Ekspansi NATO di Skandinavia membuat posisi Rusia terdesak dengan keberadaan NATO dari Lingkar Arktik hingga Laut Hitam. Perluasan tersebut mengakibatkan keadaan Rusia yang ironis karena bertentangan dengan keinginan Presiden Vladimir Putin untuk mencegah hal tersebut dengan melakukan invasi Ukraina.

Rusia memberikan isyarat aksi militer yang akan dilepaskannya berdasarkan adanya penumpukan infrastruktur NATO yang terjadi di dekat wilayah perbatasannya. Moskow yang memuncak kemarahannya mengirimkan senjata NATO kepada Ukraina hingga berhasil mengurangi daya serang Rusia terhadap militernya.

Hal tersebut menjadi risiko akan adanya kemungkinan terjadi perang nuklir besar-besaran dan skenario tersebut akan berakibat menimbulkan dampak buruk bagi pihak lainnya.

Invasi Rusia pada 24 Februari 2022 menjadi alasan utama dari langkah yang dilakukan Ukraina untuk bergabung dengan NATO sehingga Presiden Putin mencoba merealisasikan hal tersebut setelah dua puluh tiga tahun sejak awal pergerakan Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO.

Para pemimpin aliansi sebelumnya sudah memberikan penjelasan bahwa masing-masing negara Eropa yang ingin bergabung dalam keanggotaan NATO diberikan kebebasan tanpa adanya hambatan. Akan tetapi, ekspansi NATO ke arah Timur membuat Putin merasa terancam dengan keadaan Rusia.

Adanya desakan bahwa Menteri Luar Negeri James Baker diikuti para pemimpin Barat lainnya melakukan usaha untuk meyakinkan Presiden Soviet Mikhail Gorbachev di tahun 1990 saat Jerman ingin bergabung dengan NATO dan memberikan pernyataan bahwa aliansi tersebut sama sekali tidak akan berkembang ke timur hingga diumpamakan satu inci sekalipun.

George Kennan yang merupakan seorang diplomat, penasihat dan sejarawan Amerika Serikat, sudah memahami respon yang akan diberikan oleh Putin. Arsitek kebijakan terkait penahanan terhadap Uni Soviet sebelumnya sudah dituliskan pada tahun 1997 bahwa upaya memperluas NATO akan memberikan akibat yang paling signifikan hingga menjadi penentuan dari kebijakan Amerika di seluruh era pasca terjadinya Perang Dingin.

Keputusan dengan memperluas NATO juga dijadikan harapan untuk mendedikasikan adanya keterkaitan dengan tendensi nasionalistik, militeristik berdasarkan pendapat Rusia dan anti-Barat.

Efek buruk yang akan dihadapi dalam perkembangan demokrasi Rusia ini ditujukan untuk memberikan dampak pengembalian suasana Perang Dingin antara hubungan Timur-Barat dan berdampak buruk pada perkembangan demokrasi Rusia hingga mendorong kebijakan luar negeri Rusia tanpa adanya penentuan tujuan yang spesifik sesuai keinginan yang ingin dicapai.

George Kennan tidak memberikan tindakan untuk meyakinkan Penasihat Rusia milik Amerika Serikat, Strobe Talbort dan bahkan Presiden Bill Clincton. 

Para pemimpin NATO dan Sekretaris Baker yang ingin memberikan pernyataan mereka hingga dapat diabaikan karena tidak adanya kontribusi yang dilakukan oleh kedua pihak tersebut dalam proses perjanjian formal dan pembuatan perjanjian.

Adanya fakta bahwa NATO yang mulai meluas hingga sebagian besar wilayah Eropa Timur bergabung dengan NATO, membuat Rusia mendesak bahwa ada pengkhianatan yang dilakukan oleh Barat kepada Rusia terjadi pada periode pasca-Soviet sehingga diharapkan hal tersebut dapat mendorong NATO untuk paham akan penegasan Rusia.

