Dari masa ke masa, kejahatan lintas Negara (transnational crime) terus mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Organisasi-organisasi yang mengedepankan aspek keagamaan tanpa memperhatikan norma ketuhanan dan kemanusiaan, telah menempatkan terorisme sebagai ancaman nyata terhadap keamanan global, tidak terkecuali kawasan Asia Tenggara.
Fenomena terorisme dan aktivitas kejahatan transnasional lainnya kerap kali diidentikkan dengan radikalisme dan absolutisme beragama.
Namun, nampaknya kebertuhanan terlalu sederhana untuk melatari tindak kekerasan besar seperti peledakan bom bunuh diri dan pembunuhan massal.
Kondisi geografi Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang penjagaan batas wilayah antar Negara belum terbilang ketat serta banyaknya lokasi yang jauh dari pusat pemerintahan, sehingga Negara Indonesia menjadi rawan untuk dimasuki organisasi-organisasi tak berperikemanusiaan.
Terlebih lagi pertumbuhan yang relatif baik untuk Kawasan Asia Pasifik dibanding Negara-negara Afrika atau Amerika Latin, menjadi sasaran empuk bagi pelaku aksi-aksi terorisme.
Demikian juga dengan perbedaan kebijakan dan penerapan hukum dalam penanganan masalah terorisme di Asia Pasifik sering dimanfaatkan oleh pelaku terorisme untuk mengembangkan jaringan dan menargetkan Negara yang menerapkan hukuman yang masih tergolong ringan.
Di sisi lain dengan belum selarasnya hubungan politik Negara-negara Asia Pasifik menyebabkan kawasan ini tetap rawan terhadap aksi ini.
Tak hanya korban nyawa, lewat aksi teror lahir pula korban-korban ketakutan. Manusia dengan ketakutan akan lebih mudah curiga, bahkan saling membenci. Dan tepat ketika ketakutan dan kebencian merebak, kemanusiaan menjadi korban.
Untuk menanggapi kasus tersebut, negara-negara di Asia Tenggara melalui kerja sama Our Eyes, di mana setiap negara saling bertukar informasi mengenai adanya tindak terorisme.
Mata Bersama (Our Eyes) disebut sebagai sebuah program kerjasama antara Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand dan beberapa negara lainnya dalam ASEAN yang melibatkan unsur kerja sama pertahanan, penegak hukum dan jaringan intelijen bersama dalam menghadapi ancaman terorisme.
Melalui sinergitas dan koordinasi diharapkan negara-negara ASEAN dapat lebih cepat, tepat, dan terkini dalam menanggulangi ancaman terorisme.
Prinsip-prinsip dan prosedur yang menjadi landasan bagaimana negara- negara anggota ASEAN akan bekerja sama menangani persoalan terorisme, telah dibahas sejak pertemuan pertama kerjasama Our Eyes di Bali.
Kerjasama Our Eyes memiliki karakter yang kurang lebih sama dengan konsep 5 Eyes yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya dalam menghadapi terorisme.
Konsep Our Eyes dapat diimplementasikan, baik dalam bentuk mesin digital maupun persebaran agen, intelijen, serta militer di kawasan kerjasama asosiasi ASEAN.
Our Eyes akan disebar mulai dari wilayah titik pertumbuhan, kawasan metropolitan, ibukota, sampai di wilayah perbatasan.
Latar belakang tindak membunuh kemanusiaan itu sangat kompleks, menyangkut dinamika sosial-budaya di muka bumi. Jalan terdekat yang dapat ditempuh menuju pembenaran pikir adalah melalui pendidikan tentang pluralitas.
Dalam kajian buku "The Future of Power" karangan John Nye, ujar menhan RI, didapatkan hasil bahwa aspek penanganan fisik bersenjata terhadap aksi terorisme hanya berkontribusi 1% dalam penanganan akar masalah terorisme.
Sementara 99% penyelesaian radikalisme ini sangat ditentukan oleh upaya seluruh rakyat dalam hal ini di Indonesia melalui penanaman nilai-nilai kesadaran bela Negara.
Dalam hal ini, pendidik dan peserta didik memiliki tempat khusus dalam menyelamatkan kemanusiaan dan menciptakan solidaritas di antara manusia melalui nilai kesadaran bela negara yang diajarkan melalui ilmu murni.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2))
Pendidik diharapkan mampu memilih cara yang tepat dalam menyampaikan materi kebhinekaan, sehingga peserta didik mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai nanti, hingga esok hari.
