Judul di atas sengaja ditulis untuk merangsang para pembaca dan untuk melihat bagaimana respon orang-orang yang tidak suka bahkan benci terhadap benda yang berbau tulisan ataupun kumpulan tulisan yang amat banyak yang terkumpul dalam media buku. Orang-orang yang benci akan aktifitas ini akan senang dengan melihat artikel ini, lalu membacanya dan mencari tahu alasan yang rasional mengapa buku tidak harus dibaca.
Maaf saya membohongi anda, saya pun tidak setuju dengan argumen dalam judul di atas. Membaca buku merupakan hal yang amat penting dan tidak boleh dilewatkan. Tidak suka membaca adalah awal dari keterpurukan, orang seperti ini adalah orang-orang yang mudah terprovokasi dengan informasi-informasi yang non-ilmiah, spekulatif, bahkan informasi hoax bulat-bulat ditelan dalam pikirannya.
Berbeda dengan orang yang suka dan sering membaca buku, ia telah dilatih untuk berpikir secara sistematis dengan melihat pokok-pokok pikiran dalam tiap paragraf, mengajukan pertanyaan dalam hatinya terhadap beberapa argumen yang diragukannya, sehingga ia dapat memilah-milah mana informasi yang dilandasi dengan data yang akurat dengan penelitian untuk dijadikannya informasi yang dapat dipercayai, daripada memercayai blog-blog murahan yang ditulis tanpa sumber dan penelitian yang jelas.
Survei yang dilakukan dewasa ini membuktikan bahwa minat membaca buku orang-orang di Indonesia sangatlah minim, bahkan memiriskan. Dari 61 negara yang disurvei Indonesia berada pada posisi 60, jangan heran bila dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang suka membaca buku. Kemungkinan besar mengapa orang banyak di Indonesia kurang mempunyai minat untuk membaca selain karena keterbatasan literatur, juga karena persepsi dan asumsi yang kurang tepat mengenai hal membaca.
Seorang Albert Einstein fisikawan termasyur dan tersohor di abad 20 mungkin hingga kontemporer, adalah orang yang sangat meminati buku untuk merangsang cara berpikir dan untuk memperoleh informasi. Ia bahkan sering menghabiskan waktunya seharian untuk membaca buku di perpustakaan. Bukan hanya Einstein, para Ilmuan-lmuan lainnya pun tidak meremehkan betapa pentingnya aktifitas membaca.
Immanuel Kant seorang filosof hebat dengan pemikirannya yang berpengaruh hingga sekarang, malahan pernah tidak menulis selama 10 tahun dan menghabiskan waktunya itu untuk membaca buku, ya 10 tahun ia membaca buku dan melahiran mutiara pemikirannya yang berpengaruh dan mengubah cara berpikir filosof dikala itu tentang manusia, indra dan pengetahuannya.
Inilah yang membuat kita kalah dengan orang-orang bangsa barat, mereka sangat mengagungkan aktifitas membaca buku, tidak seperti kita yang hanya membuang waktu untuk membaca artikel-artikel hoax yang tidak diakui secara ilmiah yang berada di timeline dan beranda media sosial. (Mungkin setelah membaca ini, tulisan ini akan dianggap hoax juga)
Konsepsi sesat tentang buku sudah terkonstruksi sejak lama dalam benak kita, disekolah kita menggunakan buku hanya untuk membuat soal-soal latihan didalamnya, mengerjakan PR yang diberikan guru yang tertera dalam buku, melihat rumus-rumus penghitungan, atau agar tidak dimarahi guru ketika tidak membawa buku, yang membuat kita sampai sekarang hanya memahami buku sebatas fungsinya di sekolah.
Akhirnya sampai diperguruan tinggi pun yang mewajibkan untuk membaca banyak literatur-literatur ilmiah, kita merasa sulit dan tidak mengerti cara membaca buku akibat tidak dibiasakan sejak kecil. Buku dipahami untuk memenuhi tugas dalam bersekolah dan berkuliah, bukan untuk mendapat pemahaman yang luas, komprehensif dan untuk membangun cara kita berpikir.
Jadinya buku tidak pernah dibaca sampai habis, hanya bagian-bagian tertentu saja yang dibaca sesuai arahan guru yang mungkin juga tidak punya minat membaca. Dulu saya juga orang yang demikian, menganggap buku hanya untuk pemenuhan kelengkapan tugas di sekolah.
Namun lama kelamaan saya mencoba untuk melepaskan anggapan tersebut, hingga saya tahu mengapa banyak orang bisa menjadi pandai dan fasih dalam bidangnya. Ya, ternyata dengan membaca buku sejak dini dan ini dilakukan para ilmuan genius dari dulu hingga sekarang.
Dibandingkan negara barat yang membaca rata-rata 20 topik buku setiap tahunnya, kita sebagai orang yang hidup di negara berkembang hanya mencerna 1 buku untuk dibaca. Perbandingan ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya membaca buku dibiasakan sejak dini.
Saya hanya bisa memberikan sara terhadap para pekerja dibidang edukasi untuk memasukan kurikulum yang merangsang minat pelajar untuk membaca. Sekarang ini saya baru sadar bahwa di masa sekolah kami tidak pernah diarahkan untuk membaca buku sehingga timbul anggapan yang sangat sesat mengenai aktifitas membaca buku. "Buku adalah jendela dunia" pepatah didunia pendidikan yang masih kurang dipahami oleh para pelajar.
Ada baiknya jika para guru merangsang para muridnya untuk membaca dan terus membaca, bukan hanya mendengar ocehan guru selama 8 jam pelajaran di sekolah. Doronglah para pelajar untuk membaca buku demi masa depannya, buku harus dikunyah sampai habis bahkan "sampai buku itu menjadi milik kita" seperti perkataan para ilmuan.
Itulah yang dapat saya sumbangkan dalam membangkitkan minat membaca orang-orang Indonesia. Semoga orang-orang yang tidak suka membaca buku ketika membaca artikel ini minatnya dengan buku dibangkitkan. Mohon maaf dengan kata-kata yang dianggap kasar yang tertera dalam artikel ini. Ini semua dilakukan demi kemajuan bangsa kita dalam ilmu pengetahuan.
Demikianlah 5 paragraf yang bisa saya tulis untuk menggoda orang-orang dengan membaca buku serta implikasinya, mudah-mudahan banyak yang sadar akan pentingnya aktifitas ini agar kita semua tidak diombang-ambingkan dengan informasi yang menyesatkan penalaran kita dan membangun masyarakat yang berintelktual.