Beberapa hari belakangan Surya tampak murung. Kemurungannya membuatnya jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya. Dulu, Surya adalah seorang anak yang humoris, suka melempar tawa dan paling banyak bicara saat bersama kawan-kawannya. Kemurungan Surya bukan tanpa sebab, ia baru saja diputus pacarnya yang sangat ia cintai.
***
Sembilan hari yang lalu, saat beristirahat dengan teman-temannya setelah bermain bola di lapangan dekat rumahnya, Surya mendapatkan pesan yang membuat hatinya remuk seketika. Pesan yang dikirim melalui WA tersebut berasal dari Nela, pacar Surya. Nela menuliskan pesan yang berbunyi:
“Sur, sebelumnya aku minta maaf ya, aku harus bilang ini sama kamu. Sepertinya, aku nggak bisa ngelanjutin hubungan kita lagi, aku mau kita udahan ya Sur. Aku tau kamu sayang banget sama aku. Aku tau kamu juga cinta banget sama aku. Tapi, aku mutusin kamu juga karena aku sayang banget sama kamu. Kita kan sekarang kan sudah kelas tiga SMA, aku mau kita sama-sama fokus ke pendidikan kita dulu. Aku mau kamu giat ngejar cita-cita kamu. Aku tau mungkin kamu berat menerima semua ini, tapi keputusan ini harus ku ambil demi masa depan kita. Kalau seandainya kita berjodoh nanti, kita akan bertemu lagi kok, aku yakin. Sekali lagi, aku minta maaf sama kamu Sur. Terima atas semua yang dulu. Aku harap kamu bisa nerima ini Sur”
Begitu selesai membaca pesan tersebut, tangan Surya bergetar. Seketika, ponsel yang dipegangnya jatuh ke tanah. “Huuuuuft” ia menghela nafas. Hatinya yang ceria karena timnya menjadi pemenang saat main bola, berubah menjadi hati yang layu. Ingin ia menangis saat itu juga, namun ia urungkan karena malu jika dilihat teman-temannya. Apalagi jika teman-temannya tau yang membuat ia menangis adalah perkara asmara. “Apa yang dikatakan teman-teman nanti kalau ngeliat Aku nangis?” pikirnya. Saat itu juga ia pamit untuk pulang ke rumah.
Di dalam kamarnya yang tampak berantakan, Surya menangis. Dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Nela memutuskannya. “Kenapa Nel? Kenapa Kamu tega sama Aku? Kalau Kamu sayang Aku, harusnya nggak gini caranya. Nel, kenapa?” tanyanya berulang kali dalam hatinya sembari mengetik beberapa kalimat untuk membalas pesan Nela.
Berpuluh-puluh balasan pertanyaan telah dikirimkan Surya pada Nela. Sayangnya, hari itu Nela tak membalasnya kembali. Surya terus menangis semalaman.
***
Tiga bulan adalah masa yang berat untuk Surya. Ia sangat sulit melupakan seorang Nela. Nela yang telah ia pacari sejak duduk di bangku dua SMP kini hanya menyisakan kenangan. Meskipun kini Surya mulai bisa melupakannya, kadangkala wajah Nela masih sering muncul dalam bayangnya.
Seorang teman Surya bernama Bagas telah membantunya untuk melupakan Nela. Walaupun Surya tidak pernah menceritakan apa yang dialaminya pada Bagas, tapi sepertinya Bagas telah mengetahuinya. Bagas yang memang teman Surya sedari kecil begitu mengerti apa yang dialami Surya. Tidak heran, saat Bagas menyadari Surya patah hati, seketika ia gigih menghibur Surya. Bagas juga telah mengenalkan beberapa teman perempuannya pada Surya. Mungkin, karena itulah Surya kini bisa melupakan masa lalunya.
