Muhammad SAW adalah seorang yang begitu sempurna dari segala sisi, sesungguhnya dalam perkembangan hidupnya, Nabi SAW telah mengoleksi sebaik-baiknya keistimewaan yang dimiliki oleh lapisan masyarakat kala itu. Beliau adalah tipe ideal dari sisi kejernihan berpikir dan ketajaman pandangan.

Beliau memiliki porsi kecerdikan yang lebih, orisinalitas pemikiran dan ketetapan sarana dan tujuan. Beliau tidak pernah minum Khamr, tidak pernah makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, tidak pernah menghadiri hari-hari besar berhalaisme ataupum pesta-pestanya bahkan sejak kanak-kanak beliau sudah menjauhi hal-hal tersebut.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa dengan takdir Allah, beliau diliputi penjagaan dari hal tersebut. Manakala hawa nafsu menggebu-gebu untuk mengintai kenikmatan duniawi dan rela mengikuti sebagian tradisi tak terpuji, ketika itulah innayah Rabbaniyyah menyusup dan menghalanginya dari melakukan hal-hal tersebut.

Tatkala usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai mengasingkan diri, yang pada saat itu masyarakat arab begitu rusaknya, kejahiliyahan yang begitu mengakar yang sudah tidak mungkin lagi bisa diubah. Pilihan mengasingkan diri ini merupakan skenario Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya kontak dengan kesibukan-kesibukan duniawi, untuk kemudian mempersiapkan diri untuk menghadapi uruan besar.

Tatkala usia nabi 40 tahun yang merupakan puncak kematangan, dan adapula yang menyatakan disaat usia inilaah para rosul diutus, tanda-tanda kenabian telah nampak dan bersinar, diantaranya adanya sebuat batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada Nabi, beliau juga bermimpi kecuali dengan jelas, seperti fajar shubuh yang menyingsing, hal ini berlangsung selama enam bulan dari masa kenabisan dua puluh tiga tahun.

Ketika pengasingan dirinya di gua Hira` memasuki tahun ke-3, tepatnya dibulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmatNya terlimpahkan kepada seluruh penduduk bumi, lalu dimuliakanlah beliau dengan mengangkatnya sebagai nabi, lalu jibril turun kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al-Qur`an.

Telah disebutkan tanda-tanda kenabian, setelah itu beliau dalam beberapa hari melakukan uzlah dan kembali kepada keluarga, dan beliau melakukanya lagi dan kembali kepada Khadijah istrinya. Hingga pada akhirnya, pada suatu hari datanglah kebenaran kepadanya saat beliau berada di gua Hira` tersebut. Seorang malaikat datang menghampiri beliau untuk menyampaikan wahyu.

Setelah itu Rosulullah pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam kondisi gemetar, lantas menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid, sembari berucap, 'Selimuti aku ! Selimuti aku!'  Beliau pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang. 

Kemudian Khadijah berangkat bersama beliau menemui sepepu Khadiaj yaitu Waraqah binn Naufal, dia adalah seorang yang menganut agama Nasrani pada masa jahiliyah dan dapat menukil beberapa tulisan injil dengan bahasa ibrani dia juga seorang yang sudah tua renta dan buta.Maka berkatalah Khadijah kepadanya. 'Wahai sepupuku! Dengarkanlah cerita dari keponakanmu ini.

Waraqah berkata, 'Wahai keponakanku! Apa yang engkau lihat? Lalu Rosulullah menceritakan pengalaman yang sudah dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya, 'Itu adalah Makhluk kepercayaan Allah (Jibril) yang tekah Allah utus kepada Nabi Musa Andai saja aku masih bugar dan masih muda ketika itu! Andai saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu.

Rosulullah bertanya, 'apakah aku akan diusir oleh kaumku?' Dia menjawab, 'Ya, tidak seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa ini melainkan akan dimusuhi dan jika pada saat itu aku masih hidup aku akan membelamu dengan segenap jiwa dan ragaku.' Kemudian tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.

