Rusia merupakan salah satu negara penghasil energi tidak terbarukan terbesar di dunia. Negara ini memiliki produksi minyak dan gas di daerah Siberia Barat.
Pada tahun 2020, Rusia telah mengekspor minyak sebanyak 7,4 juta barel setiap harinya, membuat negara tersebut menjadi pemasok minyak terbesar ketiga di seluruh dunia.
Pada tahun 2022, Rusia menggandeng Iran untuk menjadi partner kerjasama energinya. Rusia menginvestasikan 6,5 miliar dan 40 miliar dollar untuk proyek gas milik Iran.
Kerjasama tersebut terjadi melalui Perusahaan Negara Gazprom milik Rusia dan The National Iranian Oil Company (NIOC) milik Iran.
Perjanjian kerjasama tersebut disetujui dan ditandatangani pada 19 Juli 2022, pada saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Tehran untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi.
Implementasi dari kerjasama ini adalah nantinya Rusia dan Iran akan melakukan pengembangan terhadap dua endapan gas di Kish dan North Pars, dan enam kilang minyak di Iran.
Gazprom juga akan terlibat dalam penyelesaian dan pengembangan liquified natural gas (LNG) dan konstruksi pipa gas untuk kepentingan ekspor milik Iran.
Sebelumnya, Rusia dan Iran telah bekerjasama melalui pertukaran sumber daya energi, khususnya pada produk minyak bumi. Di masa depan, diharapkan bahwa Rusia dan Iran dapat mencapai pertukaran produk gas alam. Rencana tersebut mungkin akan direalisasikan pada musim dingin 2022.
Rusia dan Iran sangat optimis akan keberhasilan kerjasama ini.
Perkembangan dan perluasan kerjasama energi ini terjadi karena adanya sanksi ekonomi yang diberikan kepada Rusia dan Iran, sehingga Rusia memutuskan untuk bekerjasama dengan Iran.
Kerjasama dan barter produk sumber daya tersebut dapat membantu kedua negara dalam menghindari permasalahan keuangan yang dapat terjadi atas pengaruh dan intervensi Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Kerjasama perdagangan antara Rusia dan Iran ini akan dikirim secara langsung melalui Laut Kaspia.
Jika diamati dengan seksama, ada kesamaan dari dua negara tersebut yang menjadi salah satu faktor dalam terjadinya kerjasama ini.
Dua negara ini berada dalam hubungan yang tidak baik dengan negara-negara barat. Rusia dan Iran mendapatkan sanksi ekonomi dari beberapa dunia, salah satunya adalah Amerika Serikat.
Rusia merupakan salah satu pemasok minyak ke Uni Eropa, namun setelah terjadi serangan Rusia ke Ukraina pada awal 2022 lalu yang menyebabkan negara-negara di Uni Eropa, Amerika Serikat, dan sekutunya, memberikan sanksi ekonomi dan politik pada Rusia.
Sanksi tersebut menyebabkan industri minyak Rusia menjadi terhambat dan harga minyak dunia tidak stabil.
Rusia juga secara masif mengurangi pasokan gas yang dikirim ke Uni Eropa melalui Pipa Nordstrom.
Pada tahun 2022, ekspor gas dan minyak Rusia menurun 43,4% setelah Gazprom melakukan pengurangan pasokan kepada konsumen-konsumen yang menolak untuk bertransaksi menggunakan Rubel.
Sebuah kebijakan kontroversial yang ditetapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai balasan atas sanksi ekonomi negara-negara barat.
Pada Oktober 2022, pasokan gas Rusia ke Eropa melalui Gazprom hanya tinggal 7,5%.
Uni Eropa secara cepat mencari alternatif energi untuk menggantikan gas dan minyak dari Rusia, seperti batu bara dan renewable energy. Uni Eropa juga mulai mencari pasokan dari negara yang lain seperti Norwegia dan Qatar.
Kemungkinan di masa depan, Uni Eropa akan berinovasi untuk menciptakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan, sehingga prospek perdagangan produk minyak dan gas antara Rusia dan Uni Eropa akan menyusut jumlahnya.
Embargo yang dilakukan oleh negara-negara terhadap minyak Rusia menyebabkan harga minyak meningkat karena minyak menjadi sebuah komoditas yang langka.
Dengan meningkatnya harga dalam jangka waktu yang lama, negara-negara di dunia akan beralih pada energi terbarukan.
Sedangkan pada negara-negara produsen minyak, anggaran belanjanya sangatlah bergantung pada pemasukan dari penjualan minyak dan gas alam.
Hal itu menjadi sebuah pendorong untuk Rusia agar meningkatkan kerjasamanya dengan negara lain, dalam kasus ini adalah Iran.
Padahal sebelumnya, Rusia dan Iran saling bersaing dalam perdagangan minyak, namun dengan adanya sanksi ekonomi, arah kebijakan luar negeri Rusia berubah haluan.
Dapat dianalisa bahwa penyebab kerjasama ini adalah kebutuhkan Rusia akan pasar dan konsumen minyaknya.
Itu sebabnya kerjasama energi sangat penting bagi Rusia di masa depan.
Kerjasama ini akan mempermudah Rusia dalam menjual dan membeli produk minyak dan gas.
Iran merupakan negara penghasil minyak dan gas terbesar setelah Rusia, namun karena adanya sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa sehingga pembangunan infrastruktur melambat.
Uni Eropa dan Amerika Serikat juga dengan sengaja tidak melibatkan Iran dalam proyek energi internasional skala besar apapun selama tiga dekade terakhir.
Kedua negara berharap kerjasama ini akan mengembalikan keadaan industri energi tak terbarukan mereka setelah terpuruk akibat sanksi dari negara-negara barat.
Melalui kerjasama ini, diharapkan hubungan kerjasama energi antara Rusia dan Iran di masa depan akan semakin menguat.