Swedia dan Finlandia secara resmi telah mendaftar untuk bergabung ke dalam aliansi NATO pada 18 Mei 2022. Kedua negara ini telah memasuki proses aksesi yang diperkirakan hanya berjalan sekitar beberapa minggu saja. Dan setelah itu mereka akan secara resmi menjadi anggota aliansi.

Melansir dari Reuters, Swedia dan Finlandia yang dulunya selama perang dingin merupakan negara netral kini memilih untuk bergabung dengan NATO. Karena sejak invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dukungan rakyat dari kedua negara tersebut untuk gabung ke NATO meningkat secara dramatis.

Lalu muncul pertanyaan, mengapa hal tersebut baru dilakukan sekarang? Kedua negara memiliki latar belakangnya masing-masing mengenai mengapa mereka memutuskan untuk bergabung dengan aliansi NATO. Tetapi ada satu kesamaan yang dirasakan oleh kedua negara yaitu penyerangan Rusia terhadap Ukraina membuat baik Swedia dan Finlandia merasa waspada.

Bagi rakyat Finlandia, invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina pastinya mengingatkan mereka terhadap peristiwa yang sama yang terjadi pada mereka pada akhir tahun 1939. Dimana Uni Soviet menginvasi Finlandia selama lebih dari tiga bulan lamanya, dan tentara mereka melakukan perlawanan sengit walaupun kalah jumlah.

Hasilnya mereka berhasil mencegah pendudukan Uni Soviet di Finlandia, tetapi mereka kehilangan 10% wilayah mereka. Dan juga wilayah Finlandia berbatasan langsung dengan wilayah Rusia yang membentang sepanjang 1.340 km jaraknya. “Akankah hal itu terjadi pada kita?”, kata Iro Sarkka, seorang ilmuwan dari Universitas Helsinki.

Sementara itu Swedia juga merasakan beberapa ancaman dalam beberapa tahun kemarin. Apalagi dengan adanya beberapa laporan adanya aktivitas pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Rusia di beberapa wilayahnya.

Seperti pada tahun 2014, dilaporkan bahwa ada kapal selam milik Rusia yang bersembunyi di perairan dangkal di pulau Stockholm. Lalu ada juga beberapa laporan tentang pelanggaran di wilayah udara Swedia yang dilakukan oleh pesawat militer milik Rusia.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul, apakah risiko yang dihadapi oleh Swedia dan Finlandia dengan bergabungnya mereka dengan aliansi NATO? Dengan diumumkannya bergabungnya kedua negara dengan NATO, tentu saja hal tersebut memicu reaksi dari Presiden Rusia yakni Vladimir Putin.

“Dengan Swedia dan Finlandia, kami tidak memiliki masalah seperti dengan Ukraina. Jika ingin bergabung, silakan”, ucap Putin kepada salah satu televisi pemerintah Rusia, dilansir dari Reuters. “Namun mereka harus memahami, jika para militer dan infrastruktur NATO dikerahkan di wilayahnya, Rusia juga akan merespon hal tersebut sebagai ancaman”, lanjutnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia juga memberikan reaksinya terhadap hal tersebut, dan mengatakan bahwa kedua negara telah di peringatkan atas konsekuensi yang harus dihadapi dengan  memutuskan Tindakan seperti itu.

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, juga memperingatkan bahwa aksesi Swedia dan Finlandia ke dalam NATO akan mendorong Moskow untuk mengerahkan senjata nuklir ke daerah Kaliningrad.

Selain ancaman-ancaman itu, Alexander Stubb, mantan PM Finlandia, juga berpendapat bahwa ada ancaman yang lebih realistis dari Rusia yaitu pelanggaran melalui wilayah udara, kejahatan siber, dan juga penyebaran informasi yang tidak benar. Yang justru besar kemungkinan harus ada solusi yang sudah dipikirkan sebagai bentuk antisipasi oleh kedua negara atas hal tersebut.

Yang terakhir adalah hambatan apa saja yang diterima oleh Swedia dan Finlandia saat ingin bergabung dengan NATO? Di sini akan dibahas dua hambatan yang timbul karena bergabungnya Swedia dan Finlandia dengan NATO. Yang pertama adalah penolakan dari Rusia dan yang kedua adalah penolakan dari Turki.

Penolakan Rusia

Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, keputusan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO dianggap sama dengan mencerminkan sikap aberasi atas peristiwa yang terjadi. Beliau menilai bahwa keputusan kedua negara tersebut tidak akan memperkuat keamanan bagi negara tetapi sebaliknya akan terbentuk ancaman bagi negara.

Tindakan Swedia dan Finlandia sangat disayangkan dapat terjadi oleh Rusia karena dianggap tidak memakai akal sehat saat membuat keputusan dan bersikap seperti menyiram minyak tanah ke api yang sudah membara dan dapat menambah ketegangan yang terjadi setelah terjadinya peristiwa invasi Rusia ke Ukraina, pada bulan Februari kemarin.

Penolakan Turki

Saat berlangsungnya KTT NATO di Madrid, Spanyol, pembahasan mengenai apa hambatan terakhir untuk Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO adalah penolakan dari Turki.

Selama berminggu-minggu, permohonan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO ditahan oleh Turki. Sedangkan jika NATO ingin mengadakan perluasan, maka hal tersebut harus telah disetujui oleh semua anggota aliansi yang berjumlah 30 negara anggota.

Negosiasi di KTT NATO pada akhir Juni di Madrid, Spanyol, berakhir dengan ditandatanganinya Pakta Keamanan Bersama oleh Menteri Luar Negeri dari Swedia, Finlandia, dan Turki, yang membahas mengenai keprihatinan terhadap Turki.