Di ruangan kecil yang menjadi tempat tidur para “penjaga masjid” atau kata lain disebut sebagai pengurus masjid, saya menemukan sebuah buku yang kover depannya saja terlihat mengerikan. Selain mengerikan, juga menarik hati untuk diambil lalu dilihat dengan saksama, diamati dari judul penulis hingga kata-kata testimoni yang biasa menghiasi buku-buku. 

Di ruangan ini, tinggallah beberapa teman saya – teman seuniversitas. Sudah menjadi kebiasaan mahasiswa di mana ia tinggal, maka di sana juga terdapat beberapa buku yang menghiasi pojokan ruangannya. Kalau di suatu tempat mahasiswa tinggal dan tidak dapat ditemukan buku di sana, maka sampailah kita pada peradaban kehancuran.

Sarinah – Ir. Sukarno. Tiga kata tersebut yang pertama kali tampak pada penglihatan ketika saya tertarik mengambil dan mengamati buku tersebut. Wah, bukunya Bung Karno – Bung Besar yang selalu kukagumi. 

Di lain sisi juga heran, apa iya Bung Besar yang dikenal sebagai pemikir dan pengorek ideologi negara kita menulis sebuah buku dengan judul yang lebih cocok seperti judul buku fiksi?

Mungkin ini hanya subjektivitas saya saja. Sarinah – kata Bung Karno sendiri adalah seorang “mBok” yang dulu merawatnya ketika ia masih kecil. Ia memakai namanya sebagai judul buku ini karena kekaguman pada dirinya. 

Kata Bung, Dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya mendapat banyak pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya selalu besar.

Ada beberapa pembahasan yang menjadi fokus dalam buku ini. Namun, ada satu pembahasan yang benar-benar bakal membuka pikiran para pembacanya. Kalau para pembaca sudah menyelesaikan bab atau pembahasan ini, maka apa yang ia baca akan menjadi bekal untuk membantah segala argumen sesat yang merendahkan sosok perempuan.

Mengapa merendahkan? Memang tanpa kita sadari, sebagai laki-laki, niat untuk mengagungkan perempuan malah menjadikan perempuan bukan seperti manusia seutuhnya. Seperti dalam buku ini, Bung Karno mengutip perkataan Profesor Havelock Ellis:

Perempuan adalah blasteran antara seorang dewi dan si tolol, ia diagung-agungkan sebagai seorang dewi, namun tidak dianggap penuh bagai seorang tolol.

Dalam bab yang membuka pikiran pembaca, Bung Karno benar-benar menghajar habis-habisan kaum laki-laki dan sistem yang berlaku di dunia ini sebagai sistem patriarkat yang tidak adil. Eh, tidak hanya pada bab ini saja sih. Dalam keseluruhan buku ini adalah buku penghajaran bagi siapa saja yang menganggap perempuan itu rendah dan hina dina. 

Seperti yang ia tuliskan, bahwasanya masyarakat kapitalis sekarang adalah masyarakat yang membuat pernikahan menjadi begitu sukar. Pernikahan itu hanya privilege bagi orang-orang yang cukup nafkah. Jika yang belum cukup nafkah, maka ia harus menunggu sampai nafkah itu tercukupi walau sampai umur 30 bahkan lebih!

Pemuda-pemuda menjadi takut untuk menikah! Lalu, pelarian dari ketakutan ini adalah perzinaan. Laki-laki yang memilih jalan ini sebagai alternatif, maka dunia tidak akan menunjuknya sebagai seorang yang kotor dan hina. 

Lebih jelas Bung Karno menuliskan “hal biasa”, yang “boleh juga diampuni”. Namun, apabila perempuan yang memilih “jalan belakang ini”, maka label kotor, tidak suci, rendahan, dan segala kejelekan tersemat pada dirinya.

Kemudian, ada sebuah narasi yang mengatakan bahwa perempuan tidak bisa melebihi seorang laki-laki. Ia (baca: perempuan) berada jauh di bawah laki-laki. 

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor Heymans, bahwa perempuan lebih mudah tergoyang  jiwanya ketimbang laki-laki. Sehingga angka bunuh diri di Eropa pada awal abad 20 menunjukkan angka bunuh diri yang dilakukan perempuan lebih tinggi ketimbang laki-laki. Perbedaan tersebut mencapai tiga sampai lima persen.

Pernyataan Profesor Heymans ini dibantah langsung oleh Profesor O’Conroy dalam bukunya. Ia menceritakan di negeri Jepang melakukan ujian-ujian yang diadakan di kantor pemerintahan maupun kantor perdagangan. Hasilnya adalah kaum perempuan lebih unggul ketimbang kaum laki-laki.

Kaum laki-laki tidak hanya berhenti di situ saja untuk melakukan pembuktian sesat atas keunggulannya dari perempuan. Katanya, berat otak laki-laki dengan perempuan berbeda. Otak kaum laki-laki lebih berat dibanding kaum perempuan. Dengan begini, isi otak dan kemampuan berpikir laki-laki lebih unggul ketimbang perempuan.

Dari beberapa peniliti, menunjukkan perbandingan berat otak kaum laki-laki dengan perempuan berbeda sekitar 136 – 151 gram saja. Laki-laki lebih besar, perempuan di bawahnya! 

Lalu Bung Karno memaparkan dengan mengutip perkataan Charles Darwin: Otak laki-laki memang lebih banyak daripada otak perempuan. Tetapi, jika dihitung dalam perbandingan dengan lebih besarnya badan laki-laki, apakah otak laki-laki itu benar lebih besar? 

Memang jika dihitung dengan perbandingan berat badan antara laki-laki dan perempuan, maka angka yang didapat adalah perempuan lebih besar daripada angka perbandingan laki-laki. Perempuan mendapatkan angka 23,6 gram per kilogram tubuh sedangkan laki-laki hanya mendapat angka 21,6 gram per kilogram tubuh!

Sesungguhnya, ketajaman berpikir, kecerdasan seseorang tidak dapat ditentukan dari seberapa besar berat otaknya. Melainkan dari seberapa bisa seseorang memfungsikan dengan maksimal kerja otaknya untuk mencapai kecerdasan yang dimiliki. 

Karena apa yang kita pelajari dan masuk ke otak itu bersifat non material sedangkan berat otak itu sifatnya material. Apakah bisa non-material memengaruhi material dalam soal angka? Bahlul!

Bung Karno di sini benar-benar membela kaum perempuan yang mendapat ketidakadilan dari sistem besar yang menjalankan begitu. Ia, bagian dari kaum laki-laki tapi menyerang kaumnya sendiri! Amat langkah dan out of the box. 

Tetapi, ada yang mengganjal hati di sini, yaitu paradoks. Pertentangan dari apa yang Bung Karno tulis dan pernyataannya di akhir pembahasan.

Pada akhir pembahasan, ia menekankan, “Saya pecinta patriarkat.” Menghajar kaum patriarkat, tapi dirinya sendiri pecinta patriarkat? Paradoks, bukan?

Ah, paradoks atau tidak, yang penting buku ini sudah membuka pikiran saya dan akan membuka pikiran kalian para calon pembaca. Segera dan selamat membaca!