Mencintai angin harus menjadi siut…
Mencintai air harus menjadi ricik…
Mencintai gunung harus menjadi terjal…
Mencintai api harus menjadi jilat…
Mencintai cakrawala harus menebas jarak…
MencintaiMu harus menjadi aku..
Sajak ini ditulis oleh Sapardi Djoko Damono. Banyak karya beliau yang sudah dimusikalisasikan, seperti Aku Ingin, Hujan di Bulan Juni dan lainnya oleh Ari dan Reda dengan sensasi yang berbeda dari yang lain. Puisi di atas hanya memiliki 1 bait dengan 6 baris yang sangat dalam maknanya.
Saya sebagai pembaca dan penikmat puisi di atas pun merasa tersipu bagai diberi bunga tanda cinta. Layaknya obat yang mempunyai efek samping, puisi milik Sapardi Djoko Damono ini juga dapat memberikan efek samping seperti bahagia, sulit tidur, rasa penasaran, bahkan sampai mendapat sensasi kupu-kupu di dalam perut.
Ah, itu judulnya saja yang mengandung kata “kecil”. Tapi cobalah untuk membaca ulang dan memahaminya lebih dalam lagi, maka akan ditemukan makna yang luar biasa. Bagaimana tidak, Sapardi dengan apik menggambarkan maksud hati untuk menyatakan “hanya aku yang bisa mencintai kamu” dengan menggunakan kiasan-kiasan yang begitu indah sebagai pengantarnya.
Mencintai. Mencintai membutuhkan usaha dan pengorbanan. Jika kita mencintai seseorang atau sesuatu, kita harus berkorban dan harus siap menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu tersebut untuk menunjukkan suatu kesungguhan. Larik pertama, Mencintai angin harus menjadi siut, pada larik ini saya bertanya-tanya “ Apa itu siut?” lalu “Apa hubungannya dengan angin?”.
Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari pertanyaan itu, yaitu lewat KBBI. Kata “siut” dalam KBBI memiliki arti tiruan bunyi yang nyaring. Proses terjadinya bunyi yaitu ketika sumber bunyi bergetar, yang getaran ini kemudian merambat melalui medium rambat bagaikan udara.
Maksudnya, untuk dapat bersama dengan angin haruslah ada ikhtiar (usaha) agar dapat terhubung. Baru pembukaan dan larik pertama saja, senyum mulai muncul di wajah saya. Bagaimana dengan larik-larik selanjutnya? Membayangkannya saja, saya sudah mesem-mesem sendiri.
Pada larik kedua, Sapardi menyapa air setelah tadi menyapa angin dalam puisinya. Larik kedua, Mencintai air harus menjadi ricik, KBBI pun menjadi penyelamat lagi. Ricik adalah tiruan bunyi gemuruh hujan dibawa angin. Sangatlah jelas bagaimana upaya yang dilakukan dari kedua unsur tersebut agar dapat bersama.
Saat kita membaca larik ketiga, maka akan terbayang orang yang tengah mendaki gunung. Larik ketiga berbunyi, Mencintai gunung harus menjadi terjal. Sapardi mengibaratkan gunung sebagai sesuatu yang dituju, dan untuk menuju kesana maka diperlukan kesiapan guna menghadapi jalan yang terjal, melelahkan, bahkan rasa ingin menyerah dalam proses mencapai puncaknya.
Seperti yang sudah saya katakan, puisi milik Sapardi ini memiliki efek samping yang luar biasa. Katakanlah efek samping itu mempunyai level atau tingkatan, maka kita sedang berada pada level medium. Selepas perjuangan dihadapkan pada 2 elemen, yaitu angin dan air, maka kurang lengkap rasanya jika tidak memasukkan api ke dalam daftar.
Pada larik keempat berbunyi, Mencintai api harus menjadi jilat. Kata jilat di sini bukan makna secara harfiah seperti menjilat es krim, tetapi makna jilat secara konotatif (digunakan untuk memperindah suatu kalimat pada sebuah kata) berkaitan dengan kata api yang merupakan proses pembakaran yang hebat.
Jika api menyala, mengenai sesuatu, merembet, dan membakarnya, kemudian melebur bersama dalam kehangusan. Maka akan sekuat hati kunyalakan api-api kekekalan ke dalam rasa. Ah, romantis sekali. Bagaimana? Sudah semakin tersipu dengan maknanya?
Larik kelima berbunyi, Mencintai cakrawala harus menebas jarak. Pada larik ini Sapardi mengungkapkannya secara berbeda. Jika pada larik pertama sampai keempat pengarang menggunakan kata “harus menjadi”, pada larik ini pengarang menggunakan kata “harus menebas”, sehingga lebih memudahkan pembaca untuk memahami makna larik tersebut.
Antara bumi dengan cakrawala memiliki jarak yang sangat jauh. Kemudian, untuk mencintai cakrawala harus menempuh jarak yang jauh dan sulit. Mencintai cakrawala harus menebas jarak yang artinya mencintai cakrawala harus berani melawan dan menghadapi jarak yang terbentang di sana.
Pada larik terakhir berbunyi, Mencintaimu harus menjadi aku. Artinya, jika mencintai seseorang atau sesuatu kita harus menjadi diri sendiri. Apabila kita mencintai Sang Maha Pencipta, berarti kita harus menjadi seperti apa yang diharapkan oleh Sang Maha Pencipta.
Begitu pula jika kita mencintai seseorang, kita harus love yourself terlebih dulu dan menjadi diri sendiri, bukan menjadi dia, mereka atau orang lain. Karena sebelum mencintai orang lain, kita harus mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri lebih dahulu itu penting, karena kamu akan memahami siapa dan apa maumu.
Pada setiap orang, efek yang dirasakan setelah membaca puisi ini dapat berbeda-beda, sesuai pemaknaan mereka kepada puisi ini. Namun apapun itu, karya sastra puisi ini harus tetap dinikmati. Untuk mencintai pasti ada tantangannya tersendiri. Namun jangan takut, pasti selalu ada jalan untuk menggapainya.
Tinjauan Pustaka
Nyoen, Edx. Analisis Puisi Sajak Kecil tentang Cinta Karya Sapardi Djoko Damono Berdasarkan Psikoanalisis Teori Mimpi dan Fantasi. https://www.academia.edu/6853460/ANALISIS_PUISI_SAJAK_KECIL_TENTANG_CINTA_KARYA_SAPARDI_DJOKO_DAMONO_BERDASARKAN_PSIKOANALISIS_TEORI_MIMPI_DAN_FANTASI. Diakses pada 04-12-2021.