Kelimpahan elektron sebagai sumber energi atom-atom, baik di udara bebas maupun dalam tubuh manusia yang nyaris setimbang itu, membuktikan bahwa atmosfer bumi adalah anugerah bagi manusia.
Elektron
Kandungan kimiawi gas dalam udara bebas dalam kondisi normal adalah Nitrogen 78%, Oksigen 20%, uap air 1% dan Argon beserta gas lainnya hingga 1%.
Adapun manusia, terdiri atas senyawaan kimia utama Air 62%, Protein 16%, Lemak 16%, Karbohidrat 1% dan Mineral 1%.
Senyawaan-senyawaan tersebut terinci sebagai atom-atom penyusun tubuh dalam prosentase berikut;
Oksigen 65%, Karbon 18%, Hidrogen 9.5%, Nitrogen 3.2%, Kalsium 1.5%, Phospor 1.2%, Potasium 0.4%, Sulfur 0.2%, Sodium 0.2%, Khlorin 0.2%, Magnesium 0.1%.
Komposisi Gas Dalam Udara Ambien Kondisi Normal
Setiap atom memiliki zarah terkecil yang untuk sementara selama ini diketahui bernama elektron, yang selalu berputar pada porosnya, bersifat sangat dinamis tak bisa diam, melompat-lompat dalam setiap lapisan atom, sekaligus membuat atom tersebut mampu bereaksi satu sama lain menjadi molekul lalu membentuk senyawa hingga berwujud sebagai zat.
Elektron adalah sumber energi sekaligus nyawa bagi setiap atom agar tak sendirian menjadi suatu unsur semata. Melainkan bereaksi satu sama lain, berubah wujud yang kemudian meramaikan isi jagat raya.
Nomor Atom
Sesuai dengan Tabel Periodik Unsur hasil buah pikir kimiawan asal Rusia bernama Dmitri Mendeleev pada tahun 1869, maka setiap atom memiliki jumlah elektron yang berbeda. Jumlah elektron dalam setiap atom menjadi keunikan sendiri sekaligus menjadi penandanya, sebagai nomor periodik dalam tabel tersebut.
Tabel Periodik Karya Jenius Kimiawan Rusia Dmitri Mendeleev
Atom-atom baik yang terkandung dalam udara bebas maupun sebagai penyusun tubuh manusia tersebut di atas, sesuai dengan nomor-nomornya dalam Tabel Periodik, maka memiliki jumlah elektron sebagai berikut;
Nomor 1 Hidrogen (1H) punya 1 elektron.
Nomor 6 Karbon (6C) punya 6 elektron.
Nomor 7 Nitrogen (7N) punya 7 elektron.
Nomor 8 Oksigen (8O) punya 8 elektron.
Nomor 11 Sodium (11Na) punya 11 elektron.
Nomor 12 Magnesium (12Mg) punya 12 elektron.
Nomor 15 Phospor (15P) punya 15 elektron.
Nomor 16 Sulfur (16S) punya 16 elektron.
Nomor 17 Khlorine (17Cl) punya 17 elektron.
Nomor 18 Argon (18Ar) punya 18 elektron.
Nomor 19 Potasium (19K) punya 19 elektron.
Nomor 20 Kalsium (20Ca) punya 20 elektron.
Setara
Apakah benar bumi dengan tujuh lapisan atmosfir yang menyelimutinya adalah planet yang nyaman bagi manusia untuk hidup dan berkembang?
Jawabannya bisa dibuktikan dengan menelaah keseimbangan jumlah elektron sumber energi setiap atom penyusun tubuh manusia dengan lingkungannya, yaitu udara bebas.
Mari kita hitung.
Kelimpahan elektron dari setiap atom yang terkandung dalam udara bebas;
78% N = [78 x 7] =546,
20% O = [20 x 8] =160,
1 % Ar = [1 x 18] = 18,
Total = 724.
