Permulaan

Sewaktu kecil, saya sangat suka menghabiskan waktu untuk bermain. Mencari kesenangan seakan menjadi kewajiban yang tak terhindarkan. Tidak jarang juga kesenangan yang dicari ternyata memiliki batasan. Lewat batasan, berarti memperoleh hukuman dari orang tua. Siklus demikian terjadi kurang-lebih pada umur 8 sampai 14 tahun. 

Masa kecil merupakan masa yang paling menyenangkan. Saat itu selain menghabiskan waktu bermain bersama teman, saya juga menghabiskan waktu untuk menonton tayangan televisi. 

Film Kartun tepatnya. Salah satu dari tayangan favorit saya kala itu adalah Spongebob Squarepants. Sosok spons kuning dengan ciri khas tertawanya cukup membuat saya terpikat di waktu kecil. Tayangan tersebut murni hanyalah hiburan untuk anak seusia saya waktu itu. Tidak lebih atau kurang. 

Sosok spons kuning dan kotak itu mampu membuat masa kecil saya bahagia. Film kartun Spongebob Squarepants menjadi berubah dari tontonan yang menyenangkan menjadi tontonan yang penting untuk dikaji apalagi ketika saya menyadari bahwa pembuat dari kartun ini merupakan ahli biologi laut.

Bagaimana mungkin Seorang ahli biologi mampu membuat film kartun yang menjamur pada anak-anak bahkan orang dewasa. Saking spektakulernya Stephen Hillenburg-sang pembuat-pernah mengajukan pemutusan kontrak terhadap Nickelodeon pada musim ketiga, namun ditolak oleh produser karena animo penonton cukup banyak.

Informasi kecil tersebut membuat saya mencoba melihat seberapa hebatnya pembuatan kartun Spongebob Squarepants sampai membuat pihak Nickelodeon mempertahankan tayangan tersebut. 

Walaupun masih terdapat polemik terhadap beberapa adegan, bahkan mendapat kecaman keras tentang kartun yang tidak mendidik anak, satu yang tak terbantahkan adalah Spongebob Squarepants tetap eksis sampai sekarang.

Saya pun mencoba untuk mencari beberapa informasi untuk menemukan makna kuat dari serial kartun tersebut. Saya pun menjatuhkan pilihan pada serial yang berjudul Squidville. Seri ini seakan menghadirkan cermin “yang lain” untuk para penontonnya.

Sosok Dibalik Spongebob Squarepants

Film kartun Spongebob Squarepants mulanya berasal dari komik untuk kepentingan kuliah tentang biologi kelautan. Stephen McDannell Hillenburg yang merupakan kreator Spongebob mengatakan bahwa film kartun ini sebelum diproduksi masih berupa komik untuk pembelajaran di Orange Country Marine Institute, California pada tahun 1987.

 Komik yang berjudul Intertidal Zone (Pasang Surut), menghadirkan kehidupan dibawah laut dan menambah unsur antropomorfik yang mana setiap hewan bawah laut mampu berinteraksi layaknya manusia biasa.

Setelah melalui periode mengajar di kampus, Stephen memilih untuk menjadi kreator animasi dengan belajar di CalArts (Los Angeles, County Museum of Art) dan mendapat tawaran dari Joe Murray sebagai pemilik serial televisi Amerika Serikat bernama Rocko’s Modern Life. 

Penayangan perdana kartun Spongebob Squarepants terjadi pada 1 Mei 1999 yang disiarkan melalui Nickelodeon. Kartun yang berlatar kepulauan Hawaii, mendapat tanggapan besar dari para penonton.

Sebagai seorang sarjana Ilmu Biologi bawah laut, Stephen Hillenburg menampilkan khasanah universe Spongebob Squarepants dengan begitu detail. Isu tentang pencemaran lingkungan hidup, ekonomi, politik, hubungan antar manusia dan makhluk hidup lainnya, bahkan tentang dampak tragedi bom atom menjadi pembahasan keseluruhan kartun tersebut. Tayangan untuk hiburan anak ternyata menyembunyikan problematik dalam kehidupan manusia. 

