Tiongkok Sebagai Pemegang Kunci Perang Dunia III.

Akhirnya "label" paling bergengsi di Dunia Militer pun disematkan pada Negara Tiongkok, sebagai "pemegang kunci" Perang Dunia III.

Kemudian muncul pertanyaan ; Jika me-review kembali invasi Rusia-Ukraina sepanjang tahun 2022, yang sudah melibatkan Negara-negara keanggotaan NATO, serta Negara-negara block Timur, 

bukankah Rusia sudah memulai "pemanasan" untuk Perang Dunia III? Lantas kenapa Tiongkok yang diberi label sebagai "pemegang kuncinya?"

Karena begini, Rusia berkonflik dengan Amerika, semata-mata karena Rusia tidak ingin Ukraina termakan oleh propaganda Amerika. Semata-mata karena Rusia ingin, Ukraina kembali pro Rusia. 

Sedangkan Tiongkok berkonflik dengan Amerika, bukan semata-mata karena Tiongkok tidak ingin Taiwan termakan propaganda Amerika. Bukan semata-mata karena Tiongkok ingin Taiwan kembali ke Republik Rakyat Tiongkok.

Melainkan Ambisi Tiongkok yang sangat besar untuk memutus "dominasi" Amerika terhadap Dunia, dan setelah itu Tiongkok lah yang akan menjadi "central" Dunia.

Ditambah lagi, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Global Fire Power, Amerika merupakan Negara terkuat sepanjang masa, sedang sekarang memang sudah Tiongkok lah yang menempati posisi ke-2 dan bukan lagi Rusia.

Sehingga, jika Tiongkok nekat untuk mengambil Taiwan melalui jalur perang, maka pecahlah Perang Dunia III oleh Tiongkok dan Amerika sebagai Negara adidaya yang seimbang. 

Belum lagi, ada banyak sekali konflik yang dapat memicu kemarahan Tiongkok hingga semakin kecil kemungkinan untuk bergantung di tali "kesabaran" Tiongkok itu sendiri.

Bahkan Qin Gang saja (Dibaca : Mentri Luar Negri Tiongkok) turut merangkum konflik tak berkesudahan ini dalam sebuah deklarasi, seperti berikut ;

"Konflik antara Tiongkok dan Amerika ini seperti memasang kancing baju pertama yang sudah salah, sehingga ketimpangan lah yang keduanya dapati bahkan sampai di ujung jalan." 

Tidak hanya itu, situasi juga semakin diperkeruh oleh deklarasi yang disampaikan oleh Kementrian Pertahanan Taiwan yang mengatakan bahwa ;

"Sejumlah 19 unit pesawat Angkatan Udara Tiongkok sudah melewati zona identifikasi Taiwan. Hal ini sudah dilakukan oleh Tiongkok selama 3 tahun terakhir."

Namun Tiongkok masih  bersikukuh untuk mengatakan bahwa ;

"Operasi yang dilakukan masih merupakan hak Tiongkok dalam mempertahankan integritas teritorial. Lagi pula pesawat-pesawat tersebut beroperasi lebih dekat ke pantai dari pada ke Taiwan sendiri."

Kendati demikian, Taiwan masih memegang teguh prinsip mereka bahwa hanya Rakyat Taiwan lah yang berhak untuk memutuskan masa depan Taiwan.


Presiden Biden Kian Terjepit!

Bahkan masyarakat tanpa embel-embel perpolitikan pum bisa merasakan betapa ketar-ketirnya Presiden Biden sekarang ini.

Pasca dilangsungkannya sebuah konfrensi kenegaraan yang konservatif dimana Majorie Taylor Greene (Dibaca : Anggota Parlemen AS) menyampaikan bahwa ;

"Amerika Serikat sudah menyetop anggaran Militer untuk membantu Ukraina!"

Digadang-gadang bahwa yang Ukraina butuhkan adalah "perdamaian" bukan "fasilitas perang." 

Konflik Rusia-Ukraina yang selalu "difasilitasi" oleh Amerika sudah sangat berlebihan. 

Keputusan Parlemen tersebut dirasa sangat make sense sekali dengan sikap Jens Stoltenberg (Dibaca : Sekretaris Jendral NATO) yang baru-baru ini berkunjung ke Korea Selatan dan Jepang untuk mengemis bantuan ke kedua Negara tersebut agar memasok persediaan Militer untuk Ukraina.

Rasanya saya pun masih sulit untuk percaya! Apa iya, Amerika yang sekarang berada di era kepresidenan Joe Biden sudah "se-menggembel" itu?

Benar-benar keputusan Parlemen yang menyulitkan bagi NATO dan juga Presiden Biden yang masih ingin menjadi Pahlawan untuk Ukraina.

Sedang pada tanggal 5 Maret 2023 kemarin, kembali terkuak sebuah data yang berisikan andil Amerika dalam NATO untuk Ukraina bahwasanya ;

Amerika merupakan Negara NATO yang memberikan alokasi bantuan terendah untuk Ukraina yaitu hanya sejumlah 0, 37% dari bagian PDB. 

Sedangkan Polandia dan beberapa Negara lainnya  seperti Estonia, Republik Ceko, Bulgaria, Norwegia, serta Rumania berada di angka 2,1% bahkan Jerman saja harus mengalokasikan bantuan sejumlah 7,2% dari bagian PDB.

Tentu saja hal ini menjadikan Negara-negara anggota lainnya murka. Bahkan menanggapi hal tersebut, Orban Viktor (Dibaca : Perdana Mentri Hungaria) menyampaikan deklarasi yang berisi ;

"Eropa sebaiknya membuat aliansi Militer khusus, tanpa campur tangan Amerika sebab Amerika lah yang menyeret Negara-negara Eropa ke konflik Rusia-Ukraina. 

Eropa sampai harus mengorbankan kepentingan Negara sendiri demi NATO dan Amerika."

Jika Tiongkok sudah merilis GSI (Dibaca : Global Security Initiative) sebagai aliansi Militer mereka dan sudah mendapatkan dukungan lebih dari 80 Negara yang ada di Dunia.

Kemudian Eropa merealisasikan idenya untuk membuat aliansi Militer khusus Eropa, apa kabar NATO setelahnya?