Beragam cara masyarakat Indonesia merayakan maulid nabi. Ada yang merayakannya dengan membikin tumpeng, ketupat, ceramah agama, sekatenan, panjang jimat, membaca doa-doa tertentu, membaca sejarah nabi, marhabanan, memperbanyak shalawat dan melakukan upacara-upacara adat lainnya. Semua itu ialah bentuk ekspresi kongkrit kecintaan dan perhormatan masyarakat muslim nusantara dalam menyambut hari kelahiran idolanya.
Ada yang mempertanyakan, apakah ada dalilnya melakukan maulid nabi? Jika ada coba sebutkan di dalam kitab apa?. Kalau pun ada itu penafsirannya berbeda. Ahhhh capek meladeni kaum seperti itu, lebih baik kita melakukan apa yang membuat kita bahagia. Toh niat kita ialah mengagungkan, memulyakan Nabi.! Bukannya Allah itu menyuruh umatnya untuk mengagungkan nabinya, bahkan Allah sendiri melakukannya dengan bershalawat kepadanya.
Di dalam al-Quran Tidak ada perintah Allah, yang Allah sendiri melakukannya, kecuali perintah shalawat. “sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman! bersholawatlah kalian semua kepadanya (Nabi Muhammad) dan ucapkan salamdan penuh penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab 33: 56)
Mari kita renungkan ayat tersebut, Allah perintahkan kepada umatnya untuk bershalawat kepada Nabi, namun pada saat yang sama Allah bersalawat kepadanya. Ini menunjukan bahwa perintah shalawat ialah bukan perintah biasa, melainkan perintah yang Tuhan sendiri contohkan bahkan melakukannya terlebih dahulu sebelum Ia perintahkan kepada umatnya.
Nahh memperbanyak shalawat itu, pada dasarnya kita sedang melaksanakan perintah-Nya untuk mengagungkan kekasih-Nya. Dan pada saat yang sama kita sedang berakhlak sebagaimana akhlak Allah. Bukannya Allah telah berujar “berakhlaklah kamu seperti akhlak Ku”. Ayat tersebut menunjukan bershalawat merupakan salah satu kegemaran dan akhlak Allah.
Pelajaran lain yang bisa kita tarik dari ayat di atas ialah sebelum Allah memperintahkan sesuatu, Allah telah melakukan perintah itu sendiri, dalam artian Allah telah mengamalkan apa yang Dia ucapkan. Ini megandung hikmah bahwa sebelum kita memperintahkah sesuatu kepada orang lain, hendaknya kita sudah melakukan atau mengaplikasikan terlebih dahulu.
Nah, di zaman yang amat kacau ini, didukung oleh teknologi dan sarana untuk menyampaikan pandanganya seperti YouTube, Instagram, Fb, Blog dan sebagainya. Banyak para pembicara, penceramah, pengajar dan apa pun namanya mereka berlomba-lomba berbicara di publik dengan menghadirkan beragam argumentasi yang super top, namun minim terhadap aplikasinya atau pengamalannya. Sehingga di zaman kacau ini minim suri tauladan sebaliknya melimpah penejelasan, yang dikemas dengan semerbak aroma melati dan mawar yang mewangi.
Yang lebih menyedihkan lagi, penjelasan yang melimpah ruah dan bisa diakses di sana-sini, lagi-lagi amaliyah tentang penjelasan itu sedikit, bahkan yang teraplikasikan terbalik 180 drazat. Katakanlah ada penjelasan tentang nabi, dikatakan bahwa “nabi itu ialah seorang penyabar, penyanyang, santun, bertutur halus, penuh kasih dan sayang”. Namun yang muncul dan diaplikasikan dikalangan kaum muslim ialah mereka penuh keganasan, kekerasan, saling menebar kebencian dan melakukan hoax demi keuntungan dan kemenangan komunitas dan perkumpulannya. Hemat saya, kalau tidak mampu berbuat baik, yooo jangan berbuat buruk lah. Pliss deh!
Di bulan yang mulia ini, merupakan momentum yang tepat untuk mensyukuri kita sebagai bagian umat Nabi Muhammad. Mensyukurinya ialah dengan tidak memberikan titik hitam pada nabi Muhammad. Falsafah diutusnya nabi ialah untuk menyempurnakan akhlak, bukan memperburuk akhlak. Kita sebagai umatnya ialah diberikan amanat untuk selalu berbuat dengan perbuatan yang terbaik, sebagaimana nabi kita contohkan.
Ketika kita sebagai pendidik maka, berikanlah pendidikan terbaik untuk anak murid. Ketika kita sebagai orang tua, maka jadilah orang tua yang terbaik. Jika kita menjadi anak maka, jadilah anak yang terbaik. Apa pun profesi kita maka lakukan dengan terbaik. Sehingga setiap hari kita selalu menabur aroma wangi untuk sang kekasih kita yaitu Nabi Muhammad Saw.
Selamat hari Maulid Nabi Muhammad, semoga kita menjadi pengikutnya yang senantian membuat nabi tersenyum..
Assalamu’alaikum Rasul