Kompleksnya kehidupan ditampilkan dengan melalui kartun sebagai hiburan. Singkatnya melalui karakter hewan bawah laut, Stephen selain memberikan informasi tentang ilmu yang diemban, ia juga menghadirkan masalah relevan kehidupan manusia. 

Dunia industri hiburan telah membawa nama Stephen McDannell Hillenburg melalui ikonik Spongebob Squarepants ke dunia. Kurang lebih terdapat 200 episode yang telah berkembang dari tangan sang Kreator. 

Pencapaian tertinggi kartun Spongebob Squarepants terjadi pada tahun 2004 dan pada saat yang sama, Stephen mengumumkan untuk mengakhiri kartun Spongebob Squarepants dan mengundurkan diri dari pembuatan kartun anak.

Meski ia mengundurkan diri dari pembuatan Spongebob, Stephen tetap bekerja sebagai produser eksekutif. Hingga pada akhirnya di tanggal 28 November 2018, sebelum peluncuran serial kelima dari Spongebob, Stephen Hillenburg menutup usianya karena ALM (Amyotrophic Lateral Sclerosis).

Membangun Karakter di Squidville

Squidville adalah episode Spongebob Squarepants pada musim ketiga. Cerita pada kartun ini berpusat pada karakter Squidward sang gurita. Sebagai salah satu karakter protagonis di Bikini Bottom, ia merupakan salah satu hewan yang suka untuk hidup tenang. 

Lebih tepatnya tenang terhadap gangguan dari Spongebob dan Patrick sang bintang laut bahkan ingin tenang dari keseluruhan kesibukannya dalam bekerja di Krusty Krab. Karakter protagonis Squidward Tentacles dapat dilihat dari sikap egois, pemarah dan selalu gagal dalam kesenian membawanya kepada cerita-cerita eksistensialis. 

Episode ini dimulai paket yang diterima Spongebob dan Patrick berupa Peniup Karang (Reef Blower). Mereka menggunakan alat tersebut bukan berdasarkan fungsinya, yakni membersihkan halaman. Alat pembersih itu digunakan sebagai permainan kejar-kejaran (kekonyolan yang khas biasa untuk karakter Spongebob dan Patrick). 

Mulanya membersihkan rumah Nanas Spongebob, kemudian rumah Squidward. Kemarahan Squidward bukan tanpa sebab, karena Patrick dan Spongebob menggunakan Peniup Karang dengan menghilangkan mata (Jendela), Hidung (Aksesoris rumah) dan pintu dari rumah Squidward. 

Akibat aktivitas bersih-bersih, Squidward terjebak di rumah dan memilih untuk keluar dengan membuat lubang pada lantai. Squidward berkata “Kembalikan rumahku!”

Spongebob dan Patrick pun mengembalikan bagian dari rumah Squidward, namun yang terjadi adalah rumah Squidward hancur akibat benturan dari bagian-bagian rumahnya yang telah disedot. Akibat dari kerusakan tersebut, Squidward berkata; “Spongebob, ini untuk yang terakhir kali. Aku akan pindah jauh, sehingga aku bisa memanjakan diriku. Aku lebih suka merobek otakku, membawanya ke tengah-tengah perempatan terdekat dan bermain lompat tali dengannya, daripada harus tinggal di tempatku sekarang ini.”

Berhadapan dengan kenyataan tetangga yang selalu membuatnya kesal, menjadi alasan utama untuk pindah. Pada titik ini, Squidward mendapat berita tentang perumahan impian yakni Tentacle Acres

Tempat bagi para Tentacles hidup berdampingan dengan mengeksklusifkan diri dari peradaban luar. Squidville telah menjadi cermin “Yang Lain” untuk Squidward. 

Apa itu Kebahagiaan?

Pencarian akan kebahagiaan tidak pernah berhenti. Lantas bagaimana manusia mendefenisikan kebahagiaan itu, bila menjadi pencarian yang tidak berakhir. Beragam jawaban dapat diberikan untuk pertanyaan tersebut. 

Meski demikian apakah pertanyaan akan kebahagiaan dapat berakhir bila mampu dijawab secara komprehensif dan sistematis. Sedikit banyak, kebahagiaan sesungguhnya merupakan proses pencarian yang tidak kunjung henti. 

