Era pemerintahan Jokowi cukuplah berkesan penuh warna, suka, dan duka. Problematis yang kompleks menjadi pelengkap kepemimpinannya. Indonesia Maju adalah slogan yang dipakai dan mungkin sebagai wujud optimismenya.
Di era kepemimpinan Jokowi, kata “Revolusi” bukanlah menjadi hal yang tabu lagi. Mengingat sebelumnya kata Revolusi dibarengi dengan stigmatisasi buruk yang mengidentikkannya dengan kaum kiri.
Revolusi Indonesia sendiri dimulai pada saat Indonesia berani bergerak menentang kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme. Revolusi ini akhirnya meledak pada 17 Agustus 1945 yang bukan saja melahirkan kemerdekaan Indonesia tetapi sekaligus menghidupkan kembali kepribadian Indonesia yang berabad-abad lamanya ditanam oleh para penjajah.
Dilansir dari Wikipedia Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Sedangkan menurut KBBI revolusi adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata) dan perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang.
Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa revolusi adalah suatu gerakan yang mengkehendaki adanya perubahan yang bersifat fundamental terhadap suatu bidang tertentu dalam jangka waktu yang berlangsung cepat. Revolusi muncul berdasarkan suatu rencana maupun tidak dan dapat ditempuh melalui kekerasan dan tanpa kekerasan.
Revolusi Indonesia
Revolusi Indonesia adalah perubahan mendasar tentang nasib negara kita. Hasil dari Revolusi Indonesia adalah kemerdekaan yang kita nikmati sekarang. Dimana kita menentukan jalan dan arah bangsa kita sendiri tanpa intervensi dari negara manapun.
Revolusi Indonesia diwujudkan melalui perlawanan yang radikal oleh para pendahulu bangsa. Mereka berjuang menuangkan gagasan dan ide – ide progresif yang revolusioner untuk mewujudkan revolusi itu sendiri. Tak hanya itu, mereka rela mempertaruhkan nyawa dan raga demi revolusi yang berbuah kemerdekaan saat ini.
Bung Karno melalui pidatonya yang berjudul Re-So-Pim (Revolusi – Sosialisme Indonesia-Pimpinan Nasional) menyebutkan bahwa Revolusi Indonesia adalah revolusi yang unik. Revolusi Indonesia adalah revolusi yang berbeda dari revolusi – revolusi yang lain. Pemimpin Besar Revolusi itu pun menambahkan bahwasanya orang – orang di dalam negeri maupun di luar negeri banyak yang salah konsepsi atas revolusi Indonesia itu sendiri.
Dalam Pidato Genta Suara Republik Indonesia, Bung Karno kembali menegaskan pemikirannya mengenai Revolusi Indonesia. Secara ringkas, Revolusi menurut Bung Karno adalah perombakan dan pembangunan. Revolusi Indonesia bukan hanya mengejar keunggulan materi, bukan hanya mengabdi kepada pemuasan benda saja.
Revolusi Indonesia tidak lagi dalam keadaan defensif, yaitu tidak lagi hanya repot mempertahankan diri saja terhadap kepada serangannya Kontra-revolusi, serangannya subversi asing, atau serangannya pihak liberal. Revolusi kita sekarang ini sudah tidak lagi hanya “fight to survive”.
Revolusi Indonesia sudah berjuang untuk mencapai kemajuan-kemajuan secara positif, kemajuan-kemajuan yang bisa menjadi modal dan batu loncatan untuk kemajuan-kemajuan bagi masa yang akan datang. Hal-hal tersebut Bung Karno artikan menjadi maju atas dasar kemajuan dan mekar atas dasar kemekaran.
Tak hanya itu, Bung Karno juga memaparkan beberapa landasan yang harus ada dalam sebuah revolusi. Landasan – landasan tersebut adalah konfrontasi terus-menerus, disiplin di bawah satu pimpinan, ideologi nasional-progresif dan kepribadian nasional.
Landasan ini adalah jalan menuju arah maupun sasaran dari Revolusi Indonesia itu sendiri sampai saat ini dan kedepannya. Sasaran tersebut adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Revolusi Mental
Revolusi mental adalah suatu revolusi yang dulunya digagas oleh Bung Karno dan disaat ini kembali di gaungkan oleh Presiden Jokowi.
Revolusi mental pertama kali dicetuskan oleh Bung Karno pada pidatonya tanggal 17 Agustus 1957 dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Revolusi mental adalah mutlak untuk mengatasi segala kenyelewengan. Revolusi mental dilaksanakan melalui gerakan hidup baru sebagai persiapan membangun masyarakat Indonesia sebagaimana yang dicita – citakan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945.
Revolusi mental adalah sebuah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia saat ini menjadi manusia yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.
Revolusi mental yang diaktualisasikan melalui gerakan hidup baru yang berbicara tentang cara berfikir, cara keja, cara hidup, yang merintangi kemajuan. Tak hanya itu, revolusi mental juga berisi tentang peningkatan dan pembangunan cara berfikir, cara kerja, dan cara hidup yang lebih baik.
Revolusi Mental harus meliputi seluruh masyarakat, Akan tetapi Revolusi Mental tidak akan berlangsung tanpa organisasi, tanpa pimpinan, tanpa gerakan. Revolusi Mental memerlukan Pemimpin yang harus melakukan revolusi mental untuk dirinya terlebih dahulu.