Federasi Rusia menandatangani Memorandum Budapest yang berisi tentang Jaminan Keamanan pada tahun 1994 dan berjanji tidak membawa ancaman ataupun menggunakan kekuatan paksaan ekonomi atau militer terhadap Belarus, Kazakhstan dan Ukraina.

Hasil dari perjanjian yang dilakukan Rusia tersebut membuat Ukraina menyutujui Perjanjian Non-Poliferasi yang berperan sebagai negara non-nuklir, menyerahkan senjata nuklirnya bahkan membayar dengan harga yang sebelumnya telah ditentukan untuk mempercayai dan menghormati komitmen internasional yang dibentuk Rusia.

Presiden Putin mempublikasikan narasi bahwa adanya pengambilan keuntungan dari terjadinya kekacauan dan kelemahan Rusia tahun 1990-an oleh aliansi Barat yang dimanfaatkan hingga mendesak mantan sekutu Pakta Warsawa untuk bergabung dengan NATO. 

Tindakan aliansi Barat akhirnya tidak berlangsung setelah Rusia mengakui hal tersebut merupakan kesalahan negaranya karena keterasingan mantan sekutunya.

Profesor sejarah Rusia di Universitas Princeton, Stephen Kotkin menyatakan bahwa Putin yakin Rusia dapat lingkup pengaruh karena posisinya yang berada dekat dengan luar negeri. 

Presiden Putin menanggapi Ukraina bukan negara karena tidak berdaulat disamping adanya posisi Ukraina yang merupakan negara kecil juga lemah sehingga hanya menjadi instrumen bagi negara dengan kapasitas kekuatan yang besar.

Agresi moskow yang terjadi membuat Presiden Putin memperhatikan sistem pertahanannya karena jika tidak dapat mengendalikan Ukraina, maka aliansi Barat yang nantinya akan mengambil alih. Oleh karena itu, negara-negara seperti Ukraina menjadi salah satu tujuan untuk keperluan invasi, seperti yang dilakukan Rusia dalam invasinya ke Ukraina.

Tindakan yang dilakukan jika memperhatikan pada sistem Rusia tersebut, justru akan mengembalikan upaya Rusia kepada permulaan yang tidak membatasi wilayah pinggirannya. Josef Stalin yang merupakan seorang politikus Uni Soviet dan tokoh revolusi, mempercayai bahwa tanpa adanya hegemoni di Eropa Timur dirinya akan menjadi sasaran infiltrasi dan subversi.

Masyarakat Eropa Timur juga menentang paksaan untuk bertahan hidup yang diberikan kaum komunisme sehingga hal tersebut membuat Stalin khawatir akan munculnya konflik yang terjadi hingga permusuhan antara kedua pihak.

Kebijakan pemerintah Rusia pasca-Soviet secara bijaksana yaitu dengan mengeluarkan jaminan yang cepat dan kredibel bahwa era penindasan gaya Soviet terhadap kemerdekaan sejatinya telah menjadi masa lampau dan menerapkannya dengan langkah-langkah konkret untuk mengurangi adanya persepsi ancaman yang dapat ditimbulkan.

Rusia nantinya akan mendapatkan bagian dari keuntungan tersebut dengan mengurangi beban pengeluaran militernya.

Kebijakan Rusia pada tahun-tahun masa pemerintahan Presiden Putin berubah menjadi semakin agresif yang menjadi sangat disayangkan, dimulai dengan serangan di Georgia pada tahun 2008, dan kemudian aneksasi Krimea, hasutan separatisme di wilayah Donbas timur, hingga mulai terjadi penumpukan pasukan di perbatasan Ukraina yang terjadi pada awal tahun 2021.

Pada saat Rusia gagal mengambil tindakan yang akan meredakan ketegangan di kawasan itu, para pemimpin NATO menekankan secara tegas bahwa, berdasarkan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional, setiap negara Eropa yang berdaulat memiliki hak untuk memilih mitra aliansinya sendiri. Walaupun hal tersebut benar dalam hukum, kebijakan ini menimbulkan adanya kemungkinan keputusan yang tidak bijaksana.