Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang hampir dapat kita jumpai di setiap sudut tempat, kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai hal umum terutama pada masyarakat Indonesia.
Perlu diketahui, bahwa jumlah perokok di Indonesia menempati posisi ketiga dari jumlah perokok di dunia setelah China dan India. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, jumlah perokok dewasa terjadi peningkatan signifikan sebanyak 8,8 juta orang pada tahun 2021.
Hasil tersebut diperoleh dari survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (GATS – Global Adult Tobacco Survei) yang dilaksanakan pada tahun 2011 dan diulang pada tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan.
Kebiasaan merokok ini biasanya dilakukan oleh laki-laki, namun sekarang ini banyak perempuan yang didapati mengikutinya. Saat ini, tidak asing lagi jika kita menjumpai seorang perempuan merokok.
Dalam lima tahun terakhir, data jumlah perokok perempuan meningkat cukup tinggi. Meningkatnya jumlah perokok tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, berbeda dengan perokok laki-laki yang umumnya karena faktor lingkungan seperti mengikuti atau mencontoh dari orang terdekat.
Sedangkan untuk perempuan bukan hanya karena faktor lingkungan saja, tetapi juga dilatarbelakangi oleh gaya hidup dan sebagai penghilang stres.
Perempuan yang memiliki tekanan stres tinggi dan dari kebanyakan mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menghilangkan stres, sehingga kondisi ini menjadi motif bagi para perempuan tersebut, yang tidak sedikit dari mereka melampiaskan rasa stresnya dengan merokok.
Merokok menjadi salah satu alasan sebagai sarana hiburan bagi mereka. Meskipun tidak membantu secara langsung, tetapi merokok membuat pikiran lebih tenang.
Rasa ini diperoleh dari peningkatan dopamin yang berlebih, yang berperan memperbaiki suasana hati dan menyebabkan seseorang merasa puas saat menghisap rokok.
Fenomena ini tentunya sering kali menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Perempuan merokok kerap dihakimi beberapa stigma, karena masyarakat menilai bahwa perempuan merokok itu tidak pantas, tidak beretika, dan dicap buruk.
Hal ini terjadi karena perempuan merokok itu dianggap tabu oleh masyarakat, opini semacam ini membuat perempuan tersekat. Padahal sejatinya perempuan merokok bukan ingin dianggap sebagai perempuan yang keren.
Namun, sekarang ini banyak perempuan secara terang-terangan menunjukkan dirinya merokok, adanya perasaan bahwa lingkungan sudah lebih bisa menerima menjadi alasan mereka melakukan perilaku merokok tersebut.
Beberapa orang menganggap budaya merokok dapat dilakukan oleh beberapa gender. Meskipun di satu sisi kita juga tahu kalau ada yang tidak suka perempuan merokok, beberapa kelompok menentang kebiasaan perempuan tersebut dan menganggap bahwa rokok tidak sesuai dengan citra perempuan yang sering direalisasikan sebagai sosok lemah lembut.
Menilik gambaran perempuan jika kita melihat dari beberapa sudut pandang, merokok dapat dikatakan sebagai hak asasi dari setiap orang yang melakukan aktivitas tersebut tanpa memandang laki-laki maupun perempuan.
Merokok dapat dilakukan siapa saja asalkan mengetahui batasan, harus diimbangi dengan pemahaman situasi dan kondisi yang tepat pada saat akan merokok agar tidak mengganggu orang lain.
Sehingga isu perempuan merokok bukanlah sesuatu hal yang perlu dipertanyakan dan diperdebatkan lagi. Terlebih telah dijelaskan perempuan merokok merupakan salah satu cara upaya mereka mengalihkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Tetapi apabila dilihat dari sudut pandang kesehatan, hal ini cukup disayangkan.
Tanpa melihat stigma buruk masyarakat, secara umum telah banyak diketahui bahwa rokok memiliki berbagai dampak negatif bagi pemakainya terutama perempuan. Merokok mendatangkan banyak kerugian baik laki-laki maupun perempuan, tetapi ternyata perempuan jauh lebih rentan.
Hal ini dapat dipahami karena fisik perempuan berbeda dengan laki-laki. Pada perempuan, merokok dapat membahayakan paru-paru dan sistem reproduksi. Selain itu, rokok jua dapat meningkatkan risiko kanker serviks dan payudara, menyebabkan gangguan menstruasi, penurunan tingkat kesuburan, kehamilan ektopik, menepouse dini, dan beberapa masalah kesehatan lainnya. Hal ini tentunya sangat menyedihkan apabila banyak perempuan melakukan kebiasaan menghisap rokok.
Lalu bagaimana tanggapanmu mengenai perempuan merokok?
Bagaimana pun, kita tidak bisa langsung menghakimi atau menyalahkan para perempuan merokok tanpa memahami alasan mereka melakukan kebiasaan tersebut.
Namun, kita juga jangan terlalu acuh, kita dapat memberikan pengarahan bagi mereka dan mencarikan jalan keluar agar perempuan yang aktif merokok untuk dapat menghentikan kebiasaan mereka agar.
Banyak alternatif mencari hiburan selain merokok untuk mengalihkan stres seperti melakukan manajemen stres yang baik dan melakukan berbagai aktivitas yang disukai. Hal ini dilakukan untuk dapat menyelamatkan generasi selanjutnya terutama perempuan.
Stigma negatif perempuan merokok ini sebaiknya dihentikan, karena tidak semua perempuan merokok seusai dengan pandangan negatif dari masyarakat. Menghilangkan stigma negatif bukan berarti menormalisasikan kebiasaan tersebut.
Perempuan perokok ini sebaiknya dibantu untuk mempunyai kontrol pada dirinya sendiri agar keluar dan tidak terjebak dalam zat adiktif rokok dalam proses menghibur diri.