Setelah meninggalnya Waraqah turunnya wahyu mengalami masa vakum, namun masa vakum ini hanya terjadi beberapa hari saja tidak sampai lama. Kemudian Jibril kembali turun membawa wahyu yang berisi tentang perintah agar beliau memperingatkan masyarakat untuk kembali kepada jalan yang benar dan agar tidak kembali melakukan kebathilan.

Beliau memulai menyampaikan dakwah ini kepada orang-orang terdekat beliau, dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi bukan lewat majelis-majelis yang terlihat oleh kaum Quraisy, secara perlahan Islam dapat diterima oleh orang-orang yang sudah dekat dengan beliau, keluarga, istri, dan saudara beliau.

Dalam misi dakwah ini sangat banyak sekali ujian yang beliau hadapi, dari penolakan Abu lahab dan kaum Quraisy, namun paman beliau Abu Thalib memberi dukungan kepada Nabi, ketika ada pertemuan Bani Hasyim dan juga Bani al-Muthalib bin Abdi Manaf, Nabi menyampaikan dakwah beliau, namun banyak terjadi penolakan, hanya paman beliau Abu Thalib yang memberi dukungan dan akan selalu memberi perlindungan kepada Nabi.

Dakwah ini semakin gencar dilakukan oleh Nabi setelah Abu Thalib memberikan dukungan dan akan selelau memberi perlindungan kepada beliau. Jalan dakwah ini tidak selalu mulus, Nabi dicemooh sana sini dan diperlakukan dengan tidak pantas, perjuangan dakwah terus mengalami penindasan yang begitu pedih. 

Kesedihan juga pernah Rosulullah alami. ia diblokade selama tiga tahun, mengalami kelaparan dan bayang-bayang kematian. Saat itu, kaum muslimin kehilangan tempat naungan. Mereka tinggal dikaki bukit, terisolasi terancam, dan menderita kelaparan hingga tangisan anak-anak terdengar sebagai nyanyian yang menyayat hati.

Setelahnya kesedihan kembali menghantam jiwa Rosulullah, ia kehilangan pamannya, yaitu Abu Thalib. Satu benteng yang selalu mendukung langkah dakwah beliau kini runtuh.

Kemudian, tak berapa lama, kabar duka datang kembali, yaitu meninggalnya Khadijah. Wanita mulia yang menemani hidupnya, yang memberi rasa sayang dikala rasa resah dan memberikan pelukan perlindungan saat kesulitan sedang mendera. Khadijah adalah wanita yang pertama kali beriman disaat yang lain menginngkarinya.

Setelah itu, duka masih terus berdatangan, kaumnya berusaha membunuhnya dan semakin terang-terangan mencelanya. Betapa duka itu datang bertubu-tubi.

Saat Rosulullah terhimpit dalam kesedihan yang seolah tak memiliki tepi, jauh dari atas langit turunlah hadiah teristimewa bagi manusia paling mulia untuk menghiburnya dan memperlihatkan betapa tinggi dan mulia kedudukannya di hapan Allah.

Perjalanan kilat dilakukannya dengan mengendarai buroq. ia melesat menembus batas-batas logika manusia, ia berpindah tempat yang terpisah jarak dan waktu begitu dengan sangat cepat. Saat berada di Baitul Maqdis, disana Rosulullah memimpin para nabi untuk menegakkan shalat.

Dari baitul Maqdis, Rosulullah menuju Sidratul Muntaha di sana beliau bersua dengan Anbiya`. mereka semuanya mendo`akan kebaikan untuk Rosulullah, yang juga turut menambah kekuatan dan ketabahan Rosulullah.

Kemudian, perjalanan sampai pada puncaknya, yang Malaikat ibril pun tak mampu untuk memasuki pintunya, yaitu perjumpaan dengan Allah.

Adakah yang mengobati kesedihan selain itu?

Rosulullah pun kembali ke Bumi dengan membawa risalah langit, risalah terindah bagi umatnya, bahwa setiap dari umatnya bisa senantiasa terhubung dengan Rabb-Nya melalui ibadah shalat.

Allah pun berjanji, bagi siapa saja yang menjaga shalatnya, maka dia akan dimasukkan ke surgaNya.

Indah sekali perjalanan Rosulullah, perjalanan yang menuntaskan kesedihan dan membawa pulang kebahagiaan.