Namanya Husna, seorang perempuan yang hidup dalam kelamnya dosa-dosa. Dia telah melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya, melanggar aturan Allah dengan tidak mempedulikan akibatnya. Namun, suatu hari, dia merasakan beban berat dalam hatinya. Dia merasa seperti ada yang tidak beres dalam hidupnya, dan dia tahu, dia harus segera bertobat.

Namun, Husna menunda-nunda taubatnya. Dia masih merasa seperti dia belum siap untuk mengubah hidupnya. Dia masih ingin menikmati dosa-dosanya, mengalami kesenangan sesaat yang membuatnya lupa bahwa dia berada di jalan yang salah.

Sementara itu, waktu terus berjalan. Husna semakin terpuruk dalam dosa-dosanya, semakin jauh dari Allah. Dia melupakan janjinya untuk bertobat, dan hidupnya semakin hancur.

Suatu hari, Husna jatuh sakit. Dia merasa seperti hidupnya berada di ujung tanduk. Dia tahu bahwa dia tidak akan bertahan lama jika dia tidak segera bertobat. Dia menangis dan meratapi nasibnya yang sedang menghadapi kematian.

Tapi kemudian, terjadi suatu keajaiban. Dia bertemu dengan seorang sahabat lama, yang sudah lama tidak ia temui. Sahabatnya itu adalah orang yang selalu menyemangatinya untuk berubah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sahabatnya mengajaknya untuk taubat dan berjanji akan mendukungnya.

Husna merasa terharu dan menganggap ini sebagai tanda dari Allah. Dia tahu bahwa inilah saat yang tepat untuk bertobat dan memulai kehidupan baru. Dia berbicara dengan sahabatnya dan mereka berdoa bersama-sama. Husna menangis sambil memohon ampunan kepada Allah, dan sahabatnya menenangkan dia.

Sahabatnya adalah sosok lelaki yang baik hati, dan berprinsip bahwa dia akan mendekati semua perempuan untuk mengubah dan mengajak mereka ke jalan yang benar, dan bukan untuk mencari perhatian agar disukai. Karena baginya semua manusia pada intinya ingin berubah dan bertaubat untuk kembali ke jalan yang benar, hanya saja tidak ada yang mampu menyentuh mereka dengan mengunakan hati yang tulus.

Setelah itu, Husna merasa seperti ada beban yang hilang dari pundaknya. Dia merasa ringan dan tenang, seolah-olah ia memiliki harapan baru di dalam hidupnya. Dia berjanji untuk menjalani hidup yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah. Dia akan memperbaiki diri, menghindari dosa, dan membimbing orang lain untuk mendapatkan kebahagiaan sejati yang hanya bisa diberikan oleh Allah.

Husna terkadang sering berpikir sendiri dan merenungkan dirinya, terutama ketika mendengar lagu-lagu yang berbaur religi, dan bahkan sering meneteskan air-mata ketika membayangkan dosa yang selama ini dia lakukan,

Namun, sayangnya, Husna telah menunda-nunda taubatnya terlalu lama. Hingga pada akhirnya Dia harus jatuh sakit dengan penyakit yang parah yang tidak bisa ditangani oleh dokter, dan akhirnya meninggal dunia. Saat itu, keluarga dan teman-temannya meratapi kepergiannya dan merasa sedih. Mereka tahu bahwa dia tidak akan kembali lagi, Dia adalah orang yang baik hanya saja terpengaruh oleh lingkungan sosial di sekitarnya, walaupun belum sempat bertaubat, mereka berdoa agar Allah memberikan tempat terbaik baginya di surga.

Sebuah pelajaran yang sangat berharga bisa diambil dari kisah Husna. Taubat adalah sebuah proses yang harus dimulai secepat mungkin. Setiap orang harus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah, sebelum terlambat. Kita tidak tahu kapan ajal kita tiba, dan kita tidak tahu apakah kita akan memiliki kesempatan untuk bertobat lagi.

Kematian Husna menjadi pengingat bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka berpikir bahwa mungkin saja jika Husna tidak menunda-nunda taubatnya, dia bisa hidup lebih lama dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun, kini sudah terlambat, dan mereka hanya bisa meratapi kepergiannya.

Husna menjadi contoh bagi kita semua. Dia telah menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah, meskipun sudah melakukan banyak kesalahan. Dia juga menunjukkan bahwa kita harus mengambil kesempatan ini sekarang, sebelum terlambat. Kita harus bertobat dan memperbaiki diri, sehingga kita bisa hidup dengan tenang dan damai, dan mendapatkan tempat terbaik di surga.

Maka, dari kisah Husna ini, kita bisa belajar bahwa taubat adalah sebuah proses yang harus dimulai secepat mungkin. Kita tidak tahu kapan ajal kita tiba, dan kita tidak tahu apakah kita akan memiliki kesempatan untuk bertobat lagi di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah sekarang juga. Kita harus hidup dengan kesadaran bahwa setiap detik dalam hidup kita sangat berharga dan penting untuk digunakan sebaik-baiknya.

Dari kisah di atas juga kita bisa belajar, bahwa taubat tidak hanya disesali dengan mengingat kembali mas-masa buruk yang kita lakukan. Namun kita harus barengi dengan perbuatan secepatnya. Karena kita tidak tau kehendak dan Batasan usia kita di muka bumi ini. Maka jangan sekali-kali menunda-nunda taubat yang sudah kita niatkan.

Semoga kisah ini bisa memberi inspirasi untuk kita semua dan terus memperbaiki diri kita sebelum semuanya terlambat.