Kita mengenal  penulis cerita anak luar negeri dan karyanya seperti Hans Christian Andersen (Gadis Penjual Korek Api, Anak Itik Buruk Rupa), Grim Bersaudara (Hansel Dan Gretel, Putri Salju Dan Tujuh Kurcaci), Corlo Collodi (Pinokio), JK Rowling (Harry Potter) dan sebagainya. Di tanah air  ada  Djoko Lelono (Serial Astrid), Harya Suraminata (Gundala Putra Petir) dan masih banyak lagi. 

Namun selain nama-nama tersebut, ternyata ada juga sastrawan kita yang kendati menulis untuk pembaca dewasa, masih sempat menulis bacaan anak. Mereka mengangkat kembali  cerita rakyat di tempat mereka dilahirkan atau membuat karakter sendiri. 

Siapa saja mereka itu ? 

1. Ajip Rosidi

Sastrawan berdarah Sunda yang lahir  tahun 1938 ini tidak menamatkan pendidikan formalnya di sekolah menengah. Namun dia dipercaya sebagai dosen baik di Indonesia bahkan di Jepang. 

Ajip mulai mengumumkan karya sastranya tahun 1952 dan menyusul karya-karya berikutnya. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai tahun 1983, Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah). Beberapa karyanya yang fenomenal antara lain, Ketemu Di Jalan (1956), Pesta (1956), Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957), dan Manusia Sunda (1984).

Walau demikian Ajip tak lupa menulis cerita anak yang diangkat dari cerita rakyat Sunda antara lain, Purba Sari Ayu Wangi Atawa Lutung Kasarung (1958), Sangkuriang Kesiangan (1961) dan  Ciung Wanara (1977). 

Ciung Wanara menceritakan tokoh Ciung Wanara yang merebut kembali kedudukannya sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Galuh dan menghukum Dewi Pangrenyep yang telah memfitnah ibunya, Pohaci Naganingrum. 

2. Mochtar Lubis

Selain berpredikat sastrawan, Mochtar Lubis dijuluki pula "Wartawan Jihad". Kritikannya yang tajam terhadap kebijakan pemerintah membuatnya berkali-kali masuk bui di Zaman Orde Lama dan Orde Baru. 

Penulis kelahiran 1922 ini turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, memimpin Harian Indonesia Raya, Majalah Sastra Horizon dan Yayasan Obor Indonesia. 

Karya sastranya menggondol penghargaan nasional dan internasional seperti Novel Jalan Tak Ada Ujung (1952), Kumpulan cerpen Perempuan (1956) dan Novel Harimau!  Harimau!  (1975).

Beberapa bacaan anak yang ditulisnya antara lain, Judar Bersaudara (1971), Penyamun Dalam Rimba (1972), Berkelana dalam Rimba (1980) dan Harta Karun Dan Bajak Laut ( 1964).

Penyamun Dalam Rimba menceritakan petualangan seorang paman yang membawa keponakan-keponakannya serta beberapa temannya  mendaki hutan tropis Bukit Barisan. Selama perjalanan, mereka bertemu berbagai penghuni hutan  di Sumatera termasuk  jejak kaki kecil "Orang Kubu"  yang menurut legenda urban, berdiam di hutan Sumatera. Petualangan tersebut bertujuan mencari sungai kaya emas yang ditunjukkan dalam peta pendudukan Jepang saat  Perang Dunia II.

3. Toha Mochtar

Di antara beberapa karyanya, Pulang (1957) adalah novel yang paling menarik perhatian para peneliti. Novel ini pernah difilmkan oleh Perusahaan Film Negara (PFN). Selain Pulang, sejumlah karyanya adalah Daerah Tak Bertuan (1963), Kabut Rendah (1968) dan Bukan Karena Kau (1968).

Dialah Toha Mochtar. Penulis kelahiran Kediri, 1926 ini adalah sastrawan dan pengarang cerita anak-anak. Pada tahun 1971 bersama Julius R. Siyaranamual dan Asmara Nababan, dia ikut mendirikan majalah Kawanku yang ditanganinya selama sekitar lima belas tahun. Majalah anak-anak ini terkenal sebagai majalah bermutu saat itu.

Cerita anak yang ditulisnya antara lain, Jayamada : Cerita Rakyat Kediri (1971), Kumpulan cerpen anak Pantang Menyerah (1990) dan Lebih Menarik dari Kuda Lumping (1995).

