Para tokoh diplomatik dan sarjana Hubungan Internasional sering kali menggunakan beberapa teori yang berkisar dari pendekatan realism, liberalism, dan constructivism. Lalu apa itu realism, liberalism, dan constructivism? dan bagaimana perbedaan ketiga teori tersebut? 

A. Realism 

Dikembangkan di awal abad ke-20, Realisme adalah perspektif sederhana dari urusan internasional yang berpusat pada negara yang menyatakan bahwa semua negara berusaha untuk meningkatkan kekuatan mereka dan bahwa pemerintah yang dapat secara efisien mengumpulkan kekuatan itu akan sejahtera. 

Menurut teori ini, tujuan utama suatu bangsa adalah untuk mempertahankan diri, dan peningkatan kekuasaan harus merupakan kondisi sosial ekonomi dan politik. 

Dalam pandangan perspektif ini, terjadinya perang dunia I dan II menunjukkan bahwa politik dunia dan hukum yang menyertainya bersifat objektif secara inheren. 

Perang yang terjadi merupakan akibat dari keegoisan sifat manusia yang menjadi dasar  dari hubungan internasional itu sendiri bahwa sesungguhnya hubungan internasional itu anarkis, semua bergantung pada diri sendiri demi kepentingan diri sendiri.

B. Liberalism 

Dalam perspektif liberalisme, premis yang menjadi pusat bahwa system internasional yang telah ada bisa membangun tatanan global yang harmonis. 

Perspektif ini mendukung adanya kerja sama global sebagai alat untuk memajukan tujuan individu masing-masing negara dan bukan mengandalkan kekuatan agresif, seperti konflik militer. 

Peperangan dinilai mempunyai efek negatif seperti kerusakan ekonomi dan kematian masyarakat jauh lebih besar dari keuntungan yang diterima. 

Oleh sebab itu, setiap pemimpin liberal lebih suka menggunakan power ekonomi dan politik dalam mencapai tujuan nasional, di mana dalam era sekarang mereka sering menggunakan kerja sama ekonomi seperti perjanjian antarnegara dan diplomasi politik internasional. 

Kaum liberal mengakui bahwa alasan terjadinya perang itu tidak benar, terlepas dari sifat manusia yang egois itu benar adanya tetapi masih yakin dan percaya bahwa manusia pada dasarnya baik.

Oleh sebab itu, jika individu dapat bekerja sama untuk kepentingan mereka sepenuhnya, perdamaian dunia dapat dicapai untuk stabilitas dunia.  

Konstruktivisme sebagai penengah dalam menyelesaikan suatu kasus selalu bergantung pada data, tidak menyalahkan dan mempercayai bahwa semua pendekatan itu memiliki kebenaran berdasarkan paradigmanya masing-masing.

Maka dari itu, bagi para pemikir teori ini, manusia yang cenderung egois dan menyelesaikan suatu konflik dengan perang merupakan satu kesalahan. 

C. Constructivism

Teori ini percaya bahwa struktur system internasional tidak dapat direalisasikan secara seragam untuk semua hubungan negara karena dalam teori ini hubungan dan interaksi antarnegara serta pemahaman bersama sebagai sumber kerja sama atau konflik yang diutamakan.

Teori ini melihat identitas sebagai dasar kebiasaan atau institusi, kepentingan dan hubungan antarnegara. 

Teori ini berpendapat bahwa negara sama seperti manusia di mana konsep-konsep tertentu seperti fakta social, peran gender diciptakan oleh manusia. 

Yang mana dalam teori ini konsep-konsep seperti wacana, identitas, dan interaksi sosial yang banyak digunakan dalam percakapan tentang berbagai masalah internasional seperti globalisasi, HAM internasional, dan lain-lain. 

Dalam arti lain kebijakan dan tindakan aktor lah yang mempengaruhi struktur internasional baik secara langsung maupun tidak.

Lalu apa perbedaan dari masing - masing teori di atas?

Perbedaan antara teori realism, liberalism, dan constructivism bisa dikatakan sangat luas. Singkatnya, Realisme bergerak atas dasar pesimis dari sifat manusia, meyakini bahwa hubungan internasional pada hakikatnya konfliktual dan konflik internasional pada dasarnya diakhiri dengan menggunakan perang. 

Realism menempatkan otonomi negara sebagai prioritas utama pemerintah, oleh sebab itu, mereka mau menggunakan perang sebagai alat untuk mencapai kemenangan. 

Liberalism lebih menempatkan hak asasi manusia dan kesetaraan sebagai factor terpenting dalam pemerintahan, akan tetapi mereka menekankan kerja sama keuangan global dalam bentuk multinasional korporasi yang nampak bertentangan dengan pernyataan gagasan kesetaraan dan HAM. 

Pada saat yang sama, dari sudut pandang liberal berdasarkan optimisme sifat manusia itu sendiri perang adalah salah dan harus dihindari mengakui bahwa perang itu salah tetapi tujuan utamanya adalah benar, untuk kepentingan rakyat. 

Hal inilah yang mendasari keberadaan dari liberalism saat ini yaitu percaya bahwa manusia itu baik bekerja sama untuk menciptakan perdamaian untuk kepentingan banyak orang apapun realitas yang ada di masa lalu. 

Kemudian dibandingkan dengan dua teori tersebut, constructivism menggunakan aspek nonmaterial yaitu menyediakan jalan tengah pendekatan sosiologis seperti nilai-nilai sosial dalam kehidupan aktor non negara sebagai pendamping pendekatan rasional realism dan liberalism. Perang dinilai secara netral berdasarkan fakta dan data yang ada, dan sangat bertentangan dengan netralisme nilai. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pandangan konstruktivisme sejalan dengan realisme, berdasarkan data yang ada, tetapi perbedaan utama adalah bahwa konstruktivisme tidak berusaha untuk mempertahankan diri dan percaya bahwa semua pandangan memiliki kebenarannya sendiri tergantung pada apa yang mereka yakini.

Constructivism menggunakan aspek nonmaterial yaitu menyediakan jalan tengah pendekatan sosiologis seperti nilai-nilai sosial dalam kehidupan aktor non negara sebagai pendamping pendekatan rasional realism dan liberalism.


Referensi: 

J, Ruthu. G. Theories of International Relations: Realism, Liberalism, Constructivism.

Hutton, Darcie; Faulkner, G; 291, PTR. Comparing Realism, Liberalism, and Constructivism

WMJ, a. D. (2022, 3 11). Perang Dan Perdamaian Internasional Dalam Perspektif Liberalisme. Retrieved from baktinusa.id: https://www.baktinusa.id/perang-dan-perdamaian-internasional-dalam-perspektif-liberalisme/