Sebagai pelajar Pancasila yang berbudaya, berkarakter, mampu menunjukkan budaya luhur bangsa, menghargai setiap keberagaman budaya baik daerah dan kancah global, menghargai setiap berbedaan yang ada maka kita memiliki kunci berkebhinekaan global di dalam hidup kita yang dapat mencerminkan sikap kita sebagai Pelajar Pancasila.

Sebagaimana kita tahu bahwa Indonesia dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, artinya bahwa Indonesia terbentuk atas dasar perbedaan yang dimiliki yang menjadikan suatu satu kesatuan bangsa. Tidak dapat dipungkiri jika setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing.

Maka sikap kita sebagai Pelajar Indonesia ialah saling menghargai segala jenis perbedaan, tidak ada salahnya kita mengenal budaya baru baik dari dalam negeri maupun global untuk kita pelajari dan menambah wawasan serta pengetahuan kita, sehingga pikiran kita terbuka dengan segala keberagaman. Hal inilah yang akan menentukan sikap kita ke depan bagaimana menghadapi, menerima dan bersikap pada setiap keberagaman budaya, pikiran, dan pandangan.

Contoh terkait keberagaman di Indonesia adalah keberagaman budaya, agama, ras, dan warna kulit. Keberagaman tersebut merupakan hak asasi setiap individu, sudah sepatutnya sebagai pelajar Pancasila sikap kita adalah menghargai sebagaimana kewajiban kita untuk tidak mengusik ataupun melukai hak orang lain.

Namun sebagai manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya perbedaan ini masih saja terdapat kasus-kasus terkait perbedaan salah satunya yaitu rasisme di masyarakat sekitar. Sebagai contoh di dalam berita bahwa awal tahun 2022 aliansi mahasiswa Papua menyebut praktik rasisme rakyat Papua meningkat.

Aliansi Mahasiswa Papua tersebut menyebutkan bahwa para mahasiswa Papua diteriaki “monyet” dan cacian yang merendahkan mereka, padahal yang meneriaki dan mencaci ini adalah para aparat dan berbagai organisasi masyarakat. Contoh seperti ini dipandang melukai demokrasi, sebab keharusan untuk menjunjung tinggi suatu keberagaman akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat kasus-kasus seperti ini.

Menurut data survey yang diterbitkan oleh koran The Washington Post tahun 2021 menyebutkan bahwa 30 -39,9 % penduduk Indonesia termasuk kategori rasis. Berdasarkan contoh kasus serta data survey di atas, menunjukkan bahwa kasus rasisme seperti ini masih terjadi di Indonesia. Jika kita lihat di dalam media sosial yang membahas terkait rasisme memang rasanya terlalu sensitif untuk diberitakan karena hal seperti ini menyangkut terkait ras, sehingga tidak banyak kasus ras yang banyak diangkat baik dari kancah nasional ataupun global.

Adapun contoh global ketika ajang Miss World bahwa Puteri Indonesia yang merepresentasikan Indonesia ke kancah internasional juga mengalami rasisme karena berasal dari negara Asia.  Akan tetapi ketika kita melihat dan kritis terhadap permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat, kita tahu bahwa permasalahan tersebut ternyata masih ada.

Dari berbagai kompleksnya permasalahan di atas, sebagai Pelajar Pancasila di mana kita hidup berdasarkan pengamalan sila-sila Pancasila sudah saatnya kita harus bersikap di dalam menangani permasalahan tersebut. 

Kita harus paham bahwa kita hidup di dalam suatu bangsa yang multikultur, sehingga sikap kita adalah saling menghargai dan menghormati kepada sesama. Dengan sikap kita saling menghargai maka kehidupan sosial yang harmonis juga akan tercapai.

Profil Pelajar Pancasila tertuang dalam Permendikbud No. 22 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024 bahwa memiliki enam ciri utama, salah satunya yaitu Kebhinekaan Global. Ciri Kebhinekaan Global ialah mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi iterkultural dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.  

Apabila ditarik dari contoh kasus di atas kita sebagai Pelajar Pancasila maka sikap kita yang harus kita lakukan pertama adalah menghargai budaya, ketika masyarakat sulit menerima keberagaman ras untuk bisa bergabung serta berbaur dengan lingkungannya maka rasisme akan terus terjadi. Karena sikap saling menghargai maka akan membentuk karakter yang mencerminkan saling menghargai perbedaan.

Sikap yang kedua ialah kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama, artinya kita dapat memahami dan menerima berbagai keunikan masing-masing budaya mereka, sehingga ketika karakter seperti ini dibangun maka kita sebagai masyarakat Indonesia akan memiliki empati terhadap sesama, sehingga tidak akan ada lagi umpatan-umpatan yang dilontarkan dan menyinggung perasaan mereka.

Dan yang terakhir adalah refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, ini menjadi salah satu poin penting bagi kehidupan kita untuk menanggapi setiap perbedaan, kita harus sadar bahwa sebagai Pelajar Pancasila kita sadar bahwa kita hidup di dalam suatu bangsa yang memiliki budaya yang beragam maka kita juga harus menghilangkan prasangka-prasangka buruk, stereotip terhadap budaya yang berbeda hal ini dilakukan agar tidak terjadi diskriminasi antar ras yang beranggapan ras tertentu lebih tinggi dengan ras lainnya.

Tugas kita adalah menjaga keharmonisan agar tidak bersikap rasis, karena sikap yang baik atau buruk juga berasal dari diri kita sendiri, maka kita sebagai Pelajar Pancasila harus meningkatkan rasa keadilan sosial hal ini agar tidak menimbulkan kesalahpahaman serta mencegah terjadinya konflik berkepanjangan.

Dan harus selalu ingat bahwa segala bentuk perbedaan yang ada merupakan sebuah kekayaan yang harus disyukuri, seperti pendapat dari Nelson Mandela “Tidak ada seseorang yang dilahirkan untuk membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakang maupun agamanya”.