Bahagia adalah jalan yang tidak berujung. Para Stoik atau Stoikisme mengutarakan gagasan tentang kebahagiaan manusia. Kaum pemikir Yunani ini berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan sesuatu yang perlu dikendalikan.

Perasaan buruk atau senang sesungguhnya perasaan yang berada dalam luar diri manusia. Kebahagiaan yang hadir di luar diri merupakan tambahan yang memberikan dampak sementara bahkan tidak mungkin untuk dikendalikan. 

Oleh karena itu, Manusia dapat dikatakan bahagia bila ia mampu mengendalikan dirinya terhadap faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Jadi, manusia dapat berada dalam kebahagiaan bila ia mampu mengendalikan isi perasaannya. Aristoteles sebagai pemikir Yunani juga mengemukakan ide tentang kebahagiaan. 

Konsep terkenal dari Aristoteles adalah Eudaimonia atau pencarian kehidupan adalah kebahagiaan. Pada prinsipnya Aristoteles menyatakan bahwa kebahagiaan adalah akhir dari pencarian kehidupan manusia. 

Melalui pencarian tersebut manusia perlu mematuhi peraturan yang hadir dan disepakati secara bersama. Secara singkat pemikiran Aristoteles ingin menunjukan bahwa jalan untuk mencapai kebahagiaan adalah ketika manusia berhasil memilih format yang cocok dengan dirinya.

Pencarian arti kebahagiaan, sesungguhnya membawa manusia pada dilemma yang terus berjalan dalam kehidupan. Pencapaian kebahagiaan selain mengandung dampak positif, kebahagiaan juga dapat diartikan sebagai jalan singkat akan penderitaan. Reza A. Wattimena menunjukan bahwa sesuatu yang berakhir adalah penderitaan. Maka bila kebahagiaan diartikan sebagai jalan yang singkat, menjadi jelas itu bukan kebahagiaan melainkan penderitaan. 

Deretan pemahaman tentang kebahagiaan sesungguhnya menjadi tema penting dalam serial Squidville. Pada kartun Spongebob tersebut, ditunjukan bahwa Squidward ingin pergi ketempat yang membuatnya tenang dan jalan keluarnya adalah perumahan tentacle (Tentacle Acres). Kehidupan para tentacle yang damai serta kegiatan impian. Namun apakah itulah kebahagiaan yang sebenarnya?

Protagonis yang Bahagia

Squidward adalah karakter protagonis yang egois. Impian untuk bahagia baginya adalah hidup tenang. Bebas dari gangguan tetangga dan dunia kerja menjadi mimpi terbesar karakter protagonis ini. Kenyataan itu sepertinya berbalik ketika Squidward telah menemukan mimpinya. 

Pada serial Squidville, Squidward begitu menikmati buah dari mimpinya tersebut. Hingga akhirnya kebahagiaan itu menjadi kesepian terbesar yang dibangunya sendiri. Kesepian ditunjukan ketika Squidward bosan dengan rutinitas idamannya. Karakter protagonis yang ingin bahagia telah terjerumus pada lubang kesepian yang dalam. Saat dimana Squidward harus kembali mengingat masa lalunya yang dipenuhi dengan amarah ternyata adalah bagian dari proses untuk menuju bahagia. 

Squidward teringat dengan kebahagiaan yang dibuat Spongebob dan Patrick dengan peniup karang (Reef Blower). Karena kesepian ia pun memainkan alat itu sebagai pemicu kesenangan. Dampak dari pencarian kebahagiaan, seluruh masyarakat yang tinggal di Squidville membencinya. 

Seluruh masyarakat menghakiminya dan squidward mengatakan “Kota ini adalah keluhan. Seharusnya ada hukum untuk orang kikir yang tinggal di satu tempat. Kota ini harus dihancurkan!” Kalimat yang diutarakan Squidward merupakan teguran atas perumahan yang telah menjadi kediamannya. 

Sesuatu yang didambakan damai, indah bahkan surga telah menjadi penjara bagi Squidward. Kemudian penutup serial Squidville ditutup dengan kebahagiaan Squidward yang pergi meninggalkan perumahan tersebut. 