Kelimpahan elektron dari setiap atom yang terkandung dalam manusia;
65% O = [65 X 8] = 520,
18% C = [18 x 6] = 108,
9.5% H = [9.5 x 1] = 9.5,
3.2% N = [3.2 x 7] = 22.4,
1.5% Ca = [1.5 x 20] = 30,
1.2% P = [1.2 x 15] = 18,
0.4% K = [0.4 x 19] = 7.6,
0.2% S = [0.2 x 16] = 3.2,
0.2% Na = [0.2 x 11] = 2.2,
0.2% Cl = [0.2 x 17] = 3.4,
0.1% Mg = [0.1 x 12] = 1.2,
Total = 726.
Kelimpahan elektron dalam udara bebas, ternyata setara dengan kelimpahan elektron dalam tubuh manusia.
Anugerah
Kelimpahan elektron antara tubuh manusia dan udara lingkungan sekitar ternyata berbeda tipis, berkisar pada angka 2. Perbedaan jumlah elektron ini tak dapat dihindari, karena keberadaan atom-atom minor lain, yang turut menyumbangkan elektron meski dalam kelimpahan yang relatif kecil.
Kelimpahan elektron sebagai sumber energi atom-atom, baik di udara bebas maupun dalam tubuh manusia yang nyaris setimbang itu, membuktikan bahwa atmosfer bumi adalah anugerah bagi manusia.
Komposisi Kimiawi Dalam Tubuh Manusia
Selain itu, dari kedekatan angka kelimpahan elektron antara atmosfer udara tempat berkehidupan dengan elektron yang ada dalam tubuh manusia, maka menarik untuk menjadi satu renungan bahwa, setiap manusia adalah atmosfer bagi dirinya sendiri.
Virus
Di dalam bumi, manusia tak bermetabolisme sendirian. Ada hewan, tumbuhan baik yang terlihat oleh mata maupun yang berukuran mikroskopik, juga ada zat renik yang bukan makhluk hidup, namun mampu bermetabolisme yakni, virus.
Keberadaan virus selalu merugikan bagi makhluk hidup karena sifatnya yang parasit. Mereka ‘beranak pinak’ dengan cara mereplikasi dirinya dalam sel inang. Sekaligus merusak sistem produksi protein dalam tubuh inangnya, apakah tumbuhan, hewan termasuk manusia, yang lalu membuat mereka jatuh sakit.
Virus juga punya kemampuan bertahan ‘hidup’ yang luar biasa, yaitu mampu bermutasi secara adaptif terhadap jenis sel-sel inang sebagai tempat berparasit.
Tak heran, seiring berjalannya waktu, maka kemampuan bertahan ‘hidup’ virus, secara perlahan bisa merubah jenis makhluk hidup sebagai sasaran berparasit. Virus burung yang menular ke manusia, misalnya.
Tak hanya berubahnya jenis makhluk hidup sasaran, namun perubahan metode penularan antar inang juga bisa dilakukan oleh virus. Penularan dari kontak fisik atau transfusi darah menjadi melalui kontak udara, misalnya.
‘Otak’ virus tak sekompleks otak hewan atau manusia yang berhias akal dan diperkaya budi pekerti. Melainkan hanya seuntai kode genetika dalam ‘kaki-kaki’ RNA, yang melulu ‘bernafsu’ menjadi parasit. Karena seiring waktu kemampuan parasit virus terus meningkat, maka keberadaan virus selalu mengancam.
Virus zat renik yang egois sekaligus elegan dan brilian, hanya punya satu tabiat, yaitu; mematikan.
Elegan
Dalam kondisi kelimpahan elektron atom-atom udara bebas dan dalam tubuh manusia yang setara, maka siklus sumber energi atomik pada sistem dalam bumi, juga seimbang.
Pada kondisi seperti ini, virus sebenarnya telah merasa nyaman. Sama sekali tak berminat untuk mereplikasi kode-kode genetik dalam makhluk hidup sebagai inang.
Virus telah nyaman dalam kondisi demikian. Karena sumber energi yang dibutuhkan telah tercukupi dari udara atmosfer, tanpa perlu menyasar inang.