Pendidik harus mampu menciptakan peserta didik yang memiliki pikiran kritis. Sebab, segala hal yang dilakukan akan dipikir secara matang dan melalui berbagai pertimbangan dari berbagai sudut pandang.
Kebiasaan berpikir kritis akan menghindarkan peserta didik dari hal-hal buruk termasuk terorisme dan absolutisme beragama.
Tentang ilmu pengetahuan, umumnya disetujui bahwa sains itu menyangkut baik isi pengetahuan maupun proses mencapai pengetahuan.
Harus diakui, kemajuan yang luar biasa dalam ilmu murni telah menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi unsur utama dalam kehidupan. Memperbaiki segala aspek kehidupan diantaranya adalah bidang militer yang semakin baik dan pengobatan modern yang semakin mudah.
Tujuan utama setiap pengembanganan ilmu pengetahuan bukan semata-mata demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Melainkan harus mengandung unsur utilitas, terutama manfaat bagi komunitas.
Keterlibatan peserta didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan sangat berpengaruh terhadap tanggung jawab moral yang dimiliki.
Penelitian murni yang dilakukan hari ini mungkin akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mulai minggu depan, bulan depan, atau bahkan sesegera mungkin.
Pengetahuan yang dihasilkan sains selalu dapat digunakan untuk mengatasi berbagai persoalan kemanusiaan. Watak sains yang selalu menjadi urusan universal tidak pernah bisa dipisahkan dari tanggung jawab sosial memajukan kehidupan yang lebih baik.
Pendidik mempresentasikan hal itu sebagai kumpulan dari fakta statis yang seolah terisolir dari fakta lainnya. Padahal sebenarnya sains juga menyangkut proses penemuan yang memungkinkan kita menghubungkan fakta-fakta terisolir mengenai alam semesta agar bisa dipahami manusia.
Dewasa ini, pendidik dengan pantas dipromosikan sebagai bagian dari menanamkan kesadaran moral ke dalam diri pelajar yang nantinya akan segera memasuki kehidupan nyata. Dengan memberikan informasi mengenai keterkaitan ilmu sains dengan dinamika kehidupan.
Untuk mewujudkan peserta didik yang hebat, pendidik juga harus cerdas dalam menyampaikan materi. Supaya peserta didik mampu menyerap apa yang diajarkan serta mampu mengaplikasikannya.
Seorang pendidik harus bisa mendidik siswa-siswinya dari segi akhlak dan tingkah laku, karena hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik; dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang baik menjadi baik.
Diantaranya, mengubah pola pikir bahwa pendidik tidak hanya mendidik tetapi juga harus bisa membimbing peserta didik untuk belajar selalu lebih baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Pendidik harus mampu mempelajari tingkah laku peserta didik dan mempedulikan setiap tingkah laku peserta didik di kelas. Sehingga, siswa yang kecenderungan tingkah lakunya kurang baik, bisa kita dekati dan perbaiki.
Peserta didik hanya bisa berkonsentrasi dalam memperhatikan materi yang disampaikan 20-30 menit, jadi ubahlah strategi mengajar selesai setelah 20-30 menit.
Jangan monoton dengan hanya berceramah secara lisan, karena hal itu akan menyebabkan peserta didik jenuh atau bosan, sehingga konsentrasi pun akan berantakan.
Pendidik membuat kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan seluruh potensi peserta didik. Mulai dari visual atau melihat, auditori mendengar, dan kinestetik
Melalui penanaman nilai-nilai bela negara yang diaplikasikan melalui ilmu murni mata pelajaran di sekolah dan perbaikan sikap yang dilaksanakan melalui cara yang cerdas. Dapat dipastikan Negara Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Peserta didik dengan kritis akan dapat menguraikan berbagai persoalan kehidupan termasuk di dalamnya masalah terorisme. Memberikan solusi-solusi cerdas dari berbagai bidang yang dijalankan sesuai dengan segala sudut pandang.
Menomorsatukan sikap bela negara karena telah memiliki wawasan kebhinekaan dan memahami kemajemukan bangsa.
Semata-mata persoalan beragama merupakan hak pribadi setiap insan manusia yang dijalankan sesuai kepercayaan masing-masing.
Sehingga secara bersama-sama peserta didik akan menolak dan sekaligus memberantas terorisme dengan cara modern yang cerdas.