‘’ Ketegasan Abdul Azis bin Abdullah al-Ansari menjadi tanda, Nilai estetika pelangi bisa berubah, saat pengalaman buruk menodai Pelangi’’. Ketika kita kecil, orang tua, guru kita sering menyanyikan lagu pelangi ciptaan AT Mahmud. Lirik pelangi-pelangi alangkah indahmu, merah kuning hijau di langit yang biru, pelukismu agung siapa gerangan, pelangi-pelangi ciptaan Tuhan. Setiap diksi yang indah mengakar kuat dalam sanubari. Lagu yang indah menemani kita sejak kecil, mengingatkan 10 anak hebat berjuang untuk sekolah.

Piala dunia dimulai tanggal 20 November 2022, Qatar sebagai tuan rumahnya. Sebanyak 32 negara mewarnai keindahan dalam perbedaan. Ketegasan mentri dalam negeri Qatar Abdul Azis bin Abdullah al-Ansari memberi peringatan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam piala dunia 2022, agar tidak menggunakan atribut yang berbau LGBT. Karena pelangi dianggap sebagai simbol Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.

Bendera pelangi di gagas oleh Gilbert Baker tahun 1978 sebagai ikon parade kebanggaan San Fransisko. Apalagi 4 negara diantaranya German, Inggris, Denmark, Wales tetap bersikeras menggunakan Ban kapten Pelangi di piala dunia 2022. Mereka tidak belajar dari perkataan kapten timnas Perancis, Hugo Lloris ‘’ketika kita menyambut pendatang asing ke Perancis, kita selalu ingin mereka menghormati norma budaya kita. Saya akan melakukan hal yang sama saat pergi ke Qatar.’’

Bahkan pertandingan kekalahan Jerman oleh Jepang. Jerman melakukan aksi tutup mulut sebagai bentuk protes kepada FIFA akibat pelarang menggunakan Ban kapten pelangi ‘one love’. Mereka beranggapan jika kami menggunakan ‘one love’ artinya kita menghargai keberagaman. Begitupun saya saat berdiskusi dengan mahasiswa dan dosen Munster University dalam kegiatan ‘’Teaching Diversity-Diversity in Teaching Summer Camp’’ 

Saya mengatakan transgender dilarang, karena mereka melanggar fitrah kehidupan. Namun hal ini dibantah oleh Kordula Schulze ‘’kita hari ini dizaman positivisme, semua dikaitkan dengan sains’’. Seperti lagu Is Mir Egal dari Kazim Akboga dari Jerman yang artinya saya tidak peduli. Seorang supir bus yang menerima semua penumpang dari jenis apapun, yang penting mereka memiliki tiket dan membayar uang masuk bus. Maka hal ini menodai nilai estetika pelangi.

Lagu pelangi-pelangi mengajak kita berterima kasih kepada tuhan atas lukisannya yang warna-warni di langit. Lagu yang terdiri dari 8 birama menjadi simbol pengetahuan sederhana. Saat belajar di kelas, seusai hujan membasahi bumi, murid-murid biasanya bergegas menuju jendela untuk melihat indahnya lukisan Tuhan. Sambil berintuisi untuk mengejar ujung dari pelangi untuk mendapatkan harta karun.

Fenomena terjadinya pelangi karena mengalami pembiasan saat cahaya matahari terkena air hujan. Warna-warna yang indah menyampaikan pesan tersirat kepada anak-anak agar selalu bergembira. Jangan sampai pelangi ini ternodai dan menjadi hama sehingga mengubah suka menjadi trauma menyanyikan lagu yang indah ini. Pembelajaran dan pengetahuan menjadi modal bagi pengembangan pendidikan karakter anak-anak.

Tahapan anak-anak yang masih sensori motorik, mencoba menangkap semua hal yang dilihat dan didengarnya. Mereka melihat pelangi sebagai ciptaan tuhan yang indah karena memiliki berbagai warna. Mereka belum tahu mengenai lawan jenis, sehingga perlunya pendidikan yang baik agar dapat menjaga batasan-batasan laki-laki dan perempuan apalagi suka dengan sama jenis.

Tahapan preoperational, anak-anak mulai memiliki menanyakan peran laki-laki dan perempuan. Tidak ada laki-laki yang berubah menjadi perempuan, sehingga jangan sampai mereka menutup mata melihat keindahan pelangi. Agar kita mendidik dengan adil dan benar, jangan sampai mengedepankan emosional karena usia 2-7 tahun egonya sudah mulai muncul.

Tahapan konkrit operasional, tahapan ini menjadi paling rawan. Mereka sudah bisa berpikir logis. Kita harus pahamkan bahwa pemain sepak bola memakai Ban kapten pelangi itu bukan indah, melainkan itu buruk. Keindahan inilah yang mencoba Abdul Azis bin Abdullah al-Ansari ajarkan, bahwa nilai estetika pelangi jangan sampai ternodai oleh keburukan mereka.

Baca Juga: Pelangi Negeriku

Abdul Azis bin Abdullah al-Ansari memberi kita pelajaran penting di piala dunia 2022. ‘’Nilai estetika pelangi dengan berbagai macam warna artinya tuhan menciptakan kita berbeda-beda suku, ras, laki-laki dan perempuan berasal dari Negara berbeda. Namun yang menciptakan pelangi itu tuhan, tuhan yang satu. Kita menyembah tuhan yang sama, tuhan yang menciptakan pelangi.’’

Tuhan mengisyaratkan bahwa untuk menikmati nilai estetika pelangi maka jangan engkau ciptakan pengalaman buruk sehingga membuat anak-anak takut akan pelangi. Maka jangan engkau buat anak-anak membanggakan pelangi LGBT setiap harinya dengan menyanyikan lagunya, mendengar cerita hebatnya pelangi. Pelangi itu bukan LGBT, namun pelangi itu ciptaan tuhan yang indah, mampu mengahadirkan rasa gembira dalam hati kita.

Seorang akan mengungkapkan keindahan pelangi setelah melihat indahnya muncul di atas langit. Warna-warna yang memberi nilai kehidupan cerah untuk anak-anak. Pelangi memberikan rasa tidak pernah berbohong untuk mengungkap pesan agar anak-anak bermoral baik, sopan dan santun. Mari kita banggakan indahnya warna pelangi seharga indahnya hidup ini. Mata yang selalu tercerahkan dengan pelukisnya.