Kabar terkini mengenai Pilgubsu semakin bergerak tak bertuan, tidak begitu saja berhenti di perbincangan meja kantoran, rumah-rumah, pasar dan kedai-kedai kopi. Sebab, pada era media sosial, semua hal menerjal menembus batas-batas ruang. Terekam dalam beranda jejak digital. 

Lebih lagi, jika dibiarkan begitu saja sangat berbahaya. Dampaknya  bisa mengarah ke hal-hal yang sifatnya negatif. Terlambat sedikit saja dalam mengklarifikasi, bisa pula berdampak ke opini publik yang sesat. Lalu menyebabkan kerancuan berpikir penerima informasi. 

Bagi orang-orang yang paham situasi seperti ini, tentu saja memberi jawaban atas semua pertanyaan sesegera mungkin harus segera dilakukan.

Sihar Sitorus, calon wakil gubernur Sumatera Utara akhirnya menjawab pertanyaan perihal ijazah yang riuh diperbincangkan banyak orang beberapa waktu belakangan ini. lebih lanjut, ia diserang secara pribadi oleh oknum yang ingin menjegalnya maju di pertarungan Pilgubsu tahun ini.

Pada sebuah rekaman wawancara dengan beberapa wartawan, Sihar Sitorus hanya tersenyum, tanpa emosi. Menjawab santai semua pertanyaan yang mengarah padanya terkait ijazahnya. Pada bacaan saya, melihat video tersebut, dirinya mungkin hanya memaklumi kekeliruan berpikir para penyerangnya.

Bahkan secara jelas, menurut pengakuan Sihar Sitorus, Ia mau menjawab perihal ijazahnya karena dibisikkan oleh relawan. Tujuannya agar tidak menjelma hoax yang berkembang di masyarakat. Artinya sejak isu itu digulirkan, Sihar Sitorus tidak merasa pusing karena dirinya sudah taat, patuh dan benar pula secara administrasi.

Bayangkan saja, dokumen yang diserahkan Sihar Sitorus ke KPU Sumut beberapa waktu lalu, bukan sekadar tumpukan kertas-kertas biasa. Pada berkas-berkas itu tertitip harapan jutaan masyarakat terhadap pasangan Djarot-Sihar untuk Sumut yang lebih baik, Sumut bersih dan Sumut yang hebat. Semua urusan mudah dan transparan.

Pada bacaan saya pula, di sinilah sebenarnya poin paling penting mengapa Sihar Sitorus perlu meluruskan informasi liar mengenai ijazahnya. Sebenarnya bukan untuk melawan arus informasi publik. Tapi Sihar Sitorus bereaksi atas dasar tanggung jawab pada pendukung Djarot-Sihar yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah layaknya gumpalan bola salju.



Betapa tidak, jika memakai logika administrasi dan logika verifikasi faktual yang dilaksanakan oleh KPU, permasalahan ini sudah lama selesai. Namun, ada beberapa hal yang perlu diluruskan Sihar Sitorus agar tidak kabur.

Pertama, Proses pendaftaran di KPU Sumut dilaksanakan tanggal 8-10 Januari 2018. Djarot Sihar memasukkan berkas tanggal 10 Januari 2018. Ada 19 item di situ yang harus dilengkapi, pasca tanggal itu jika ada berkas yang tidak lengkap bisa dipenuhi secara administrasi di tanggal 20 januari 2018. Surat keterangan pengganti ijazah saya dikeluarkan SMA Pangudi Luhur jakarta tanggal 15 januari 2018. Itu artinya 5 hari sebelum batas akhir kelengkapan berkas administrasi Ijazah Sihar Sitorus telah clear.

Kedua, Pasangan Djarot-Sihar adalah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara yang berdaulat dan tidak terpengaruh calon manapun karena  diusung oleh PDI perjuangan dan PPP. Artinya dirinya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam polemik ini. Apalagi melihat angka Golput di Sumut selama ini yang tinggi. Jumlahnya mencapai 52% pula. 

Melihat cara Sihar Sitorus menjelaskan polemik ini sangat elegan. Lebih lanjut setidaknya Sihar Sitorus telah memberi kita pendidikan politik agar mengetahui tata cara pencalonan kepala daerah secara praktis dan taat pada administrasi.

Ketiga, Tidak hanya taat secara administrasi. Selepas menyelesaikan pendidikannya di SMA Pangudi Luhur lalu melanjutkan pendidikan S1 di Amerika Serikat, S2 di Amerika Serikat dan S3 di Inggris. 

Ternyata Sihar Sitorus tidak pernah memutus silaturahmi dengan teman-teman sekelasnya. Sebab, pada acara reuni dengan teman-teman sekolahnya dirinya sangat akrab dan tanpa jarak dengan sahabat-sahabat mudanya. Bahkan fakta terbaru menyebutkan Sihar Sitorus dan Sandiaga Uno, wakil gubernur DKI Jakarta adalah teman satu sekolah.



Keempat, pelajaran dari isu ijazah yang menyerangnya, Sihar Sitorus tidak panik. Sihar Sitorus terlihat siap menghadapi Pilgub tahun ini. Sebab, dibutuhkan ketenangan, kematangan berfikir dan kebijaksanaan seorang pemimpin dalam menghadapi isu yang berkembang di masyarakat.

Menutup tulisan ini, sebenarnya pada polemik ijazah yang menyerang Sihar Sitorus. Secara gestur, Ia sama sekali merasa tak terganggu. Sebaliknya, membuat rakyat Sumut semakin mencintainya.