Banyak kita jumpai istilah “Salah Jurusan” yang membawa sebagian orang akhirnya menyerah dan berhenti untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan salah jurusan ini sih? Istilah ini banyak di temukan di jenjang pendidikan perguruan tinggi karena, di sanalah seseorang lebih mendalami suatu skill yang bisa ia pakai di masa depan.
Apa sih penyebab bisa salah jurusan? Sebenarnya banyak faktor penyebab bisa salah jurusan beberapa di antaranya karena tuntutan orang tua, ekonomi, ataupun sekedar ikut-ikutan saja dan masih banyak lagi.
Setiap orang memiliki skillnya masing-masing, bukan berarti pendapat tersebut mengartikan bahwa pendidikan di Indonesia ini tidak penting. Seperti yang kita ketahui pendidikan Indonesia dari SD sampai SMP semua pelajaran mau itu matematika, biologi, sejarah, agama semua dipelajari.
Saat SMA beberapa sekolah mulai memisahkan mata pelajaran antara IPA dan IPS bahkan ada juga SMK yang memang memfokuskan siswanya agar dapat berkarir setelah lulus.
Kemudian setelah lulus SMA/SMK/Sederajat jika seseorang ingin menaiki tangga yang lebih tinggi maka jawabannya adalah dunia perkuliahan, di sana tidak lagi peserta didik dipanggil siswa/i akan tetapi mahasiswa/i, di dunia perkuliahan semua yang dipelajari akan berfokus pada satu bidang. Banyak bidang yang di sediakan di tiap-tiap universitas, ada yang umum, agama, ekonomi, hukum dan sebagainya.
Menurut saya pribadi sebenarnya istilah salah jurusan itu tidak ada, mengapa demikian karena perasaan akan salah jurusan ini kebanyakan muncul saat setelah seseorang memasuki suatu bidang kemudian menurutnya bidang tersebut tidak bisa ia kuasai, dan akhirnya muncul pemikiran kalau ia tidak cocok di bidang tersebut.
Seharusnya sebagai peserta didik baiknya lebih memperhatikan kepribadian diri dan mengetahui kemampuan apa saja yang dimiliki terlebih dahulu sebelum memilih bidang di perkuliahan agar saat menjalani masa perkuliahan tidak muncul perasaan negatif terhadap materi maupun metode pembelajaran.
Namun, apabila ada faktor yang mengharuskan seseorang untuk berkuliah di tempat yang sebenarnya tidak ia inginkan ada beberapa cara yang cukup ampuh dalam mengatasi permasalahan salah jurusan ini.
Cara pertama, yakni mencari suasana di luar perkuliahan. Banyak orang melakukan cara pertama ini sebagai pengalihan karena banyaknya tugas dan materi yang didapatkan sehingga memberikan sedikit keringanan dan merelaksasikan pikiran. Banyak hal bisa dilakukan untuk mencari suasana di luar perkuliahan seperti berorganisasi, berwirausaha, jalan-jalan, dan sebagainya.
Cara kedua, yakni dengan mengubah pola pikir. Memang bagi beberapa orang mengubah pola pikir mungkin mudah namun, sebagian lagi tidak, biasanya karena mereka merasa nyaman dengan apa yang telah melekat pada mereka sehingga sulit untuk mengubah rentetan kegiatan sehari-hari.
Apabila cara kedua sulit untuk di lakukan bisa lakukan cara ketiga namun, cara ini harus dilakukan dengan mental yang lebih untuk berani mengambil risiko atas apa yang akan diambil nantinya. Cara tersebut yakni mencari tempat lain, maksudnya adalah berpindah ke tempat yang dirasa bisa memberikan kesenangan saat berada di tempat tersebut.
Tempat yang dimaksud bisa tempat tinggal semasa menjalankan perkuliahan atau pindah bidang yang dirasa memang menguasai bidang tersebut.
Kenapa cara ketiga harus dilakukan dengan mental yang lebih? Karena beberapa orang mengambil cara ketiga setelah beberapa tahun di tempat pertama.
Di saat itu lah seseorang bisa merasa tertekan entah itu karena faktor usia yang berbeda dari orang sekitarnya atau bisa juga karena orang lain akan mempertanyakan sebab perpindahannya, di mana akan membuat orang tersebut akan berpikir kembali apakah ia mengulangi kesalahan lagi dan jika sampai seseorang berpikiran seperti itu maka, cara ketiga ini hanya akan menambah tekanan yang lebih dari sebelumnya.
Beruntunglah bagi orang yang mengambil cepat dan yang telah menyiapkan mental cukup untuk cara ketiga karena, bisa jadi memberikan kesan yang lebih baik yang mungkin kelak akan berguna di masa depan. Apabila sesuatu itu dilakukan dengan senang hati maka kemungkinan besar akan memberikan hasil positif mau itu saat melakukannya dengan cara menjalani jalan yang telah dilalui maupun dengan cara satu, dua, atau tiga.
Tidak ada yang namanya orang bodoh di dunia ini, semua memiliki kemampuan di tiap-tiap bidang, hanya saja lingkungan sekitar lah yang mencap seseorang itu bodoh. Terkadang lingkungan sekitarlah yang kurang mendukung kemampuan seseorang untuk menjadi lebih baik kurangnya dukungan dari orang-orang mau itu keluarga ataupun pemerintah. Fasilitas yang tersedia juga masih bisa dikatakan sangat kurang untuk menaungi generasi muda yang banyak ide-ide cemerlang.
Namun yang menjadi tantangan terbesarnya adalah setelah lulus apa yang ingin dilakukan? Kenapa banyak kita jumpai orang yang telah lulus kuliah malah menganggur? Apa penyebabnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan terkait masalah tersebut, tak sedikit pula yang mulai mempertanyakan untuk apa bersekolah tinggi-tinggi jika bisa meraih kesuksesan dengan berwirausaha atau lainnya yang tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi.
Seperti yang telah dibahas di atas fasilitas yang ada di Indonesia masih terbilang sedikit oleh karena itu banyak orang yang setelah lulus bukannya berkarir di bidangnya malah menjadi pengangguran. Akan tetapi tidak sepenuhnya kita harus menyalahkan fasilitas yang disediakan pemerintah, harusnya kita juga bisa memberikan langkah pertama untuk menjawab permasalahan ini.
Biasanya yang membuat seseorang tidak dapat memberikan langkah pertama ini yakni adanya rasa malas, kurang percaya diri, pesimis sebelum melakukan, dan masih banyak lagi.
Maka dari itu sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebaiknya dipikirkan dengan matang-matang dan dibicarakan kembali secara baik-baik dengan keluarga, sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Apabila sudah terlanjur yang harus dilakukan adalah berusaha sebaik mungkin dengan mencari solusi yang dirasa dapat memberikan seberkas cahaya harapan yang menarik diri dari gelapnya keputusasaan.