Sosok Surya Tjandra, bukan Surya Paloh, menjadi Wakil Menteri bidang Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional yang baru saja kemarin dilantik dan mencuri perhatian publik lantaran ujung bajunya tidak dimasukkan. 

Padahal dia menggunakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Sudah seharusnya dimasukkan, bukan?

Begini loh. Kalau kalian para netizen tidak tahu siapa dia dan latar belakangnya, sebaiknya, sebelum nyinyir, pelajari dulu siapa orang ini, bagaimana latar belakangnya, dan sebagainya. Karena nanti saya khawatir, jika nyinyiran kalian salah alamat, kalian sendiri yang bisa kena karmanya.

Mari kita lihat siapa Surya Tjandra, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang. Dia adalah politisi PSI yang memiliki kepedulian besar kepada kemiskinan. Mengapa? Karena dia lahir dari keluarga miskin dan sulit. Orang ini memiliki kepekaan dan sensitivitas yang tinggi kepada mereka-mereka.

Bisa dikatakan bahwa orang ini berbagi kehidupan dan kesulitan yang sama dengan Joko Widodo. Surya lahir dari keluarga anak tukang potong ayam yang berdagang sehari-harinya setiap pagi sampai siang di pasar. Hidup mereka dari kecil memang sulit, bahkan harus berjibaku untuk sekolah dan kuliah.

Ia harus bersekolah di sekolah negeri, sebagai orang yang dicap keturunan Tionghoa, bukan hal yang mudah. Dia harus sekolah untuk masa depan. Lalu lulus sekolah, hidupnya apakah makin mudah? Tidak. Hidupnya begitu-begitu saja.

Untuk orang-orang sepertinya, kuliah di universitas swasta bukan opsi yang baik. Mengapa? Karena mahal. Surya Tjandra harus mengikuti sekian banyak sulitnya saringan masuk universitas negeri. Pada saat itu, saingan bukan hanya berdasarkan kecerdasan saja, tapi ukuran mata pun memengaruhi.

Akan tetapi, kegigihan beliau membuatnya berhasil lulus dari Universitas Indonesia. Berbekalkan ilmu hukum S1 yang mumpuni, nasib baik membawanya mendapatkan beasiswa S2 ke Universitas Warwick di Inggris dan program S3 di Leiden Universiteit, Belanda. Prestasi yang sangat baik adalah buah yang ia miliki. 

Namun ada sebuah perbedaan antara dirinya dengan orang-orang kebanyakan. Perbedaan ini saya enggan untuk menyebutnya sebagai “disabilitas”. Konotasi “disabilitas” adalah disable, yang artinya ketidakmampuan.

Akan tetapi, penulis lebih suka menggunakan istilah “difable” yang merupakan singkatan dari different ability. Surya Tjandra tidak mendapatkan vaksin polio sejak kecil yang saat itu masih berbayar. Alhasil, dia harus memiliki kelainan dalam struktur kakinya yang mengecil.

Inilah yang menjadi alasan mengapa orang ini mengeluarkan pakaian kemeja putihnya dan tidak dimasukkan ke dalam celana panjang hitam. Akan tetapi, jabatan wakil menteri pun mengharuskan dia menggunakan pakaian atasan putih dan bawahan hitam.

Ini yang membuat banyak orang bertanya-tanya, bahkan sudah sangat banyak yang nyinyir mengejek orang ini tidak sopan. Perlu diketahui, Surya Tjandra S.H., LL.M ini mengidap penyakit polio. Jadi kalau jalan, pasti agak terlihat terpincang-pincang seperti itu.

Namun demikian, Tuhan itu adil. Dia memberikan orang-orang seperti Surya Tjandra prestasi yang mentereng. Mereka tidak perlu fokus kepada bagaimana caranya berjalan, tapi mereka bisa fokus ke hal-hal yang lain, terkait dengan prestasi.

Sebagai anak dari pedagang tukang potong ayam di pasar, dia besar menjadi orang hebat. Betapa bangganya orang tuanya saat ini, tidak pernah terbayangkan anaknya yang mengidap polio itu bisa menjadi wakil menteri.

Sebagai wakil menteri bidang agraria dan pertanahan, saya melihat ada harapan baru. Meski sebagai wakil saja, dia seharusnya bisa menjadi The Archandra of Agraria

Archandra Tahar adalah orang asli Minang yang besar di Amerika, dan kembali ke bumi pertiwi ini, untuk mengabdi sebagai menteri ESDM. Akan tetapi, orang ini dicibir karena dianggap memiliki dwikewarganegaraan.

Akhirnya Jokowi memberhentikan sementara Archandra dan mengangkat Ignatius Jonan sebagai penggantinya. Setelah Archandra menyelesaikan urusan administrasi kenegaraannya dan full menjadi WNI, dia dilantik kembali menjadi wakil menteri.

Konon katanya, dia menjadi otak di balik setiap kebijakan ESDM di Indonesia. Lantas, lihat hasilnya. Freeport direbut kembali, Blok Mahakam diambil balik dan berbagai pencapaian elektrifikasi nyaris 100 persen terjadi.

Inilah yang penulis harapkan terjadi di tubuh kementerian agraria dan BPN. Saya percaya bahwa Surya Tjandra akan menjadi sosok yang mengharumkan ibu pertiwi di Indonesia. Sekarang Surya bukan lagi milik PSI. Surya milik Indonesia.

Selamat bekerja, Pak! Semoga tetap amanah dan Tuhan memberikan kemudahan. Saya percaya, Bapak orang yang dekat dengan Munir, bisa menjadi The next Munir of this era. Saya jadi melihat bahwa kedatangan Surya Tjandra di dalam kursi menteri memberikan harapan bagi orang-orang yang terpinggirkan selama ini.

Semoga setiap konflik-konflik pertanahan, sengketa, dan sebagainya bisa dicarikan solusinya. Ini adalah mimpi kita semua. Pembagian sertifikat tanah harus tetap dijalankan.

Orang ini sebelumnya tidak begitu terlihat mentereng seperti para politisi PSI lainnya macam Grace Natalie, Dini Purwono, Tsamara Amany, Raja Juli Antoni, Mohomad Guntur Romli, Viani Limardi, dan lain-lain.