Hari terus berganti dan waktu terus berputar, seperti yang disarankan Bagas, Surya mendekati teman-teman Bagas yang telah dikenalkan padanya. Ia berharap ada satu yang bisa ia jadikan pacar sebagai ganti Nela. Sayangnya, semua teman yang dikenalkan Bagas menolaknya. Atas itu semua, muncul sikap frustasi dan rendah diri dalam diri Surya. Namun, sikap itu tak pernah ia tunjukkan pada Bagas. Ia tak mau membuat Bagas yang telah membantunya melewati masa-masa berat khawatir dengan dirinya lagi. “Tak apa-apa Aku sekarang gagal dalam asmara, setidaknya aku masih punya teman yang selalu peduli denganku” pikirnya.
***
Suatu ketika, Surya mengajak Bagas untuk pergi ke cafe yang berada di pusat kota. Hari itu adalah hari kelulusan mereka. Surya yang tak lagi memikirkan masa lalunya ingin merayakan kelulusan. Apalagi, Surya memang sudah sekian lama jarang keluar rumah.
“Mas kopi dua ya, satu pahit satu manis” pesan Surya pada penjaga kedai. Ruangan dalam cafe yang tampak ramai membuat keduanya mendapat tempat duduk di bagian luar. “Gas aku mau cerita tentang sesuatu ni” Surya mengawali pembicaraan. “Apaan Sur? Tumben-tumbenan Kamu, bentar-bentar Aku tak ke belakang dulu Sur, nggak kuat ni, hehe” jawab Bagas seraya pergi ke kamar mandi.
“Sayang memanggil” tulisan pada ponsel Bagas yang ditaruh di atas meja bergetar. “Haiss, pacarnya Bagas nelpon, biar Bagas aja deh nanti yang ngangkat” gumam Surya. Tiga puluh menit berlalu, Bagas yang tadi pergi ke kamar mandi belum kembali juga. Sementara, ponsel Bagas terus bergetar. Surya yang menjadi penasaran akhirnya mengangkat telepon itu.
“Sayang, Kamu di mana sih? WA Kamu juga nggak aktif...” suara pacar Bagas. Surya yang mendengar suara tersebut seketika kaget laksana siang cerah disambar petir. “Nela?” tanya Surya. “Loh, iya, ini Nela, kamu kira siapa?” jawab Nela yang ternyata pacar Bagas dan belum menyadari bahwa yang mengangkat teleponnya adalah Surya. “Jadi kamu pacarnya Bagas Nel? Gak nyangka Aku, tega Kamu. Selama ini Kamu bohong sama Aku berarti. Ini aku, Surya. Kamu kan tau Bagas itu sahabatku”. Nela yang baru menyadarinya buru-buru menutup telepon.
“Gimana Sur, mau cerita apa?” tanya Bagas yang baru datang. “Gas, maksudmu apa? Nela itu pacar Kamu kan? Barusan dia nelepon, Aku udah tau semuanya” bentak Surya seraya memukul Bagas. “Maksud Kamu apaan Sur? Aku nggak ngerti” bantah Bagas. “Omong kosong” ujar Surya yang kembali memberikan bogeman pada Bagas. Bagas yang tak terima membalas pukulan Surya, adu pukul pun tak terelakkan.
Bagas yang tubuhnya lebih kecil daripada Surya tersudut dan jatuh ke tanah. “Maksud Kamu apaan selama ini? Pantas saja kamu sok baik sama Aku. Aku kira selama ini kamu benar-benar sahabatku” Surya terus menghujani Bagas dengan pukulan. Pengunjung cafe yang berada di sekitar mereka segera melerai keduanya. “Kalau iya emang kenapa? Nela memang pacarku, Hahaha. Nela mutusin kamu memang Aku yang nyuruh. Dia itu nggak bahagia sama Kamu. Dia nggak cinta sama Kamu” jawab Bagas dengan enteng walaupun tubuhnya melemah. Surya yang mendengarnya langsung memberikan pukulan terakhirnya dan ia pergi meninggalkan Bagas.
Sejak saat itu diri Surya dipenuhi keinginan untuk membalas dendam pada sahabat dan pacarnya yang telah mengkhianatinya. Hidupnya benar-benar berubah. Ia menjadi sosok yang begitu dingin. Tak ada lagi keceriannya, tak ada lagi candaan khasnya.