Salah satu cerpen berjudul "Pilihan" dalam buku Lebih Menarik Dari Kuda Lumping menceritakan seorang anak bernama Dam, atlet bulutangkis yang menghadapi pilihan berat, antara melanjutkan pertandingan di final atau pulang menjenguk adiknya yang sakit di kampung. Berkat saran temannya, Didi, yang ayahnya seorang dokter,  Dam bisa ditenangkan dan memenangkan pertandingan, kemudian pulang kampung dengan menumpang di mobil ayahnya Didi.

4. Korrie Layun Rampan

Sastrawan beretnis Dayak Benuaq kelahiran 1953 ini memiliki produktivitas yang sulit dicari tandingannya. Di sela-sela kesibukannya sebagai redaktur, editor dan pengajar, bejibun karya sastra terus mengalir semasa hidupnya. Menurut Tirto Suwondo (2007), Korrie telah menulis lebih dari tiga ratus buku berupa puisi, novel maupun kumpulan cerpen. Novelnya, Upacara dan Api Awan dan Asap berhasil memperoleh Hadiah Sayembara Roman DKJ tahun 1976 dan 1978. 

Di antara berderet karyanya itu Korrie masih menulis cerita anak seperti Pengembaraan Tonsa Si Posa (1981), Namaku Paku (1994),  Keluarga Kura dan Penyu (1996), Manusia Langit (1997), Asal-Usul Api (2002), Asal-Usul Pesut (2005) dan masih banyak lagi. 

Pengembaraan Tonsa Si Posa adalah cerita rakyat Kalimantan Timur tentang Tokoh Tonsa "Si Posa" (Si Buta) yang diusir ayahnya. Dalam petualangannya, dia bermimpi bertemu bidadari yang mengilhami Tonsa menolong orang kesusahan hingga akhirnya kebutaannya sembuh secara ajaib. 

5.Arswendo Atmowiloto

Keluarga Cemara adalah film Indonesia yang merupakan adaptasi dari cerita bersambung di majalah Hai kemudian menjadi novel berseri dengan judul yang sama. Tampaknya kisah keluarga sederhana nan harmonis yang diangkat menjadi sinetron pada tahun 1996 dan film pada 2019 inilah yang paling dikenang dari Mendiang Arswendo Atmowiloto.

Wartawan bernama asli Sarwendo, kelahiran Surakarta, 1948 ini memang produktif. Dia menulis cerpen, novel, naskah drama, dan skenario film. Sastrawan yang meninggal pada tahun 2019 ini sudah menghasilkan cerpen sebanyak 49 buku.

Selain novel Keluarga Cemara beberapa karyanya yang best seller adalah Senopati Pamungkas (1984), Canting (1986) dan Mengarang Itu Gampang (2001).

Bicara buku anak, Arswendo juga termasuk jagonya. Dia menulis novel anak berjudul Imung (1979) yang terdiri dari beberapa seri antara lain, Matinya Raja Batik, Operasi Lintah, Selamatkan Bayi Kami, Jangan Sakiti Foxi Terri dan Pembajakan Pesawat Terbang. 

Imung, seorang anak yang berbadan kurus tetapi cerdas. Ia menyarankan agar pertandingan vocal grup diadakan tidak lama sesudah pertandingan voli, agar suara lawan berubah (terganggu karena berteriak-teriak pada waktu menjadi supporter).

Imung juga dapat menyadarkan dan menyembuhkan adik Dokter Budi Pattikawa, seorang deklamator yang telah ketagihan minum obat penenang. Padahal Dokter Budi sendiri tidak dapat mengatasinya.

Dan sebagai detektif cilik, Imung menemukan sebab kematian mayat ditemukan dalam lubang tanah,  membongkar dalang pencuri anjing, pencopet dan sebagainya. 

6. Aman Datuk Madjoindo

Karyanya yang berjudul Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Perbuatan Dukun (1935) dan Sampaikan Salamku Kepadanya (1935) - mungkin tidak banyak yang kenal.  Namun kita mungkin tidak terlalu asing dengan Tokoh Si Doel. Sastrawan bernama lengkap Aman Datuk Madjoindo inilah yang pertama kali menulis tokoh Si Doel dalam bukunya Si Doel Anak Betawi (1932). 

Walaupun menulis tentang anak Betawi, sastrawan  Balai Pustaka ini ternyata berdarah  Minang. Dia lahir di Solok, Sumatera Barat pada tahun 1896 dan meninggal tahun 1969.

