Matahari mulai datang mengetuk jendela kamarku. Sinarnya menerobos masuk lewat celah-celah ruang yang masih tertutup rapat, seketika aku terbangun karenanya. Beranjak dari persinggahan ternyamanku menuju tempat yang paling aku benci yaitu kamar mandi. 

Seperti biasa pagiku selalu berperang dengan waktu, berlarian ke sana-kemari menyiapkan kebutuhan kuliahku. Saat itu aku berangkat ke kampus dengan rasa ketar-ketir karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh.

Sesampainya di parkiran kampus, langkahku terhenti karena melihat sosok tinggi semampai dari kejauhan. Sudah kuduga itu adalah Raka, lelaki yang menjadi idola para wanita di kampusku karena ketampanan dan kecerdasannya, begitu pun denganku yang mengidolakan sosok sempurnanya. Tapi apalah dayaku hanya si cewek cupu yang tak pandai bergaul, penalah yang menjadi teman setiaku sampai detik ini. 

Aku cukup mengenalnya karena kita berada dalam satu organisasi yang sama, entah dengan dia mengenal aku atau tidak. Ya sudahlah…

Riuh suara bising mulai terdengar hingga menembus gendang telingaku, para mahasiswa berlalu lalang meninggalkan kelas untuk menikmati waktu istirahatnya.

Tetapi tidak denganku, kuhabiskan waktu istirahat di tempat paling nyaman untuk meluapkan segala isi pikiranku yaitu di perpustakaan, membaca – baca buku tentang dunia pendidikan suda menjadi kebiasaanku karena itulah yang sedang aku pelajari dalam studiku.

Saat sedang sibuk membaca tiba – tiba seseorang duduk tepat dihadapanku, aku masih menghiraukannya karena kupikir orang yang tak ku kenal.

Sendirian aja nih Sya?” (Ucapnya)

Mendengar seseorang menyebut namaku sontak aku kaget, siapa yang mengenal aku selain teman sekelasku?, suaranya memang tak asing bagiku, tapi aku tetap menundukkan pandangan karena tak terbiasa mengobrol dengan lawan jenis. 

Aku memang orang yang introvert, itu sebabnya tak banyak orang yang mau berteman denganku dan aku jarang berbicara jika tidak mengenai hal – hal yang penting saja.

Lagi baca buku apa?” (Tanya dia lagi)

Kuberanikan diri agar retinaku menatap matanya walau hanya 5 detik. Aku terheran-heran tenyata yang memanggilku adalah Raka, cowok yang selama ini aku kagumi. 

Oh Tuhan, entah kenapa seketika hawa di ruangan itu terasa dingin tangan dan kakiku seakan membeku bagai di guyur air es di siang bolong, jantungku berkerja dua kali lipat dari biasanya. Tapi aku berusaha tetap santai agar tidak kelihatan kikuk di depannya.

Oh Raka, ku kira orang lain” (Jawabku sedikit terbata – bata)

Lagi baca buku tentang apa?” (Tanya ulang Raka)

Sejarah Pendidikan” (Jawabku singkat)

Jujur saja waktu itu aku merasa canggung mengobrol dengannya, itulah saat – saat yang selama ini aku nantikan sejauh mengenalnya, bahkan kami tidak pernah mengobrol sekalipun tentang organisasi.

Perbincangan kami akhirnya terhenti karena bel perpus sudah berbunyi yang menandakan perpus akan segera di tutup. Ingin rasanya memperlambat waktu agar dapat berbincang dengannya lebih lama. Tapi mana mungkin, haluku mulai kambuh lagi. Hehe..

Aku memutuskan beranjak dari kursi empuk perpus menuju ruang kelas sembari bertanya-tanya “Ada apa dengan hari ini?, mengapa begitu indah?, ternyata dia mengenalku, ada apa dengannya sehingga mau mengobrol denganku?” pikiran itu terus terngiang-ngiang di kepalaku sampai aku tidak fokus dalam mata kuliah.

Setelah pertemuan pertama kami, ternyata semesta mempertemukan kami lagi di tempat yang sama yaitu perpustakaan. Kini hari-hariku tak seperti biasanya lagi yang hanya sendirian seakan tak ada lagi manusia yang hidup di sekitarku, haha. 

Hariku lebih berwarna karena aku mempunyai sosok teman baru yang sangat istimewa, ya seperti dugaan kalian dia adalah Raka, sosoknya sudah tak asing lagi bagiku. Kita sering berjumpa di perspustakan secara tidak sengaja dan sesekali berdiskusi bareng tentang studi kami masing-masing.

Seringnya kami menghabiskan waktu bersama walau hanya di perpustakaan kampus, muncullah prasangkaku bahwa Raka sedang mendekatiku atau orang biasa menyebutnya dengan istilah PDKT, tetapi aku berusaha untuk tidak terlalu larut dalam perasaan haluku. 

Mencari perhatiannya lewat story tetap menjadi jalan ninjaku sampai detik ini agar aku tidak kelihatan menaruh rasa terhadapnya.

Kini tepat sebulan kami menjadi teman yang cukup dekat. Di hari itu aku tidak menjumpainya di perpustakaan, pikirku mungkin dia sedang sibuk mempersiapkan acara tahunan kampus. Ya dia memang orang yang super duper sibuk.

Siang itu setelah dari perpustakaan aku kembali ke kelas untuk melanjutkan mata kuliah selanjutnya kebetulan aku ditemani dengan teman sekelasku bernama Rina.

Eh itu pacarnya Raka ya? (Tanya Rina padaku)

Mendengar kata Raka sontak mata yang tadinya fokus ke handphone langsung tertuju ke dia yang sedang menghidupkan motornya hendak bergegas pergi. 

Hari itu menjadi hari yang tak pernah aku inginkan, seolah hati ini tercabik-cabik sudah tak utuh lagi melihatnya berboncengan dengan wanita lain. Tapi siapa aku?, tidak berhak melarangnya untuk berdekatan dengan wanita lain. Lagi pula mana mungkin Raka menaruh rasa pada si wanita cupu ini.

Kuberanikan diri untuk mencari tahu sosok wanita yang berhasil menaklukkan hati Raka, benar dugaanku ternyata wanita itu adalah  teman spesialnya dan mereka sudah menjalin hubungan kurang lebih selama setahun, jujur saja wanita itu memang jauh lebih baik dariku dari semua hal (rasa insecure mulai muncul dalam benakku). 

Sedikit rasa penyesalan timbul dari diriku mengapa aku mudah sekali larut dalam perasaan palsu ini, ingin rasanya memarahi dan memusuhi diri sendiri karena begitu ceroboh menjatuhkan hati pada sosok lelaki sempurna seperti Raka. 

Rasanya memang mustahil bagiku untuk memilikinya…..

Setelah kejadian pahit itu aku berusaha untuk tidak lagi sembarangan menaruh rasa terhadap seorang laki-laki. Kubuang jauh-jauh perasaan halu yang masih menyelimuti hati ini, kututup rapat-rapat agar tidak terjatuh dalam kubangan yang sama. 

Semoga hati ini bersabar hingga menemukan jalan yang tepat kemana ia harus berlabuh....