Revolusi mental memiliki konsepsi yang sangat jelas dan memiliki relevansi di setiap masa guna peningkatan mutu dan penggemblengan jiwa untuk mampu mengabdi kepada Tuhan, kepada cita-cita, mengabdi kepada tanah air, mengabdi kepada bangsa, mengabdi kepada masyarakat, dan mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Revolusi mental semata-mata untuk membangkitkan jiwa bangsa, jiwa yang merdeka mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Ide-ide inilah yang kemudian diangkat kembali dan dikembangkan oleh Presiden Jokowi melalui nawacita dan agenda pembangunannya.
Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga. Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara.
Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, Revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap bangsa Indonesia. Sejumlah prestasi berhasil diraih oleh Indonesia sebagai hasil integritas, kerja keras, dan gotong royong dari semua elemen masyarakat Indonesia.
Revolusi mental akan terus memiliki relevansi pada bangsa ini selagi cita-cita prolamasi 17 Agustus 1945 belum tercapai bahkan, setelah tercapai pun revolusi mental hendaknya terus digaungkan sebagai penuntun untuk terus membangun jiwa bangsa yang merdeka.
Revolusi Akhlak
Baru baru ini publik dihebohkan dengan munculnya suatu narasi pembumian revolusi akhlak. Revolusi ini digaungkan sesaat setelah kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia dari Makkah, Arab Saudi. Kemunculan narasi ini tentu menimbulkan banyak persepsi di kalangan masyarakat.
Bagaimana tidak? Revolusi ini muncul secara tiba-tiba di saat pandemi covid-19 dan pemerintah sedang gencar-gencarnya mencari solusi atas penyebaran covid-19 yang kian meningkat.
Berdasarkan KBBI, akhlak adalah budi pekerti, kelakuan. Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan. Sementara itu, menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak mencakup cara berpikir, bertindak, dan berperilaku. Jadi revolusi akhlak adalah suatu gerakan untuk mengubah cara berpikir, bersikap, berperilaku seseorang secara mendasar dalam jangka waktu yang cepat. Hal ini tentu sangat ambigu dan terkesan hanya khayalan jika ingin diterapkan di Indonesia yang berpenduduk kurang lebih 270 juta jiwa.
Akhlak seseorang haruslah dibentuk dan dipoles sejak dini. Akhlak seseorang adalah semata – mata tempahan keluarga maupun lingkungan seseorang itu berada. Akhlak bukanlah barang rongsokan yang dapat digunakan kembali setelah melalui proses daur ulang yang mendadak. Akhlak adalah tanggung jawab pribadi.
Hemat Penulis, Revolusi akhlak yang digaungkan pentolan FPI ini pun hanyalah sekadar slogan yang terpampang pada pamflet-pamflet dan baliho-baliho besar dipinggir jalan. Sangat jauh dari kemungkinan berhasil untuk diwujudkan.
Suatu revolusi hendaknya memiliki suatu konsepsi yang jelas dan logis sehingga dapat diterima oleh para masyarakat yang ingin di revolusi. Apalagi berbicara tentang akhlak sangat tidak logis jika revolusi ini ditempuh dengan jalan kekerasan dan radikal. Revolusi mental sepertinya sudah mencakup akhlak ini sendiri walau tidak dijelaskan secara lugas.
Suatu agenda revolusi tidak lah sesederhana berbicara “akhlak” tentu haruslah memiliki nilai, tujuan, dan konsepsi yang menyeluruh dan tentunya selaras dengan situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Revolusi yang ingin diterapkan Indonesia haruslah benar-benar sesuai dan memang dapat diterima seluruh warga Indonesia. Bukan dengan narasi memajukan NKRI akan tetapi landasan filosisnya hanya diambil dari suatu golongan tertentu yang belum tentu dapat diterima golongan lainnya.
Revolusi akhlak ini juga sepertinya memiliki unsur politis yang kuat dimana beberapa kejanggalan terjadi setelah kedatangan Imam Besar FPI ini ke Indonesia. Suatu Revolusi tentunya haruslah dipimpin oleh seorang mumpuni dibidang yang akan direvolusikan.
Yang menjadi pertanyaan apakah akhlak pemimpin revolusi akhlak ini sudah dapat dicontoh dan dijadikan sebagai panutan? Apakah revolusi akhlak ini berlaku juga untuk mereka yang menggaungkan? Hal ini tentu menjadi penilaian kita masing-masing.
Ringkasnya, akhlak adalah sesuatu yang bersifat fundamental bagi setiap manusia yang kemungkinan dirubah saat manusia tersebut sudah dewasa sangatlah kecil. Jika ingin mengubah akhlak seseorang, tidaklah perlu menempuh jalan revolusi melainkan edukasi masif yang dapat mengubah pola pikir seseorang sehingga berada dalam jalan yang benar sesuai standarnya.
Kehadiran revolusi akhlak baru-baru ini seakan menjadi tandingan bagi revolusi mental yang tengah berlangsung di era pemerintahan saat ini. Revolusi yang digaungkan di Indonesia haruslah revolusi yang bercita-cita memajukan dan mewujudkan cita-cita Indonesia itu sendiri tidak boleh ada yang keluar garis sedikitpun.
Konsepsi dan formulasi yang digunakan juga haruslah sesuai dengan cita-cita bangsa ini. Pemimpin revolusi haruslah benar-benar mampu mengorganisir revolusi yang akan dipimpinnya. Revolusi bukan sekadar tentang banyaknya massa melainkan tentang perubahan apa yang ditimbulkannya, kebaikan atau keburukan,kerugian atau keuntungan, kemajuan atau kemunduran.
Sebagai penutup, penulis ingin mengutip perkataan Bung Karno, “Revolusi adalah gerak, revolusi adalah beweging, revolusi adalah gerak maju meningkatkan hari kemarin”.