Ujian dalam kehidupan datang silih berganti. Dari sekian banyak masalah yang dihadapi, pasti ada suatu masalah yang menyebabkan kita kehilangan kesabaran. Khususnya sebagai anak muda yang sangat mudah untuk marah karena memiliki emosi yang sangat labil. Apalagi masalah itu menyangkut dengan masalah percintaan.

Seperti yang pernah terjadi pada seorang wanita, saat itu dia bercerita bahwa dia sudah memberikan seluruh kepercayaannya kepada seseorang lalu kepercayaannya itu dikhianati, saat itu hatinya sangat terluka dan sulit untuk bisa memaafkan. Yang lebih parah lagi, muncul rasa dendam di hatinya lalu berniat untuk membalasnya suatu hari nanti agar orang itu merasakan apa yang dirasakannya.

Itu adalah hal yang sangat normal untuk kita. Terkadang kita meyakini bahwa kesabaran mempunyai titik batas sehingga kalau sudah melebihi batasnya manusia boleh melakukan apa pun. 

Sebenarnya bukan itu tujuan dari datangnya ujian kepada kita, melainkan untuk melatih diri kita untuk bersabar. Hal ini juga dapat memberikan nilai positif pada diri kita sendiri.

Menurut syeikh Ibnu Qoyyim Al-jauziyah, bahwa sabar merupakan budi pekerti yang bisa dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu, Menahan sedih, menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan, dan juga menahan anggota badan dari melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan hukum-hukum syari’at.

Tentunya belajar untuk sabar itu tidak mudah, memerlukan proses yang panjang dan luar biasa, karena kita harus bisa melawan dan mengenadalikan emosi yang ada di dalam diri kita sendiri. Dan pelajaran terbaik untuk bisa bersabar adalah mencontoh teladan kita yaitu Nabi Muhammad saw, dari perilaku beliau dalam menghadapi setiap ujian yang datang menimpa.

Dapat kita ketahui dari sejarah hidup Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan agama Islam. Berbagai macam ujian dan rintangan beliau hadapi, baik berupa hinaan, cacian, sampai hampir dibunuh oleh kaum kafir quraisy. Tapi semua itu beliau hadapi dengan begitu sabar dan tidak ada niat sedikitpun untuk membalasnya.

Rasulullah saw mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan memaafkan orang yang telah menyakiti kita karena Allah Swt menyukai perbuatan tersebut. Sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S Al-Imran [3]: 134)

Dalam sebuah hadis juga disebutkan, bahwa Abu Hurairah mengatakan bahwa ada seorang yang berkata kepada Rasulullah Saw.

“Sesungguhnya aku mempunyai keluarga yang selalu aku hubungi. Namun, mereka memutuskan silaturrahmi denganku. Aku pun selalu berbuat baik kepada mereka. Tapi, mereka berbuat jahat kepadaku. Aku juga selalu berbuat santun kepada mereka. Namun, mereka selalu tidak tahu diri.”

Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Jika keadaanmu memang seperti apa yang kau ceritakan ini, maka seakan-akan engkau menabur abu panas pada mereka. Dan engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah karena ulah mereka, selama engkau melakukan hal demikian.” (HR Muslim)

Dari hadis tersebut Rasulullah Saw memerintahkan kepada kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, walaupun kebaikan itu dibalas dengan kejahatan. Karena orang yang berbuat kebaikan akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah Swt dan mendapatkan pahala yang berlipat.

Sedangkan arti sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua hal yaitu: Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga. Kedua, sabar karena Allah atas apa yang dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan dengan keinginan hawa nafsu. Siapa yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang sabar.

Seandainya kita memiliki kekuatan untuk melawan dan membalas orang yang telah menyakiti kita. Maka itu bukanlah kekuatan kita yang sebenarnya. Karena kekuatan kita yang sebenarnya adalah menahan emosi kita sendiri untuk tidak membalas perbuatan tersebut.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Orang yang kuat bukan orang yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya disaat marah.” (HR Bukhori no. 6114)

Kita tidak bisa berbangga diri melihat orang yang pernah menyakiti kita menderita karena pembalasan yang kita lakukan kepadanya. Karena itu adalah suatu perbuatan yang tercela. Maka bersabarlah dengan semua itu, Insya Allah orang yang mampu bersabar tersebut akan mendapatkan tempat yang terhormat disisi Allah Swt.

Tumbuhkanlah rasa saling menyayangi antara sesama. Jangan saling membenci dan memiliki rasa dendam kepada saudaramu sendiri, karena perbuatan itu akan membuatmu selalu merasa gelisah. Belajarlah untuk memaafkan orang yang pernah meyakitimu dengan berlapang dada.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Sayangilah makhluk maka kamu akan disayangi Allah, dan berilah ampunan niscaya Allah mengampunimu.” (Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)

Al-Munawi juga mengatakan: “Allaw Swt mncintai nama-nama Nya dan sifat-sifat Nya yang diantaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah Swt juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir).

Semoga kita semua dapat mengamalkan perilaku sabar dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan Allah Swt kepada kita, dan menumbuhkan jiwa pemaaf kepada orang-orang yang pernah menyakiti kita, dan semoga kita menjadi hamba yang senantiasa mendapatkan cinta dan keridhoan Allah Swt.