Namun, apabila kelimpahan elektron dalam atmosfer menjadi tak berimbang karena laju ketidakberaturan sistem (Entropi) yang selalu meningkat dalam bumi, maka virus sontak menjadi agresif.
Virus yang agresif itu lalu menyasar bagian terkecil dalam tubuh makhluk hidup, demi mendapatkan atmosfer baru, tanpa peduli bahwa perilakunya adalah parasit, merugikan.
Dalam konteks mendadak agresif, maka virus bisa menjadi ukuran tentang adanya fenomena yang menunjukkan bahwa sistem dalam bumi sedang timpang, menuju ketidakberaturan yang melaju semakin cepat.
Polusi udara terjadi di mana-mana. Hutan ditebang semena-mena. Isi bumi dikeluarkan tak terkira. Lingkungan hidup rusak, membuat bumi tersiksa merana.
Semua itu adalah penyumbang utama ketidaknormalan kandungan atom-atom gas dalam atmosfer bumi, yang membuat kelimpahan elektron sumber energi sub atom menjadi tak setimbang.
Agresi virus terhadap manusia, menunjukkan fenomena itu. Tak berotak namun bisa menyadarkan inang.
Virus memang elegan.
Kalam
Kesetimbangan antara kelimpahan sumber energi sub atom dalam atmosfer bumi dengan tubuh manusia, menyiratkan suatu kondisi yang normal. Dalam konteks kelimpahan elektron, maka manusia adalah atmosfer bagi dirinya sendiri.
Sebagai makhluk yang mendapat karunia akal dan budi pekerti, maka manusia sebaiknya menyadari bahwa menjaga kesetimbangan kelimpahan elektron sebagai sumber energi sub atom, menjadi sangat penting. Agar tak membangkitkan tabiat buruk virus, sang indikator ketidaksetimbangan sistem dalam bumi.
Peran manusia agar sistem bumi berjalan setimbang, secara tak langsung turut membuat virus, perlahan namun pasti, bisa mengalihkan tabiat merugikan.
Suatu tabiat buruk perlahan berubah Lawamah, yang mampu memilah antara kebaikan dan keburukan. Hingga menjadi Mutmainah, yaitu menjauhi keburukan, hanya menebar kebaikan.
Di alam semesta, tak ada satu zat pun yang bukan ciptaanNya. Tak terkecuali virus. Semuanya saling berinteraksi dengan keberaturan yang sangat tinggi, sebagaimana yang disampaikan sebagai Kalam-Kalam Ilahiah.
Manusia pun telah diberi tuntunan satu dari banyak Kalam Ilahiah, yaitu;
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Jelas, perilaku manusia menjadi tumpuan untuk membuat bumi beserta isinya tetap dalam keseimbangan. Jika manusia tak mengindahkan, maka Dia pun telah mengingatkan manusia dalam Kalam-Nya;
“dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.”
Kedua Kalam Ilahiah dalam dua ayat surat Al Kahf tersebut, menunjukkan sebuah konsekuensi perilaku manusia yang bakal ditanggung oleh seisi bumi.
Sebagai renungan menjelang hari Jumat. Semoga berhikmah, bahwa cobaan mendunia yang dihadapi saat ini, adalah konsekuensi bagi manusia sebagai makhluk paling berakal di bumi.
Selalu berikhtiar, terus mengaji dan mengkaji Kalam-Kalam Ilahiah, baik yang tersurat maupun tersirat.
Melantunkan surah Al Kahf tiap menjelang hari Jum’at, adalah sebagai munajat. Agar jalan hidup kita selalu diterangi, hingga kelak menuju akhirat.
Bahan bacaan sumber inspirasi tulisan:
- Qur'an Surah 18, Al Kahf.
- Anne Marie Helmenstine, Chemical Composition of the Human Body, 2019.
- Carolyn Wilke, Scientist Say: Periodic Table, 2019.
- Toppr.com, Guides, Science, Air Around Us, Components of Air.