Sebuah pertanyaan timbul, apakah hawa nafsu selalu berbarengan dengan cinta? Ataukah cinta itu berlandaskan hawa nafsu? Pertanyaan ini muncul, di mana kebiasaan para kaum remaja—pelajar dan mahasiswa, mereka yang berpacaran; mengaku cinta terhadap pasangannya tapi justru cenderung menuju kehancuran masa depan serta berunjung tragis kepada kematian, baik itu bunuh diri dan dibunuh hanya karena persoalan cinta.
Pertanyaan tersebut, pernulis sampaikan di salah satu Grup Pacebook. Beberapa orang yang memberikan respon ataupun memberikan komentar—ada komentar yang positif, ada juga komentar yang negatif dan bahkan ada juga yang hanya sekedar hura hara/euphoria saja.
Beberapa komentar tersebut menyatakan bahwa, cinta dan hawa nafsu adalah hal yang berbeda, cinta kasih bukan saja hanya untuk pasangan, tapi cinta terhadap orang tua, sahabat, teman, orang lain dan juga segala makhluk hidup.
Ada juga yang memberikan kometar lain, cinta itu keluar dari hati yang paling dalam dan hawa nafsu itu adalah pikiran buruk yang mengoda kita, sehingga mendorong kita berbuat sila. Sila maksudnya dalam arti (Buddha) salah satu dari 3 bagian Noble Eightfold Path, dan ini adalah kode etik yang menunjukkan komitment kepada harmoni dan kesabaran yang mempunyai prinsip motivasi untuk tidak melakukan tindakan kekerasan dari segala kegiatan yang merugikan makhluk Tuhan.
Dari komentar tersebut, penulis menegaskan pertayaan-nya. Apakah cinta itu selalu berbarengan dengan hawa nafsu? Karna kebanyakan orang yang berpacaran yang mengaku cinta terhadap pasangan tapi malah terjebak oleh hawa nafsu, banyak orang berpacaran hamil di luar nikah contohnya atau bahkan tega untuk bunuh diri dan membunuh. Nah bagaimana dengan ini, atau itu bukankah bagian dari cinta tersebut?
Komentarnya pun kembali muncul dengan jawaban; Oh tidak! Kalau nafsu hanya mau enaknya dan tidak mau bertanggung jawab. Kalau cinta itu benar-benar dari dalam hati dan masing-masing menerima apapun kekurangan dari pasangannya. Sehingga bisa langgeng sampai tua. Maka sebelum terjadi perkawinan yang sah, kendalikanlah diri dari godaan hawa nafsu. Sehingga tidak hamil diluar nikah.
Namun orang yang berbeda juga memberikan komentar, disini cinta itu dibagi dua meski tidak melampirkan penjelasan yang konkret, namun cukup membuka serta mengarah ke inti pertayaan yang di atas tersebut. Cinta itu terbagi atas metta dalam arti buddha yaitu cinta kasih universal dan pema cinta terhadap lawan jenis/asmara.
Namun seseorang yang berbeda lagi memberikan komentar dengan memberikan penjelasan atas kedua bagian cinta tersebut. Cinta asmara adalah cinta yang mendasarinya hawa nafsu (kamaraga), cinta ini memiliki ciri-ciri seperti lobha, dosa dan moha, dan juga cinta ini memiliki sifat keduniawian (lokiya)—skala cintanya terbatas bahkan hanya untuk satu orang atau beberapa orang saja. Cinta ini cenderung mudah melanggar kode etik, kesabaran dan menghiraukan motivasi atau nasihat.
Lobha artinya adalah kemelekatan, berarti orang yang memiliki kemelekatan terlalu tinggi terhadap sesuatu. Kemelekatan disini tidak hanya berarti harta benda, tetapi bisa juga kekuasaan, seseorang dan lain sebagainya.
Dosa dalam Agama Buddha artinya adalah kebencian. Salah satu penyebab kejahatan terbesar adalah kebencian, tapi bukan berarti semua kejahatan disebabkan oleh kebencian. Sedangkan Moha artinya adalah kebodohan batin maksudnya orang yang tidak bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang baik. Bisa juga berarti pandangan salah yang berarti seseorang yang menganggap hal yang buruk sebagai sesuatu hal yang baik atau bahkan dianggap kebenaran.