Karakter protagonis telah menemukan kebahagiaan ketika ia mampu terbebas dari karakter yang dihidupkan. Kepergian Squidward menggunakan peniup karang menjadi tanda bahwa kebahagiaan itu sesungguhnya berproses lewat cara manusia memikirkan dan memutuskan untuk mengambil suatu tindakan. Protagonis pun terbebas dari dirinya sendiri.

Cermin “Yang Lain”

Serial Squidville berpuncak pada kehidupan Squidward di Tentacle Acres. Aktivitas idaman seperti bermain musik, olah raga, bersepeda dan berbelanja telah menjadi keseharian baru bagi Squidward. 

Namun kebahagiaan itu perlahan menjadi usai. Kebahagiaan itu ternyata yang berujung pada penderitaan. Sebagaimana telah diidamkan oleh Squidward, kehidupan barunya membawanya pada rasa bosan. Inilah bagian eksistensi terdalam dari manusia.

Manusia dalam pencarian akan kebahagiaan telah membawanya pada pengalaman bosan bahkan depresi. Sesuatu yang berlawanan sepertinya menjadi jalan yang perlu dilalui dalam kehidupan setiap manusia. Seperti halnya Squidward dalam serial Squidville, ia seakan berada dalam siklus lingkaran terhadap dirinya sendiri. siklus lingkaran yang tidak berujung untuk menemukan kebahagiaan.

Seperti hal yang cermin, pembuat kartun Spongebob telah menunjukan bagaimana Squidward sedang melawan dirinya sendiri. Cermin “Yang Lain” telah menunjukan siapakah manusia dihadapan dirinya sendiri. Karakter protagonis yang melekat dalam diri Squidward dalam serial tersebut sepertinya dipertemukan dengan perkumpulan jenis sepertinya. 

Jenis yang mendambakan ketenangan dan kedamaian tetapi sebenarnya selalu merasakan sakit. Hal ini disebabkan oleh kekerdilan pemahaman tentang bahagia.

Sebagai jalan keluar sesungguhnya kita disadarkan oleh karakter Spongebob Squarepants. Meski memiliki karakter usil dan jahil, para penonton disajikan tentang kebahagiaan yang ditunjukan lewat cara hidup Spongebob. 

Ia lebih terbuka terhadap dunia di luar dirinya dan secara sadar memilih untuk bahagia terhadap apa yang datang dari luar. Pada tahap ini sesungguhnya kebahagiaan yang saya dambakan tentang masa kecil yang menyenangkan juga menjadi cermin “Yang Lain” tentang pencarian tanpa akhir.

Penutup

Menonton film kartun telah menjadi pengalaman yang berharga di waktu kecil. Gambar bergerak, karakter bahkan backsound musik sesungguhnya menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh anak-anak.  Kehadiran kartun telah membuat hidup dimasa kecil begitu bahagia. Setelah melewati masa kanak-kanak, persoalan yang sesungguhnya telah menanti. Kerinduan untuk bahagia pada masa kecil pun menjadi idaman berharga setiap orang. Rasanya ingin kembali ke masa lalu.

Spongebob Squarepants adalah film kartun yang berharga di waktu kecil. Film kartun yang membuat para penikmat dewasa ingin kembali kepada masa kecil. Namun Squidville, Kebahagiaan dan Cermin “Yang Lain” adalah tanda bahwa waktu yang berlalu tidak dapat diulang. 

Kesadaran akan dialog, tanda dan pengalaman manusia yang dihadirkan lewat serial Squidville sesungguhnya menyimpan beragam makna bagi penontonnya. Kebahagiaan singkat waktu kecil, menjadi hal yang perlu ditinggalkan.

Sebab kebahagiaan yang sesungguhnya adalah kesadaran akan proses tanpa henti dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup ini.

        

Referensi

https://p2k.unkris.ac.id/id3/2-3065-2962/Stephen-Hillenburg_39487_unusa_p2k-unkris.html

https://tirto.id/m/stephen-mcdannell-hillenburg-bUg

https://spongebob.fandom.com/id/wiki/Squidville

Wattimena, Reza A., Bahagia, Kenapa Tidak?., Maharsa: Yogyakarta, 2015.