Di dalam Islam sikap melampaui batas sangat dilarang baik dalam hal aqidah maupun ibadah.. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya): " Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar" (QS An Nisa' : 171).
Sikap melampaui dalam ayat tersebut yang dilakukan oleh ahli kitab sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibn Katsir rahimahullah mengenai tafsir ayat ini:
" Sikap ini ( yaitu melampaui batas dalam agama ) banyak dilakukan kaum Nasrani. Mereka melampaui batas dalam mengimani Isa alaihissalam, hingga mengangkatnya di atas kedudukan yang diberikan Allah Ta'ala. . Mereka pun menjadikan Isa alaihissalam dari posisi Nabi menjadi Tuhan selain Allah, dan menyembahnya sebagaimana mereka menyembah Allah".
Oleh karena itu Allah Ta'ala pun berfirman (yang berfirman), " Sungguh, telah kafir orang yang berkata," Sesungguhnya Allah itu dialah Al Masih putra Maryam." ( QS Al Maidah :17 ).
Itulah salah satu contoh sikap melampaui batas dalam hal aqidah atau keyakinan yang tidak diperbolehkan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini apabila berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif, maka dari itu harus hati hati dalam berbuat.
Sikap melampaui batas juga bisa terjadi dalam hal ibadah, dan dapat terjadi dalam dua kondisi:
1. Mengerjakan ibadah yang memang disyariatkan, namun dalam pelaksanaannya melampaui batas. Misalnya melaksanakan salat lail semalam suntuk sehingga ketiduran dan tidak melaksanakan salat subuh. Berlebih-lebihan dalam segala perbuatan mubah sehingga mengalahkan yang sunnah dan yang wajib , dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas Ibn Malik radhiyallahu 'anhu tentang tiga orang yang datang ke rumah istri istri Nabi dan bertanya tentang ibadahnya Nabi shalallahu alaihi wassallam.
Setelah mereka diberitahu , mereka pun bertanya, " Padahal Nabi telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang , maka bagaimana lagi dengan kita ?" Hingga orang pertama pun bertekad untuk shalat malam tanpa tidur selamanya, orang kedua bertekad berpuasa terus tanpa berbuka selamanya, dan orang ketiga bertekad tidak akan menikah selamanya.
Maka Nabi shalallahu alaihi wasallam pun datang kepada mereka dan justru melarang perbuatan tersebut.
Beliau bersabda," adapun aku demi Allah adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertaqwa kepada Allah di antara kalian. Namun aku berpuasa dan aku berbuka, aku sholat dan aku tidur , dan aku pun menikahi wanita. Maka barangsiapa membenci sunnahku dia bukanlah termasuk golonganku" (HR Bukhari).
2. Mengerjakan ibadah yang tidak ada asalnya dalam syariat, dengan keyakinan bahwa perbuatan tersebut justru mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah mendapat kabar tentang seseorang yang bernazar akan terus berdiri dan tidak duduk, tidak berteduh, tidak bicara, dan terus berpuasa.
Beliau bersabda," Suruh ia berbicara, berteduhlah, duduklah, dan sempurnakan puasanya ( yaitu berbukalah )" (HR Bukhari).
Demikian pula Islam melarang dengan tegas jalan hidup Rahib atau pendeta yang memutus segala kenikmatan dunia demi beribadah kepada Allah Ta'ala. Disinilah posisi Islam yang tegas dalam mengajarkan melarang sikap melampaui batas walaupun dalam rangka beribadah kepada Allah Ta'ala.
Perbuatan melampaui batas atau berlebihan ini tidak hanya terhadap nikmat-nikmat Allah semata, dalam hal beribadah pun Allah sangat membencinya. Perbuatan melampaui batas (berlebihan) dalam agama akan terputus.
Maksudnya melarang seseorang melampaui batas dalam ibadah sunah sehingga menimbulkan kebosanan yang berakibat meninggalkan ibadah yang lebih utama atau meninggalkan ibadah yang disyariatkan, bukan berarti melarang seseorang mencari kesempurnaan dalam beribadah karena termasuk hal-hal yang terpuji.
Seperti orang yang mengerjakan salat tahajjud semalam suntuk sehingga di akhir malam ia mengantuk dan tertidur sampai meninggalkan salat subuh.
Melampaui batas akan mengakibatkan amal ibadah seseorang menjadi terhenti karena manusia mempunyai sifat cepat bosan dan juga terbatas kemampuannya. Kadang-kadang ia akan meninggalkan sama sekali sedikit ataupun banyak yang mestinya ia lakukan.
Karena itu, menurut Imam Hasan Basri, hendaknya seseorang selalu bersabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan menurut Imam Asy-Syatibi, bahaya sikap Israf bekasnya dapat menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang dituntut oleh agama.
Di antara dampak sikap melampaui batas (berlebihan) adalah sebagai berikut:
1. Mengakibatkan terhentinya melakukan amal ibadah dan tidak sabar, karena manusia memmiliki tabiat cepat bosan dan memiliki kemampuan yang terbatas.
2. Manusia biasanya akan sabar mengerjakan pekerjaan yang berat dan sulit dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan, lebih dari itu akan manusia akan bosan.
3. Sikap "berlebihan" terkadang akan berubah menjadi sebuah "keteledoran", suatu hal yang sebelumnya bersifat ketat, berubah menjadi kebebasan. Pada akhirnya dia akan meninggalkan sedikit atau banyak dari apa yang seharusnya dilakukan.
4. Dibenci oleh Allah Ta'ala.
5. Menjadi sahabat setan.
6. Menjadi orang yang akan tercela dan menyesal.
7. Akan Allah binasakan.
8. Menjadi orang yang tersesat.
Wallahu a'lam bishawab