Beberapa waktu lalu, ketika membaca novel "Dunia Sophie" karya Jostein Gaarder, saya menemukan kutipan menarik di dalamnya.
Kutipan itu saya temukan di halaman 683, ketika sampai pada bagian kisah antara Sophie Amundsen dan Alberto Knox membincangkan Sigmund Freud. Tokoh filsuf sekaligus psikolog dari Jerman di akhir abad 19. Alberto menjelaskan kepada Sophie tentang teori bawah sadar yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Kutipan itu seperti berikut:
"Mungkin imajinasi menciptakan sesuatu yang baru, tapi imajinasi tidak melakukan seleksi yang sebenarnya. Imajinasi tidak membuat 'komposisi'. Suatu komposisi -dan setiap karya seni adalah komposisi- tercipta akibat saling-pengaruh yang luar biasa antara imajinasi dan akal, atau antara pikiran dan renungan. Sebab akan selalu ada unsur kebetulan dalam proses kreatif. Kamu harus melepaskan domba-domba di padang sebelum mulai menggembala mereka."
Kutipan ini merupakan bagian dari ulasan teori bawah sadar Freud yang menjelaskan bagaimana imajinasi dan akal saling bekerja sama dalam sebuah proses kreatif. Teori bawah sadar Freud mengungkap bahwa seseorang bertindak tidak selalu atas pertimbangan rasionalitas, akan tetapi lebih karena impuls-impuls yang berjalan secara spontan.
Anda penulis pemula yang sedang belajar menulis, pernahkah mengalami kondisi ketika sedang menulis, tulisan Anda melantur kemana-mana. Di kepala Anda sudah penuh dengan ide-ide, tapi ketika ditulis, yang terjadi, ide-ide itu melompat-lompat tak beraturan, sehingga, membuat Anda hampir putus asa karena harus berlama-lama membongkar pasang kembali tulisan itu.
Jika Anda merasakannya, jangan buru-buru menyimpulkan kalau Anda tidak berbakat menulis. Jangan menyerah dulu. Menurut Freud, kondisi yang Anda alami itu sebenarnya wajar. Kecuali bagi penulis profesional yang sudah terlatih, kemampuan untuk mengorganisir ide-ide sebelum ditulis ke dalam bahasa tulisan bisa sangat menyulitkan. Apalagi bagi penulis pemula, Karena belum terbiasa, kesulitan itu bisa berlipat-lipat.
Freud memberikan penjelasan mengagumkan tentang bagaimana akal dan imajinasi pada manusia itu bekerja dalam sebuah karya. Apa pun bentuk karya itu. Termasuk membuat karya berupa tulisan. Freud menyebut bahwa manusia itu tidak sepenuhnya rasional. Karena juga melakukan sesuatu hal yang tidak disadarinya. Hal ini berlaku dalam proses berkarya atau biasa disebut proses kreatif.
Pikiran melompat-lompat ketika sedang menulis sebenarnya suatu yang alami. Itu merupakan proses dimana imajinasi sedang melepaskan dirinya secara spontan dari otak. Imajinasi sendiri merupakan hal-hal yang terpendam di bawah kesadaran. Artinya, saat menulis dengan kondisi demikian, kita sebenarnya tidak menulis berdasar akal pikiran dan rasionalitas, melainkan murni imajinasi.
Jadi, bagi Anda penulis pemula, sebaiknya jangan takut untuk menuliskan saja terlebih dahulu ide-ide dan imajinasi yang terlintas di otak bawah sadar Anda. Meskipun menurut Anda, ide-ide itu terlalu lugu atau sangat liar sekalipun. Menurut Freud, imajinasi yang tidak disadari itu bersifat reflektif karena hasil olah permenungan mendalam atas realitas.
Maka, terkadang ia bisa jadi sangat tidak wajar dalam pikiran setiap orang. Jadi, ide-ide yang Anda tulis itu bisa jadi adalah sesuatu yang sangat otentik. Dan itu bagus, sebab akan menjadi modal penting bagi seorang penulis untuk menentukan ciri khas tulisannya.
Tugas Anda, tulis sebanyak mungkin apa yang sudah ada di pikiran. Imajinasi, mula-mula harus ditumpahkan dulu ke dalam tulisan. Baru, setelah dirasa maksimal. Langkah selanjutnya, biarkan akal yang bekerja untuk memperbaiki tulisan.
Melalui kerja editing, akal akan menata ulang tulisan yang masih berserakan itu. Ia akan mengoreksi setiap bagian tulisan yang kurang tepat. Mulai dari salah ketik, kalimat yang kurang efektif, tanda baca, hingga substansi isi tulisan.
Ketika menulis, Anda harus memisahkan fungsi menulis dan fungsi editing. Sebab, keduanya memiliki peran berbeda. Tapi meskipun fungsinya berbeda, keduanya adalah satu kesatuan dari apa yang disebut sebagai proses menulis.
Cara kerja menulis dan mengedit ini harus dilakukan sebagai sebuah tahapan. Ia, dalam bahasa Freud diibaratkan dengan melepaskan dahulu domba-domba ke padang rumput yang luas, sebelum menggembala mereka.
Jadi, sekali lagi, jangan menulis dan mengedit tulisan secara bersamaan. Sebab, alih-alih tulisan Anda akan bagus, justru Anda akan kelelahan dan tulisan itu tak akan selesai-selesai.
Agar lebih membantu, cobalah membuat outline terlebih dahulu sebelum mulai menulis. Outline berfungsi untuk memberi semacam pagar dalam tulisan, sehingga seliar apapun imajinasi yang Anda keluarkan nantinya bisa tertampung dan terarah dengan baik. Dengan begitu, Anda bisa menghasilkan komposisi tulisan yang pas yang mudah dibaca banyak orang.
Nah, seperti itulah fungsi imajinasi dan akal bekerja dalam proses menulis. Termasuk saat saya sedang menulis ini. Semula saya biarkan saja jari-jari saya bergerak sekehendak keinginananya di papan keyboard, tak masalah apa yang saya tulis barangkali masih buruk dan terdapat kesalahan di mana-mana, yang penting apa yang ada di pikiran saya sudah tertuang terlebih dahulu.
Baru setelah itu, saya fokus mengeditnya. Membaca dan mengoreksinya kembali, lalu menyajikannya ke dalam bentuk tulisan yang sedang Anda baca ini. Bagus atau tidak, itu terserah penilaian Anda.