Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) baru saja menggelar Kongres Nasional ke-3 di Bandung, dengan tema "Membangun Generasi Islami Berkualitas Melalui Pembaruan Pendidikan dan Pemberdayaan Masjid Kampus". 

Dalam kongres tersebut, AMKI menyoroti beberapa tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk meningkatkan peran dan fungsi masjid kampus sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial di lingkungan perguruan tinggi.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi AMKI adalah minimnya peran dan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan masjid kampus. Kondisi ini hampir dialami oleh banyak kampus di Indonesia. Masjid kampus bukan menjadi tempat favorit bagi mahasiswa untuk beraktivitas di luar dari kewajiban akademik perkuliahan.

Kondisi tersebut bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya kegiatan keagamaan dan sosial di masa kuliah.  Minimnya pemahaman tentang ajaran Islam yang sebenarnya, dan adanya pandangan negatif terhadap agama dan masjid sebagai tempat kegiatan keagamaan.

Untuk mengatasi tantangan ini, AMKI perlu melakukan sejumlah pembenahan sebagai pekerjaan rumah. Di antara yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya kegiatan keagamaan dan sosial di masa kuliah.

Pada sisi yang lain, AMKI juga perlu melibatkan mahasiswa aktif dalam kegiatan masjid kampus dengan mengadakan program-program yang menarik dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa, seperti kegiatan pengembangan akademik, kajian Islam, diskusi agama, dan program sosial atau bahkan yang bersifat kesenian.

Kreatifitas dan inovasi dalam mengelola program-program masjid kampus tentunya menjadi penting untuk diperhaikan. Kegiatan di masjid tidak melulu haru dengan metode pengajian, tapi juga bisa dengan pendekatan kegiatan kesenian islami.

Pendekatan kegiatan kesenian ini bisa menjadi alternatif bagi pengelola masjid untuk menarik lebih banyak mahasiswa berkegiatan menghidupkan masjid. Pengurus masjid dapat membuka ruang pelatihan bagi mahasiswa yang ingin belajar tentang seni musik hadrah atau shalawat, kaligrafi, atau juga qiroat.

Berbagai kegiatan kesenian tersebut jika dilaksanakan rutin akan memberikan kontribusi yang nyata bagi kampus. Pada gilirannya hal ini juga dapat menunjang kebutuhan kampus untuk mengikuti dan meraih prestasi dalam kegiatan tahunan MTQ Nasional Mahasiswa yang diselenggarakan oleh kementerian.  

Selain tantangan yang berkaitan dengan partisipasi mahasiswa, AMKI juga dihadapkan pada tantangan dalam mengembangkan dan memperkuat struktur organisasi dan manajemen masjid kampus. Masjid kampus masih seringkali dianggap sebagai entitas yang terpisah dari kegiatan akademik dan sosial.

Kondisi itu dapat berpengaruh pada struktur organisasi dan manajemen yang ada seringkali tidak optimal dan terkendala dalam mengembangkan kegiatan dan program masjid kampus.

Melihat persoalan itu, maka AMKI perlu memperkuat struktur organisasi dan manajemen masjid kampus dengan mengembangkan sistem manajemen yang efektif dan efisien. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara pengurus masjid kampus dengan pimpinan perguruan tinggi, dan mengembangkan  kerja sama dengan organisasi keagamaan dan sosial di luar perguruan tinggi.

Selain tantangan dan pekerjaan rumah yang telah disebutkan di atas, AMKI juga perlu terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan mahasiswa yang semakin beragam. Hal ini bisa diatasi dengan mengembangkan strategi dan program yang inovatif dan relevan, seperti mengadakan kajian Islam online, memanfaatkan media sosial untuk menggalang partisipasi mahasiswa. 

Secara keseluruhan, tantangan dan pekerjaan rumah yang dihadapi AMKI dalam meningkatkan peran dan fungsi masjid kampus membutuhkan upaya yang komprehensif dan terkoordinasi dengan seluruh stakeholder yang terlibat. Pilar kunci ini adalah Dewan Kemakmuran Masjid Kampus, perguruan tinggi, mahasiswa, dan organisasi-organisasi keagamaan dan sosial. 

Pilar kunci tersebut perlu memiliki sinergitas dan kolaborasi yang kuat. Dengan kerja sama dan upaya yang dilaksanakan bersama, diharapkan peran dan fungsi masjid kampus sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial dapat semakin diperkuat dan memberikan dampak positif bagi mahasiswa dan masyarakat.

Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, AMKI perlu melakukan beberapa tindakan konkret. Pertama, AMKI perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas pengurus masjid kampus. 

AMKI harus memastikan bahwa pengurus masjid kampus memiliki pemahaman yang cukup tentang agama dan sosial, serta mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif. Pengurus masjid kampus juga perlu didampingi agar mereka menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan profesional dan efektif.

Kedua, AMKI perlu meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan masjid kampus. AMKI dapat mengadakan berbagai kegiatan keagamaan dan sosial yang menarik untuk mahasiswa, seperti pengajian, ceramah, diskusi, acara sosial, dan sebagainya. 

Ketiga, AMKI perlu membangun jaringan kerja sama dengan organisasi-organisasi keagamaan dan sosial di luar kampus, seperti ormas Islam, yayasan sosial, dan sebagainya. Dengan kerja sama ini, AMKI dapat memperluas jangkauan dan pengaruhnya, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan-kegiatan masjid kampus. 

Keempat, AMKI perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas masjid kampus yang memadai. Fasilitas tersebut juga harus dipastikan dapat diakses oleh mahasiswa dan masyarakat sekitarnya dengan mudah dan aman, seperti aula bersama, perpustakaan Islam, taman, dan sebagainya. 

Terakhir, AMKI juga perlu meningkatkan kerja sama dan sinergi dengan pihak-pihak terkait, seperti perguruan tinggi, organisasi-organisasi keagamaan dan sosial, dan pemerintah. Hal ini untuk memperkuat peran dan fungsi masjid kampus sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang berdaya saing.

Dalam kerja sama tersebut, AMKI perlu menunjukkan komitmen yang kuat dalam memperkuat peran dan fungsi masjid kampus, serta mengambil peran yang proaktif dalam memajukan pendidikan dan keagamaan di Indonesia.

Dalam menghadapi tantangan dan pekerjaan rumah yang ada, AMKI perlu membuka diri dengan berbagai pihak dalam kenyataan keberagaman perbedaan cara beragama, dan menjadikan masjid bersifat inklusif. 

Dalam kesimpulannya, pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh AMKI masih cukup banyak dan memiliki tantangan yang besar. Namun demikian, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dicapai. 

Diperlukan upaya yang terus-menerus, kolaborasi dan kerja sama yang kuat antara seluruh stakeholder yang terkait. Inovasi dan kreativitas dalam pengembangan program dan kegiatan masjid kampus menjadi keyword dalam pengelolaan masjid. 

Dengan itu, AMKI dapat memberikan kontribusi yang besar dalam membangun generasi islami berkualitas dan mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara yang berkeadilan, berdaya saing, dan berperadaban tinggi.