69 tahun sudah bahtera besar kita, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengabdi untuk umat dan bangsa. Organisasi yang digagas oleh Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa lainnya ini didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta.
“Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam, yang mau sajalah yang diajak mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah dia menentang toh tanpa mereka organisasi ini bisa tetap berdiri dan berjalan,’’ kata Lafran Pane saat memimpin rapat pembentukan HMI di salah satu ruangan kuliah di Sekolah Tinggi Islam (Sekarang UII)Yogyakarta.
Kalimat tersebut, seakan menandakan berdirinya organisasi mahasiswa yang berazaskan Islam dan hingga kini, keberadaanya masih sangat dibutuhkan untuk mencetak kader umat dan bangsa. Sebut saja sejumlah tokoh bangsa hasil perkaderan HMI misalnya, Harun Nasution, Agussalim Sitompul, Cak Nur, Akbar Tanjung, Ade Komaruddin, Azyumardi Azra, Amin Rais, Jusuf Kalla, Mafhud MD dan lainnya.
69 tahun HMI mengabdi, kematangan organisasi mahasiswa tertua kini “ ditantang” untuk bisa membuat suatu karya nyata sebagai kader umat dan kader bangsa. Kematangan ini, disematkan pada kemampuan intelektual kader sebagai manifestasi lima kualitas Insan Cita, Yakni Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhai Allah SWT.
Dengannya, kader HMI diharapkan menjadi solusi akhir dalam melahirkan ide dan gagasan segar bagi kemajuan Islam dan Ke-Indonesiaan kita. Wajar jika Cak Nur pernah menyatakan bahwa HMI adalah organisasi elite. Elite bagi Cak Nur bermakna kualitas intelektual individu dan kolektif berada di atas rata – rata kemampuan kader organisasi mahasiswa dan kepemudaan secara umum.
Janji Perjuangan Kita.
69 tahun HMI mengabdi, sebuah sejarah panjang mewarnai berbagai arus dinamika perjuangan kita. Organisasi mahasiswa Islam dengan semangat pembaharuan dan sebuah komitmen besar tentang Islam dan Ke-Indonesiaan, tentang arti perjuangan idiologi kita. Komitmen bersama untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Ada sebuah peristiwa penting dalam perjalanan sejarah perjuangan HMI : Deklarasi pendirian HMI yang dilakukan Lafran Pane bersama 14 teman perjuangannya pada 5 Februari tahun 1947, memberi arti komitmen bersama, bertujuan untuk mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Kendati dalam perjalanannya, mengalami banyak perubahan dalam rumusan tujuan HMI, tetap saja, janji – janji itu memiliki nilai-nilai universal yang tetap relevan. Kini, 69 tahun setelah janji itu diucapkan, kita sebagai generasi penerus apakah tetap komitmen untuk melanjutkan janji perjuangan kita?
Disadari atau tidak, Organisasi bukan lagi sebagai alat perjuangan Idiologi. Jauh dari apa yang tertulis dalam buku sejarah pergerakan HMI era-70 an. HMI tidak lagi menjadi representasi gerakan intelektual mahasiswa Islam. Melainkan, tumpul bersamaan dengan dominasi pragmatisme politik kekuasaan yang mewabah ke dalam jantung organisasi.
Keadaan ini membuat sebagian kader HMI kian pragmatis dan mudah kehilangan jati diri sebagai kader umat yang wajib menjaga independesinya. baik etis ataupun organisatoris. Realita ini terbukti dari kecenderungan perpecahan yang menghabiskan banyak energi, apalagi ketika menjelang momentum peralihan kekuasaan politik. Wajar saja jika kongres setingkat mahasiswa berlangsung lama, bahkan pernah mencapai 1 bulan lebih.
HMI sebagai alat perjuangan dengan kebesaran sejarahnya, hingga kini belum mampu memfungsikan diri untuk menjembatani jurang pemisah antara masyarakat dan penguasa, antara si miskin dan pemilik modal. Bahkan tak jarang menjadi alat melegitimasi kekuasaan. Belum lagi bicara soal konflik internal di tubuh HMI, serta cara pandang dengan kalkulasi menang kalah.
Hasilnya, tradisi intelektual kurang terpelihara dengan baik. Kurangnya ruang bagi pertarungan ide dan gagasan yang memancing kreatifitas pemikiran kader, kurangnya minat baca dan minimnya kader HMI yang mengikuti forum forum intelektual di lingkungannya. Rupanya, bertemu Alumni dan lobi – lobi politik lebih menarik ketimbang menghadiri forum – forum diskusi yang mungkin membosankan.
Ini adalah kesadaran bersama. Kini, kita dihadapkan dengan realita berbeda. HMI persis berada di ujung gading. Kesadaran untuk bangkit mewujudkan janji perjuangan kita. Janji mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridho Allah SWT.
Harapan menjadi lebih baik hadir ketika bertambahnya usia ke 69 tahun ini. Selamat Ulang Tahun HMI, semoga dapat berbuat lebih banyak lagi untuk kemakmuran bangsa ini, semoga semakin bertambah usia, HMI semakin jaya.