Sebagai mahasiswa, tentu saja lembur tugas sampai malam sudah jadi makanan sehari-hari. Mau tidur nggak nyenyak, mau makan nggak enak, siapa lagi kalau bukan tugas tersangka utamanya. Terkadang sampai obat asam lambung dan koyo jadi sahabat untuk bertempur melawan banyaknya tugas supaya tubuh nggak tumbang.
Sebenarnya tugas dari dosen itu nggak banyak kok. Cuma terkadang mahasiswa menunda-nunda menyelesaikan tugas dan bersikap santai. Jadilah tugasnya menumpuk. Kalau sudah begitu, tentu saja sistem kebut semalam jadi jalan ninjanya. Setelah itu tentu saja para mahasiswa merasa bahwa dirinya hebat sudah bisa melewati permasalahan dalam lika-liku perjalanan mengejar gelar sarjana.
Lantas apa hal yang biasanya dilakukan para mahasiswa setelah itu? Hayo, pasti tahu dong.
Hal yang biasanya akan dilakukan mahasiswa setelah itu adalah membeli hal yang di inginkan, pergi makan enak, pergi jalan-jalan, sampai terkadang lupa kalau setelah ini masih ada hal-hal yang harus dikerjakan. Belum lagi tergiur promo tanggal kembar di toko orange, pasti langsung kalap checkout ini itu. Mereka sering menyebutnya dengan self-reward. Apa sih self-reward itu? Yuk kita bahas!
Kita tentu tidak asing lagi dengan istilah self-reward. Istilah tersebut kerap kali didengar dalam kehidupan sehari-hari. Self-reward adalah sebuah upaya untuk memberikan penghargaan atau apresiasi berupa hadiah terhadap diri sendiri karena dianggap telah mampu melakukan sesuatu yang dirasa berat.
Manfaat Self-Reward
1.Bentuk Apresiasi Terhadap Diri
Sadar nggak sih kalau sebenarnya diri sendiri itu juga perlu diberi apresiasi? Mengapa demikian? Sebuah pencapaian tentu saja perlu diberi apresiasi. Mungkin apresiasi tersebut tidak perlu diakui dan diberikan oleh orang lain. Diri sendiri saja sudah dirasa cukup untuk memberikan hal tersebut.
Dengan penghargaan atau apresiasi tersebut tentu saja diri sendiri akan merasa senang dan lebih bersemangat lagi untuk menjalani hari-hari selanjutnya.
2.Sebagai Pembangkit Semangat dan Penghilang Stres
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, self-reward dapat membuat rasa semangat meningkat. Hal ini wajar sekali karena siapa sih yang nggak suka diberi hadiah? Tentu saja semua orang suka. Dengan self-reward ini kita dapat termotivasi untuk selalu berusaha menggapai sesuatu yang kita inginkan dengan lebih keras.
Selain itu self-reward juga bisa menjadi penghilang stres. Tekanan-tekanan yang didapat dari banyaknya kegiatan secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan mental kita. Untuk itu self-reward diperlukan untuk menjaga kesehatan mental kita.
Hubungan Self-Reward dan Pemborosan
Tentu kalian juga sering merasa boros yang berkedok self-reward. Tapi, pasti lebih sering nggak kerasanya. Kita pasti sering mengelak bahwa sebenarnya kita boros dan terlalu memanjakan diri sendiri, sampai terkadang uang bulanan habis tak tersisa untuk membeli dan melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Sering kali kita merasa “Ah, nggakpapa beli ini, sesekali”. Nyatanya sesekali itu berulang kali, sudah seperti siklus saja. Apakah itu bukan boros namanya?
Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan self-reward. Banyak orang yang menganggap bentuk apresiasi diri dengan membeli barang murah yang diinginkan ataupun hanya bersantai ria dikamar.
Ada juga orang melakukan self-reward dengan jalan-jalan ataupun menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mahal atau sekedar berkunjung ke tempat sesuai dengan yang diinginkan. Tanpa disadari, self-reward dengan cara seperti itu hanya sebagai bentuk sikap konsumtif untuk menuruti nafsu semata. Alih-alih self-reward, namun jatuhnya kepada bentuk pemborosan.
Cara Menghindari Self-Reward Berujung Pemborosan
1. Kontrol Diri
Kontrol diri akan membuat kita lebih bisa mengatur diri kita untuk memprioritaskan hal yang memang haru dilakukan. Dengan kontrol diri juga lebih mudah meraih apa yang kita inginkan. Kontrol diri akan mencegah individu menuruti kata hati atau semaunya sendiri. Oleh karena itu, kontrol diri sangat diperlukan untuk menghindari pemborosan.
2. Belajar Menatap ke Bawah
Hal yang biasanya kurang disadari oleh para mahasiswa adalah selalu merasa kurang daripada orang lain. Itu bisa terjadi karena kebanyakan mahasiswa menetapkan standar dengan selalu menatap ke atas melihat orang yang lebih dalam segala hal daripada dirinya sendiri. Hal itu mungkin ada sisi baiknya, karena mungkin akan memacu kita untuk selalu berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Namun apakah kita sadar bahwa itu juga akan memberi dampak buruk? Tentu saja kita akan selalu merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki sekarang. Kita juga akan lebih sering mengeluh dan kurang bersyukur.
Cobalah sesekali melihat bahwa masih banyak orang yang mungkin tidak seberuntung kita. Banyak yang lebih kekurangan dan mungkin untuk hal-hal kecil saja mereka tidak mampu. Itu akan membuat kita lebih berpikir untuk menghambur-hamburkan uang demi kesenangan sementara.
3. Selalu Ingat Orang Tua
Terlalu memanjakan diri sendiri, menghambur-hamburkan uang, padahal orang tua kita dengan susah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Nyatanya, terkadang kita tidak sadar akan hal itu. Sudah selayaknya kita mengerti akan bagaimana sulitnya orang tua mencari nafkah, sehingga kita juga berpikir dua kali untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Nah, setelah ini jangan boros berkedok self-reward lagi ya! Kita boleh kok melakukan apa yang kita inginkan. Tapi sewajarnya aja ya! Karena, apapun yang berlebihan itu pasti tidak akan baik.