Makhluk hidup merupakan makhluk yang dapat berkembang sesuai dengan pertumbuhan dan gen yang terdapat didalam tubuhnya. Pada dasarnya, perkembangan makhluk hidup tidak akan menyimpang ataupun memiliki keanehan dari spesies dasarnya.
Tetapi, jika dilihat sesuai dengan perkembangan waktu ada beberapa jenis spesies tanaman dan hewan yang dikembangkan dari jenis aslinya. Bukan hanya itu, manusia juga akan mengalami perkembangan gen. Topik ini sedang menarik untuk dibahas yaitu Rekayasa Genetika.
Dalam situs royalsociety.org (dalam bahasa Inggris), Rekayasa genetika diartikan suatu proses yang mengubah susunan genetik dari suatu organisme dengan menghapus atau memasukkan DNA. Gen yang diambil dari organisme sebelumnya, dimasukkan ke dalam organisme yang baru.
Proses ini dinilai jauh lebih cepat dari pada hanya menyisipkan gen kedalam organisme baru. Gen ataupun DNA baru yang diperoleh disebut sebagai DNA rekombinan atau sintesa DNA buatan. Molekul DNA rekombinan pertama ditemukan pada tahun 1972 oleh Paul Berg.
Rekayasa genetika dapat memperbaiki kelainan pada manusia dengan mengganti gen yang rusak dengan gen yang baik. DNA ataupun gen dapat dimasukkan secara langsung ke organisme induk ataupun ke dalam sel yang kemudian menyatu atau dihibridasi dengan induknya.
Metode rekayasa genetika ini terkait erat dengan proses kloning walaupun sebenarnya proses kloning bukan merupakan bagian dari rekayasa genetika.
Rekayasa genetika pertama kali dilakukan oleh Herbert Boyer dan Stanley Cohen pada tahun 1973 terhadap bakteri. Lalu dikembangkan dan diujicoba kembali pada tahun 1974 oleh Rudolf Jaenish terhadap seekor tikus.
Pada tahun 1968, perusahaan pertama yang berfokus pada rekayasa genetika yaitu Genentech mulai memproduksi protein manusia. Dan pada tahun 1978, insulin pertama diproduksi dengan metode rekayasa genetika dan bakteri yang menghasilkan insulin dipublikasikan pada tahun 1982.
Begitulah perkembangan rekayasa genetika di dunia dan terus-menerus dilakukan penelitian. Rekayasa genetika telah banyak diaplikasikan dalam bidang pertanian, peternakan, obat-obatan dan bioteknologi industri.
Beberapa penelitian juga telah dilakukan tentang rekayasa genetika di Indonesia. Salah satu penelitian di Indonesia dilakukan pada tahun 2016 oleh Guru besar Bidang Genetika Molekur dan Wakil Rektor I Universitas Sebelas Maret, Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Rekayasa Genetika dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan”, Beliau melakukan penelitian dengan tranfer materi genetik dengan teknologi rekombinan DNA yang menghasilkan ternak transgenic.
Ternak transgenic merupakan suatu ternak dimana keturunannya telah ditingkatkan dengan penambahan atau penggantian DNA dari sumber lain melalui rekombinan DNA. Penelitian dilakukan terhadap hewan-hewan ternak salah satunya adalah sapi.
Berdasarkan penelitiannya, sapi yang dikembangkan dengan metode tersebut disebut dengan sapi transgenic. Transgenic (transfer gen) artinya penyatuan stabil stabil dari suatu gen dari spesies lain atau bangsa ternak lain dalam satu spesies, sehingga gen itu berfungsi pada ternak penerima dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan metode ini, sapi transgenik dihasilkan mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi dan kualitas daging yang baik. Hewan transgenic dapat dijadikan sebagai hewan yang berpotensial dalam memajukan peternakan. Hewan transgenic karena model gennya yang unik, dapat dijadikan sebagai satu alat riset biologi yang sangat menarik dan potensial untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Rekayasa genetika bukan hanya diuji coba pada hewan. Beberapa negara juga sedang menguji coba kepada manusia. Salah satu negara yang sedang menguji coba adalah China. Berdasarkan info dalam BBC News Indonesia, China sedang membuat bayi hasil rekayasa genetika.
Profesor di China tersebut mengungkapkan bahwa sepasang bayi kembar telah hadir dengan menjalani proses pengubahan DNA saat masih embrio untuk mencegah penyakit HIV. Tentu saja, ini menjadi pembicaraan menarik terhadap ilmuwan di dunia. Beberapa ilmuwan dunia justru menjadi marah dengan rencana tersebut karena sangat buruk. Saat ini, prosedur tersebut juga dilarang di beberapa negara salah satunya adalah Inggris.
Rekayasa genetika memang merupakan salah satu metode yang baik untuk mencegah penyakit keturunan dan menghasilkan mahkluk hidup yang lebih baik. Tetapi, penerapannya terhadap manusia bukanlah hal yang baik.
Menurut beberapa peneliti, rekayasa genetika pada manusia adalah salah satu hal yang mengkhawatirkan dan sangat beresiko karena pengeditan embrio dan gen dapat menimbulkan masalah bukan hanya pada bayi tetapi juga kepada generasi selanjutnya yang mewarisi gen tersebut.
Rekayasa genetika pada manusia dapat menyebabkan masalah genetika sejak dini salah satunya adalah tumbuhnya sel kanker. Hal ini terjadi karena rekayasa genetika masih bersifat eksperimental dan berkaitan dengan mutasi yang meleset.
Sehingga, rekayasa genetika akan membuat anak-anak normal dan sehat dalam bahaya terkena dari risiko rekayasa genetika tanpa manfaat yag berarti. Untuk itu, penerapan rekayasa genetika dan prosedur rekayasa gen pada manusia harus dipastikan dan dipertimbangkan lagi risiko dan dampaknya sebelum diterapkan dan dilegalkan.
Sumber :