Kehamilan merupakan proses yang diawali dari bertemunya spermatozoa dan ovum (fertilisasi) dan berlanjut hingga kelahiran bayi yang lamanya 40 minggu. Proses kehamilan ini merupakan hal yang dinanti oleh pasangan yang menantikan untuk melanjutkan keturunan. 

Wajar bila setiap pasangan menginginkan keadaan ibu yang tetap sehat, tidak ada gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dari awal hamil hingga melahirkan. Untuk mempertahankan kesehatan dalam kehamilan adalah berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sebaik mungkin.

Namun masih ditemui ibu hamil yang tidak menyadari adanya peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. Sehingga menimbulkan masalah yaitu kekurangan gizi. 

Kekurangan gizi hingga saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia, dengan urutan ketiga, Indonesia termasuk penyumbang angka dalam permasalahan tersebut. 

Masalah gizi ini dianggap semakin serius sebab akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian serta timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang dianggap paling rentan terhadap kekurangan gizi ini adalah ibu hamil, bayi dan balita. 

Menurut Riskesdas (2013) menunjukkan, bahwa, 50 persen atau satu dari dua ibu hamil di Indonesia tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Padahal, gizi selama kehamilan menjadi salah satu faktor penting untuk kualitas fisik dan kecerdasan anak nantinya.

Selama kehamilan, masalah gizi ibu hamil mempengaruhi ibu dan pertumbuhan janin. Ibu hamil merupakan golongan yang rentan terkena masalah gizi. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. 

Oleh karena itu, ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, dengan konsumsi pangan yang tetap beranekaragam dan seimbang serta dalam jumlah dan proporsinya.

Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi pada masa kehamilan dapat menyebabkan beberapa resiko, salah satunya ialah bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan Riskesdas 2013, persentase balita usia 0-59 bulan dengan BBLR mencapai 10,2%. Bayi dikatakan BBLR jika berat lahirnya kurang dari 2500 gram. 

Dampak BBLR membuat organ tubuh bayi dan fungsinya kurang sempurna, pertumbuhan lamban, kecerdasan yang kurang, serta berpotensi mengalami gangguan mental dan fisik. 

BBLR tidak hanya mempengaruhi kondisi bayi saat dilahirkan tetapi juga kesehatan bahkan kelangsungan hidupnya di masa depan. Lalu ada juga bahaya lain yang mengancam yaitu bayi lahir dalam keadaan prematur hingga dapat terjadi kematian pada bayi. 

Ahli gizi Sandra Fikawati mengatakan, untuk mencegah BBLR ibu hamil harus cukup mencukupi kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), mikro (kalsium, asam folat, zat besi) dan vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin B6, vitamin B12, vitamin D).

Lalu apa saja tanda kekurangan gizi pada ibu hamil.

1. Mudah sakit 

Ibu yang kekurangan gizi saat hamil biasanya akan mudah mengalami keluhan atau lemas karena lebih mudah terserang penyakit. 

2. Anemia  

Kekurangan gizi saat hamil juga bisa menyebabkan ibu menjadi rentan mengalami Anemia, gejala anemia yaitu cepat merasa Lelah, sesak nafas, sering merasa pusing, jantung berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, pucat pada kulit, bibir dan juga kuku. 

3. Berat badan ibu tidak bertambah 

Jika terdapat indikasi berat badan ibu tidak kunjung bertambah atau malah justru menurun saat hamil, maka itu bisa menjadi indikasi bahwa ibu mengalami kekurangan gizi saat hamil. 

4. Pertumbuhan janin tidak optimal

Kurangnya asupan gizi saat hamil dapat membuat perkembangan janin menjadi terhambat. Kondisi tumbuh kembang janin ini dapat ibu ketahui dengan melakukan USG dan pemeriksaan kehamilan.

Oleh karena itu, agar tidak mengalami kekurangan gizi pada saat hamil ibu bisa melakukan beberapa langkah sederhana seperti mengetahui dan memenuhi kebutuhan kalori ibu setiap harinya.

Lalu makan pagi setiap hari, jika ibu merasa tidak nafsu makan karena mual, perut perih, atau morning sickness, ibu bisa mencoba makan sedikit-sedikit tapi lebih sering.

Mengkonsumsi makanan yang bergizi, Makan makanan yang berserat tinggi dan perbanyak asupan cairan dari air putih atau jus buah, serta rajin berolahraga untuk mencegah konstipasi

Konstipasi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut sehingga membuat ibu tidak nafsu makan. menghindari makanan pedas dan berlemak, terlebih jika ibu memiliki riwayat penyakit maag, menghindari mengonsumsi minuman beralkohol, kafein, minuman bersoda.

Ibu hamil merupakan salah satu golongan yang rentan terhadap kekurangan gizi. Oleh karenanya ibu hamil bisa melakukan beberapa langkah sederhana untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil.

Diantaranya dengan mengetahui dan memenuhi kebutuhan kalori, mengkonsumsi makanan yang bergizi, menghindari makanan pedas dan berlemak, serta menghindari mengkonsumsi alkohol dan juga kafein. 

Dalam hal ini ibu hamil juga harus memperhatikan asupan nutrisi pada saat hamil, namun tetap perlu diingat porsi makan ibu hamil tidak harus dalam jumlah yang banyak, namun harus tetap memenuhi kebutuhan gizi dan juga kalori pada ibu hamil.