam sebuah naskah yang berbunyi " tempat terbaik untuk melupakan segala masalah hidup adalah dengan tidur" dari laman, sarjanakata.
Sebelum tertidur pikiran berceloteh " sebuah pertemuan yang indah dengannya, dia tersenyum manis yang membuat pikiran terpenjara, padahal begitu lamanya pertemuan itu, tetapi malam ini dia mengganggu tidurku ". Pertemuan yang berkesan akan mendapat tempat yang sepesial di hati setiap insan.
Tidur adalah sebuah kondisi yang dialami oleh setiap makhluk hidup sebagai keadaan istirahat dari kesadaran sehingga terjadi perubahan frekuensi nafas, sistem kerja sensorik motorik dalam kerjanya dan , tidur sebagai tempat relaksasi otot dari aktivitasnya dengan lingkungannya.
Tidur yang cukup membuat badan dan pikiran lebih segar. Dalam tidur badan dapat beristirahat dari aktivitasnya yang membuat kebugaran tubuh ketika bangun lebih baik dari sebelumnya, begitu juga pikiran.
Terkadang tidur menjadi solusi yang tepat untuk membantu pikiran dalam menemukan solusi baik dari masalah. Tidak jarang kepala yang pusing, pikiran yang puyeng berhenti karena tertidur.
Tidur dapat memicu terjadinya perubahan pikiran dari pikiran yang sumpek ke pikiran yang lebih fresh, pikiran yang stres, pusing ke yang lebih segar. Ketika pikiran kita tidak mute, sumpek, puyeng cobalah untuk tertidur maka ketika bangun pikiran akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Sehingga tidur memberikan tenaga baru, pikiran yang segar.
Tidak lama dari celotehan hati, mendengar syair tiara. Aku mendengar suara yang tidak asing, tapi aku masih dalam kondisi tarik-menarik antara alam bawah sadar dengan alam sadar sehingga suara itu terdengar samar-samar. Sehingga suara itu semakin dekat terdengar " As-solattuhairuminan naum....As-solattuhairuminan naum...." Dan di perjelas lagi dengan suara dari seorang wanita paruh baya, " bangun!.... bangun!..... bangun!...sudah azan subuh. Solat!...Solat!...Solat!...". Sambil menepuk pundak saya.
Barulah jelas bahwa suara tadi adalah suara azan subuh. Saya tidak tahu kapan ketiduran, saya hanya tahu bahwa saya lagi asyik mendengarkan syair tiara. Ternyata udah Subuh aja.
Sejatinya tidur tidak bisa membuat kita selesai dari masalah, namun setidaknya tidur memberikan kita tenaga, hormon baru untuk menghadapi masalah yang kita dapatkan. Walaupun memang tidur mampu mengalihkan pikiran saya dari penjara senyuman manisnya, akan tetapi setelah bangun dari tidur diri sendiri yang akan menentukan apakah kita tetap terpenjara dengan masa lalu atau kesampingkan dia untuk kita menikmati momen hari ini untuk dapat berbuat yang terbaik demi masa depan yang lebih baik.
Karena senyuman dia telah terukir indah dalam pikiran bawah sadar-ku, sewaktu-waktu dia akan menari-nari menghantui jiwa.
Karena sejatinya waktu yang nyata itu adalah waktu yang hari ini, sedangkan masa yang kemarin telah menjadi kenangan dari masa hari ini, begitu juga masa depan adalah prediksi dan praduga dari masa hari ini.