Kesehatan mental adalah bagian yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang secara menyeluruh. 

Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan seseorang, baik psikis, fisik, intelektual, dan emosional. 

Sehat secara mental juga tidak hanya terbebas dari gangguan mental namun juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan perilaku.

Menurut Notosoedirdjo dan Latipun (2005) kesehatan mental dipengaruhi oleh faktor internal dan fator eksternal. Faktor internal adalah faktor biologis dan psikologis, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah sosial budaya. 

Faktor biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental diantaranya adalah otak, sistem endrokin, genetika, dan sensori, sedangkan faktor psikologis yang berpengaruh adalah ketenangan jiwa.

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. 

Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tingkat kecenderungan kasus gangguan kesehatan mental (emosional) yang ditunjukkan melalui gejala seperti depresi dan panik.

Depresi merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan senang hati.

Kecemasan adalah sebanyak 6% pada kalangan usia 15 tahun keatas, sekitar empat belas juta orang (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Insan Jurnal Psikologi, 2017).

Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. 

Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.

Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini, antara lain :

Delusi, paranoia, atau halusinasi. Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui. Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan. Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari. Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.

Faktor penyebab meningkatnya gangguan mental adalah kegagalan, stress di dunia sekolah/pekerjaan, persaingan, pertemanan, serta kurangnya kasih sayang orang tua. Sedangkan faktor utamanya ialah frustasi dari berbagai macam aspek. 

Contoh penyebab umum dari gangguan mental, antara lain :

Kekerasan dalam rumah tangga. Korban pelecehan seksual. Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat. Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.

Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian. Trauma korban sasaran kekerasan (bullying). Mengalami kerugian sosial, seperti masalah ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan atau utang piutang.

Mengalami diskriminasi dan stigma. Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain.

Permasalahan keluarga soal perceraian orang tua dan kekerasan sehingga mengakibatkan retaknya hubungan keluarga merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa pada anak. 

Akibatnya anak menjadi lebih pendiam, menyendiri, dan merasa kurang mendapat kasih sayang orang tua.

Ketika sang anak mendengarkan atau melihat pertikaian di rumah, maka hal tersebut otomatis terekam pada ingatan sang anak yang akan selalu diingat dan tidak pernah terlupakan semasa hidupnya.

Selain itu, pola asuh yang salah dapat menimbulkan gejala awal gangguan mental pada anak. Peran orangtua di rumah sangat penting dalam membangun kesehatan mental anak. 

Oleh karena itu penerapan kesehatan mental dalam keluarga  sangat penting untuk tercapainya suasana yang harmonis antar anggota keluarga. 

Apabila hubungan dalam keluarga tidak harmonis maka akan menimbulkan pertengkaran. Sehingga sangatlah penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga terutama bagi anak. 

Faktor-faktor penentu yang memengaruhi kualitas mental emosional anak, antara lain:

Sikap orang tua. Pola asuh orang tua dalam keluarga. Karakteristik sosial. Stimulus dan kasih sayang lingkungan terdekat anak. Pendidikan orang tua, tingkat pendidikan orang tua akan sangat memengaruhi.

Cara awal orang tua untuk mendekatkan diri kepada anak yaitu berbicara dengan anak tentang bagaimana perasaan mereka menunjukan bahwa mereka tidak merasa sendirian. Selain itu, anak juga merasa mendapat dukungan penuh dari orang tua.

Yang dapat dilakukan orang tua di rumah dalam membangun kesehatan mental anak diantaranya :

Memperhatikan perkembangan anak. Membangun komunikasi yang baik dengan anak. Menghargai pemikiran dan perasaan anak. Mendampingi anak ketika merasa kesulitan.

Membangun kepercayaan kepada anak. Tidak langsung menghakimi apabila anak melakukan kesalahan. Mendukung segala hal yang berdampak positif kepada anak. Membangun suasana rumah yang hangat dan positif.

Dapat disimpulkan bahwa pentingnya membangun kesehatan mental sejak usia dini dengan   melatih kemampuan mengelola emosi anak. 

Dengan kemampuan mengelola emosi dengan baik dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan yang sehat secara fisik maupun mental.