Cinta universal yang mendasarinya adalah cinta kasih (Metta) , atau dalam umat Kristiani adalah kasih. Cinta universal tersebut memiliki ciri-ciri tak terbatas dan besar untuk makhluk hidup, yang memiliki sifat non duniawi. Cinta ini berakar dari alobha, adosa dan amoha dengan mengarah kepada pembebasan.
Dalam umat Kristiani (Kasih) tersebut merupakan inti dari ajaran-Nya dimana setiap orang diajar/dituntut untuk saling mengasihi seperti dirinya sendiri. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia . Dalam Alkitab bisa kita temukan penjelasan lebih rinci mengenai apa itu kasih?
Coba kita baca Alkitab 1 Korintus 13: 4-7, Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Setiap orang yang tinggal dalam kasih, yang menaruh pengharapan dalam kasih, yang mau berbagi dalam kasih serta hidup dalam mengasihi maka menjadi kepastian hukum bahwa kedamaian akan berada ditengah-tengah kehidupannya.
Damai merupakan hasil atau buah dari Kasih artinya; Kedamaian hanya diperoleh apabila umat manusia itu saling mengasihi satu sama lain, Damai yang juga merupakan inti dari anjaran Agama Islam.
Jadi seperti yang sudah dipaparkan diatas, Cinta universal akan berujung pada kedamaian melalui perantaran kasih dan tanpa kasih maka kedamaian itu tidak akan ada.
Baik, coba kita hubungkan kedua bagian cinta tersebut kedalam teori pacaran ala jaman now (Sekarang). Bagian cinta manakah yang cenderung ada pada setiap orang? Jika berkaca dari data yang menyatakan bahwa 80% perempuan yang berstatus pacaran sudah tidak Perawan lagi dan 20% perempuan yang berpacaran, hamil diluar nikah maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa cinta dalam status pacaran tersebut adalah cinta asmara yang berlandaskan hawa nafsu.
Hawa nafsu adalah pintu kehancuran bagi seluruh manusia dan setiap kegiatan ataupun tindakan yang didasari oleh hawa nafsu maka bisa dipastikan akan berujung pada kesengsarahan, camkan itu. Selain itu hawa nafsu tidaklah memiliki rasa kasihan, rasa perduli, rasa prihatiin, etika moral dan tidak bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Ia egois, kejam, serakah, angkuh dan sombong.
Dengan demikian akan nampak sebuah kewajaran apabila orang yang pacaran sering berbohong, selingkuh, dan sering gontah-ganti pasangan serta berujung kepada kematian; baik itu bunuh diri, membunuh, prustasi, gila dan lain sebagainya.
Tentu kita bertanya, bagaimana kita mengenali bahwa cinta sama pasangan kita itu adalah cinta asmara bukan cinta universal atau dalam istilah penulis cinta sejati.
Seperti yang dijelaskan seseorang melalui komentarnya; Cara membedakanya adalah jika kita merasakan bahwa cinta yang kita berikan ataupun sebaliknya bergelora dengan liar dalam batin kita sendiri, menimbulkan egoisme, membuat menderita karena ingin selalu bertemu, maka cinta tersebut adalah cinta asmara yang penuh dengan hawa nafsu indria.
Hingga pada akhirnya dari seluruh penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa cinta itu terbagi dua;
1. Cinta asmara yang berujung kepada Malapetaka (kesengsarahan, penderitan, maut/kematian).
2. Cinta universal atau dalam istilah penulis cinta sejati yaitu berujung kepada kedamaian (kebahagiaan, kesejahterahan dan keadilan).
Jadi saran penulis apabila tujuan anda berpacaran untuk memperoleh kehancuran maka jangan coba-coba menerapkan cinta universal karna tidak akan bisa tercapai. Jalan yang tebaik adalah terapkanlah serta lanjutkan cinta asmara tersebut.
Apabila tujuan anda pacaran untuk memperoleh kedamaian. Maka jangan coba-coba untuk berpacaran apabila belum mampu menguasai diri-sendiri, belum bisa lepas dari zona nyaman sendiri, serta belum cukup pengetahuan dan masih dalam tahap proses perjalanan dalam meraih kesuksesan masa depan.
Karna pernulis sendiri tidak nyakin bahwa anda akan mampu memiliki cinta universal dan berhasil mengapai cinta-cita anda apabila sudah masuk dalam lingkup pacaran.
sumber;