Si Doel Anak Betawi  difilmkan oleh Sjumandjaja dengan judul yang sama, Si Doel Anak Betawi pada 1970-an. Cerita ini menjadi inspirasi sinetron Si Doel Anak Sekolahan pada 1980-an. Mulai terbitan kedua, judul bukunya sendiri diubah menjadi Si Doel Anak Djakarta.

Si Doel Anak Djakarta menceritakan Abdul Hamid atau Si Dul  dengan kenakalan khas anak-anak seperti berkelahi atau mencuri daun di pekarangan orang untuk pakan ternak, namun amat patuh pada ibunya. Dul anak tunggal dari latar keluarga harmonis dan taat beribadah walaupun kurang berada. Ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Karena itu, cita-cita Si Dul yang ingin bersekolah tidak tercapai. 

Ibu Si Dul kemudian menikah lagi dan atas jasa ayah tirinya itu, Dul masuk sekolah. Namun, kakek Si Dul tidak setuju jika ia masuk ke sekolah umum karena sekolah umum hanya akan memikirkan masalah dunia, tidak akan memikirkan nasib akhiratnya. Namun, Si Dul tetap melanjutkan sekolah walaupun kakeknya tidak setuju. 

Selain Si Doel, karya Aman yang berbentuk hikayat antara lain Cerita Malin Deman Dan Puteri Bungsu (1932), Cindur Mata (1951), Hikayat Si Miskin (1958) dan Hikayat Lima Tumenggung (1958).

7. Zawawi Imron

Kumpulan sajaknya, Bulan Tertusuk Lalang (1982) mengilhami sutradara Garin Nugroho membuat film dengan judul sama, Bulan Tertusuk Ilalang. Sedangkan buku Kumpulan Puisinya antara lain Nenek Moyangku Air Mata (1985) dan Celurit Emas (1986) menyabet penghargaan nasional dan internasional.

Zawawi Imron, penulis kelahiran Madura, 1946 ini mulai menulis sejak 1960. Namun baru tahun 1973 dia mengirim sajak-sajaknya ke Minggu Bhirawa, Surabaya. Menurut Situs Balai Bahasa Jawa Timur, Zawawi Imron berbeda dengan penyair-penyair lain yang umumnya tinggal di kota. Sampai saat ini, dia tetap tinggal di Batang-Batang, Madura karena menurutnya, tinggal di desa justru mendukung kreativitasnya dalam bersastra. 

Selain sajak, karya Zawawi Imron berupa cerita rakyat dan cerita anak seperti Campaka (1979), Ni Peri Tunjung Wulan (1980), Bangsacara-Ragapadmi (1980), Raden Sagoro (1984), Melihat Kerapan Sapi di Pulau Madura (1988) dan Cerita Rakyat Dari Madura (1993)

Dalam buku Cerita Rakyat Dari Madura terdapat cerpen "Legenda Asal Usul Nama Madura". Diceritakan bahwa Madura berasal dari kata "Maddu e ra-ra", artinya, madu di tanah dataran, setelah tokoh bernama Raden Sagoro menemukan madu di tanah lapang yang luas. Raden Sagoro adalah cucu dari Prabu Gilingwesi, penguasa di Kerajaan Medangkemulan, Jawa. Raden Sogoro kemudian menjadi raja di Pulau Madura. 

8. A.A. Navis

Sastrawan dan budayawan terkemuka Ali Akbar Navis, disingkat A.A.Navis terkenal dengan cerpen Robohnya Surau Kami (1955). Cerpen yang dijadikan satu dari tiga cerpen terbaik majalah sastra Kisah (1955). 

Berikutnya sebanyak 65 karya sastra dalam beragam bentuk meluncur dari penanya sebanyak 22 buku, 5 antologi bersama sastrawan lainnya, 8 antologi luar negeri serta 106 makalah. Novelnya Saraswati, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2002.

Penulis kelahiran Padang ini  juga menulis cerita rakyat yang dihimpun dalam  tiga buku berjudul Cerita Rakyat Dari Sumatera Barat.  Di dalamnya ada cerita berjudul "Riwayat Nama Minangkabau", "Cindur Mato", "Riwayat Bunda Kandung", "Batu Batikam" dan sebagainya. 

Apakah salah satu cerita di atas pernah anda baca? Atau malah sastrawan di atas adalah idola anda?