Kerinci atau sering orang sebut dengan istilah "Kincai" membuat orang di luar sana terheran-heran dengan istilah tersebut. Kerinci merupakan kawasan yang terletak di dataran tinggi puncak pegunungan Andalas yang membentang sepanjang pulau Sumatra.
Kerinci mempunyai pesona alam yang luar biasa indahnya, kawasan tersebut memiliki panorama wisata dan budaya yang beragam, gunung yang menjulang tinggi, danau dengan air yang bersih, hamparan kebun teh yang luas, air terjun yang mengalir deras, dan banyak pesona alam lainnya yang mampu membuat mata siapa saja betah untuk menikmati pesona alamnya. Sehingga banyak masyarakat menamainya dengan istilah Sekepal Tanah Surga.
Membahas tentang Kerinci, penduduk Kerinci mayoritasnya menganut agama Islam yang sudah berkembang sejak ratusan tahun silam. Dimana sebelum agama Islam masuk ke kawasan Kerinci, penduduk di sana telah mengenal sistem kepercayaan yaitu Animisme dan Dinamisme yang merupakan kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib.
Agama Islam masuk di kawasan tanah Kerinci diperkirakan semenjak abad Ke-14 M. Islam yang pada saat itu masuk melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Kerinci di wilayah Pesisir Selatan. Agama Islam yang mereka peroleh dari dari daerah perantauan ketika berdagang di bawa pulang ke kampung halamannya di alam Kerinci untuk diamalkan dan dikembangkan.
Agama Islam mulai berkembang dibawa oleh para ulama yang masuk dari arah Pesisir Selatan Sumatera. Kedatangan para ulama-ulama tersebut membawa perubahan besar bagi penduduk masyarakat Kerinci, corak budaya Animisme dan Dinamisme mulai mereka tinggalkan dan beralih memeluk ajaran baru yakni agama Islam.
Tradisi budaya lama yang masih mereka lakukan kini beralih menyesuaikan dengan ajaran agama Islam, seperti halnya syair tale, mantera yang semula menyebut nama dewa kini beralih dengan kalimat Shalawat, Syahadat dan memuji nama Allah SWT.
Pada abad Ke- 17 M barulah kesultanan Jambi mendakwahkan hukum syariat Islam kepada penduduk Kerinci. Pengaruh kesultanan Jambi cukup besar terhadap perkembangan Islam di Kerinci.
Hal ini terbukti dengan adanya surat-surat yang berasal dari kesultanan Jambi yang disimpan sebagai pusaka oleh orang Kerinci. Isi surat tersebut mengenai pengakuan wilayah adat Dipati Kerinci dan juga perintah untuk menegakkan hukum syariat Islam serta meninggalkan tradisi yang bertentangan dengan hukum Islam.
Setelah agama Islam mengalami perkembangan besar di Kerinci, Islam dapat diterima dengan baik dan secara damai oleh penduduk Kerinci tanpa adanya konflik pertentangan dengan penganut paham ataupun keyakinan lainnya.
Dengan masuknya Islam ke bumi sakti alam Kerinci ini kegiatan masyarakat mulai berkembang mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti kegiatan membaca Al-Qur'an, shalat berjamaah di masjid yang pada saat itu di sebut dengan surau, mengaji sifat dua puluh yang tidak lagi asing untuk dikaji penduduk Kerinci pada masa itu hingga masa sekarang masih mereka kerjakan.
Selain dari sejarah perkembangan Islam yang masuk di kawasan Kerinci, kita juga harus tau siapa saja para ulama-ulama penyebar agama Islam yang dikenal dengan istilah enam orang Siak.
Yang pertama adalah Siak Jeli atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Majeli yang memiliki nama asli Syekh Abdul Jalil, beliau berasal dari Siak Indragiri yang kemudian berdakwah di Kerinci, beliau menikah dengan Puti Sedayu atau sering dikenal dengan Ninik Selayu, salah satu peninggalan beliau yang masih ada yaitu batu sembahyang.
Yang kedua adalah Siak Rajo menyebarkan Islam di kawasan Kemantan, menikah dengan Dayang Bunga Alam, beliau wafat di Talang Banio. Yang ketiga adalah Siak Ali yang bermukim di koto beringin, menurut sejarah nama asli beliau adalah Ninek Telago Undang, peninggalan beliau yang terkenal adalah batu sorban. Yang keempat adalah Siak Sakti yang bermukim di koto jelatang. Yang kelima adalah Siak Berebut Sakti yang bermukim di koto merantih tinggi. Dan yang keenam adalah Siak Lengih yang bermukim di koto jelatang.
Pada masa abad selanjutnya perkembangan Islam di Kerinci terus mengalami perkembangan yang sangat baik dan dapat diterima oleh semua penduduk di sana, dari perkembangan yang sangat besar dapat dihasilkan kebudayaan Islam khas Kerinci yaitu Sike Rebana yang merupakan kesenian masyarakat penduduk Kerinci yang bernuansa keagamaan dengan syair zikir yang memuji nama Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw.
Selain itu juga mengembangkan tale naik haji, pantun adat atau dengan istilah pno adat yang bernuansa islami dan masih banyak lagi seni budaya Islam yang berkembang pada tiap-tiap dusun atau desa di Kerinci.
Selain mengembangkan budaya yang bernuansa islami, masyarakat penduduk Kerinci juga mengembangkan masjid dan surau tempat untuk beribadah di setiap dusun-dusun, masjid yang dibangun dengan ukiran khas Kerinci dan juga terdapat tabuh atau bedug di setiap masjid sebagai tanda telah masuknya waktu shalat.
Namun seiring dengan perkembangan zaman masjid tersebut sudah diganti dengan masjid yang baru yang lebih modern, hanya sebagian saja yang masih tersisa sampai sekarang ini, seperti masjid keramat pulau tengah, masjid agung pondok tinggi, masjid kuno Lempur. Selain masjid kuno masih ada juga peninggalan berupa naskah-naskah yang tulisannya menggunakan huruf Arab Melayu.
Islam masuk ke bumi sakti alam Kerinci merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang luar biasa bagi masyarakat penduduk Kerinci, bagi masyarakat dimasa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan mendatang, untuk itu masyarakat harus terus dan wajib mengambangkan hukum syariat, seperti pepatah adat mengatakan; "Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah".